Epilog: when summer met winter

4 0 0
                                    

"Kenapa tiba-tiba Anda muncul... lalu... bilang apa yang Jungkook inginkan?" Alice bertanya pada Maggie.

"Jungkook adalah orang pertama yang menerima ikatan janji itu, tapi kamu adalah orang pertama yang menjalani janji itu. Alasan itu yang membuat keinginan Jungkook bisa terwujud." Alice akhirnya mengerti kenapa keinginan Jungkook bisa terpenuhi di hari jadi mereka. Juga, salju pertama muncul lagi tepat di hari ke-19 bulan Desember tahun ini.
***

Waktu berlalu, akhirnya Alice bisa menikmati waktu liburan bersama keluarganya. Dia pergi ke kota New York. Di sana, dia bertemu Malvin, yang sudah hampir sekian lama tidak bertemu. Malvin adalah sepupunya, umur mereka tidak beda jauh, karena itulah mereka bisa sedekat seperti teman. Malvin bertanya banyak hal tentang Alice selama di Korea.

"Malvin... aku ingin ke taman itu lagi," pinta Alice.

"Kamu mau ngapain?" Malvin bertanya.

"Aku hanya ingin kesana."

"Cerita ini belum selesai. Ada satu hal yang harus aku lakukan sebelum tahun baru tiba. Aku hanya berharap aku bisa menemukan tempat itu. Aku tidak punya banyak waktu lagi, aku hanya ingin mengatakan beberapa hal padanya."

Dua hari sebelum tahun baru, Alice dan Malvin benar-benar pergi berdua untuk keluar rumah karena malam tahun mereka akan diisi dengan kumpul-kumpul keluarga mereka. Mereka juga membeli beberapa kebutuhan untuk besok. Mereka sempat mampir ke restoran yang pernah mereka datangi dulu. Alice merasa sudah bertahun-tahun dia tidak kembali.

Di tempat yang berbeda, hari ini adalah hari ulang tahun Taehyung. "Kamu mau apa?" Jimin bertanya padanya. "Hmm...," Taehyung mencoba memikirkan keinginannya. Dia memajukan mulutnya, memutar bola matanya, "tahun ini adalah tahunku. Aku... tidak punya harapan besar untukku tapi aku hanya ingin tahun ini berakhir dengan indah." Jimin tersenyum. "Jadi kamu tidak mau kado apapun?" Jimin bilang lagi. Taehyung menggelengkan kepalanya, "anak pintar!" Jimin pun kembali ke tempat duduknya.

Sementara di NYC, Alice dan Malvin masih betah berada di luar. Malvin sebenarnya benar-benar lelah pergi ke sana sini bersama Alice tapi dia melihat Alice belum lelah. Alice masih ingin mengajaknya pergi ke tempat yang ingin ia datangi. "Malam ini?" Malvin memastikannya. Alice mengangguk dengan senyumnya.

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah saatnya keduanya harus pulang tapi karena jalanan masih ramai, mereka pun memutuskan untuk pergi ke tempat yang Alice mau. "Oke, terakhir ya!" Malvin menerima tawaran Alice. Di tempat itu terlihat cukup ramai.

Alice dan Malvin tiba di taman yang banyak dikenal di NYC. Alice ingin sekali pergi ke taman ini karena dia ingin melihat beberapa penampilan musik di sana. Tapi karena mungkin cuaca dingin, dia tidak melihat wajah-wajah pemain musik itu. Dia pun menghela napasnya. "Alice... aku ingin beli kopi, kamu mau juga?" Tatapan Alice masih tertuju ke tempat dimana biasanya orang-orang itu tampil. "Alice!" Panggil Malvin sekali lagi. "Huh?" Alice tersadar. Akhirnya Alice meminta Malvin untuk membelikannya cokelat panas kesukaannya. Malvin pun pergi usai Alice menjawabnya.

Alice kemudian terdiam, seketika suasana di sekitarnya semakin ramai. "Kenapa tiba-tiba...," dia terus melihat ke sekitarnya. "...ramai sekali," sahut batinnya. Kemudian dia mendengar suara anak kecil yang berlarian entah di mana. Suara itu seperti tak asing baginya. Tak lama suara anak kecil itu semakin jelas dan jelas, dia menemukannya.

Seorang anak kecil yang mungkin umurnya sudah 5 tahun. Alice melihatnya dan seketika dia tersenyum, dia teringat seseorang, "bahkan wajahnya saja mirip dengannya." Tak lama dia berbalik badan, dia mendengar suara piano. Suara piano itu mengalihkan Alice dari anak kecil itu. Suara piano semakin nyaring terdengar, tapi dia tak menemukannya.

When Summer Met Winter #6Where stories live. Discover now