Akhirnya kita....?

4.4K 56 7
                                    

Anhar membawaku jauh dengan motornya, dia masih sangat kesal dengan ucapan ibunya.
Lalu dia berhenti disebuah hotel, aku kaget. "Kamu mau ngapain?"
"Aku pengen ngobrol, aku pengen ngeyakinin kamu biar kamu gak pergi dari aku".
Akupun luluh, ikut dia masuk.
Didalam kita ngobrol, aku masih menangis.
"Kayanya kita udahan aja deh, aku tau aku bakal sakit banget tapi ini yg terbaik buat kita". Ucapku sambil menangis.
Anhar menghela nafas. "Aku gak bisa, kamu yg pertama buat aku. Perjaka aku kamu yang ambil, hati aku kamu yang ambil, bahagia aku kamu yg buat aku gak bisa." Ucap anhar memelukku erat.
"Aku mau hubungan yg sehat, yang terbuka di restui orang tua, bukan yg kaya gini". Ucapku sambil melepas pelukan anhar.
"Aku baka bikin orang tua kita kasih restu". Ucap anhar meyakinkan.
" Caranya gimana?" Tanyaku masih menangis.
Lalu anhar pun mencium bibirku, mencoba membuat aku tenggelam lagi dalam cinta. Aku kembali terlena, aku.. aku sangat mencintai anhar..
Ditengah rasa tenggelamku anhar berbisik ditelingaku. "Aku bakal hamilin kamu".
Sontak aku kaget, kudorong ia kuat kuat aku buru buru mengenakan pakaian. "Jangan gila anhar, aku gamau pakai cara kaya gitu!".
Aku menangis kembali.
Lalu anhar merasa bersalah dan memelukku. "Maafin aku, maafin aku, aku minta maaf, janji gak bakal gini lagi. Maafin aku!".
Lalu kami pulang, aku masih kesal dengan anhar, sejenak aku sedikit jijik dengan tingkahnya tadi.
Akupun turun dari motornya, tanpa kata, tanpa menoleh, langsung masuk. Kulihat bhelva sedang makan dengan bi tirah Sesampainya dikamar, anhar men chat belasan bahkan puluhan kali. Tak ku balas, telpon dan video call tak ku angkat. Hape ku silent dan aku mandi. Lepas mandi kerebahkan badanku kekasur. Kupejamkan mata. Namun yang ada di otakku anhar anhar dan anhar.
Akhirnya kubuka chat darinya, "besok aku mau kabur dari rumah, tunggu aku jam 4 subuh di depan warung bu tini". Isi chat terakhirnya.
Pergolakan batin. Ini semakin tidak sehat, semakin menyulitkan dan menyesakan. Namun aku masih buta dengan cintanya.
Lalu ku balas chatnya "Iya nanti aku kesitu, kamu mau kemana"?
Anhar tak balas lagi.
Lalu kupasang alarm jam 03.00 dini hari. Akupun tidur.
Aku terbangun tepat jam 3 dini hari.
Bersiap, lalu keluar dengan motorku.
Jam 03.45 aku sampai warungnya, anhar belum ada.
Ku telpon nomernya, tidak diangkat.04.00 anhar belum juga ada, masih ku telpon tidak juga diangkat.
Kutunggu sampai jam 06.00 dengan gelisah, Tak kunjung datang.
Jam 08.00 aku pulang dengan lesu. Anhar kemana? Chat ku tak dibalas, telpon tak diangkat.
Aku masuk kamar, gelisah. Bingung, anhar kamu dimana?
Masih terus ketelpon sampai akhirnya nomornya tidak aktif.
Badanku lemas, tak berdaya.
Apakah aku kerumahnya, atau tanya teman temannya?
Bingung kalut, lelah jadi satu.
Ashar berlalu, akhirnya aku memberanikan diri ketongkrongan anhar, bertanya pada teman temannya. Mereka tidak tahu, anhar sudah 2 hari tidak nongkrong!
Akupun kerumah anhar, ku ketok berulang kali sampe 30menit tak ada jawaban. Kata tetangganya dari pagi pun memang sudah sepi.
Badan ku semakin lemas, ya tuhaan apa lagi ini. Aku pulang dengan menangis sejadi jadinya.
Seminggu kemudian aku cek sekolahnya, dia sudah pindah sekolah.
Minggu, bulan, tahun, anharku hilang. Dia yang aku cinta hilang.
Dia yang lebih dewasa dibanding umurnya, senyum manisnya, wajah tampannya, yang selalu menenagkan, selalu membuatku bahagia telah hilang. Aku rapuh, aku sedih. Beberapa waktu aku sangat terpuruk. Namun aku harus bangkit, ada bhelva yang cantik disisiku.
5 tahun kemudian, aku masih betah dengan kesindirian. Masih mengenang anharku, cintaku yang hilang. Entah kemana ia, apakah sudah milik orang lain? Masih dibumi atau tidak? Masih cinta aku atau tidak? Apakah anharku akan kembali?
Apapun itu, hidup harus terus berjalan. Anhar adalah kenangan indahku, kenangan manisku, kenangan yang gak akan terlupa seumur hidupku.
Sampai pada suatu hari, ada yang mengetok pintu rumahku.
"Assalamualaikum".
Aku intip dari jendela, aku kenal pria itu. Tapi ia sangat berbeda.
Lebih tampan, dengan badan berisi dan gagah, dengan sergam dinasnya.
Aku buru buru membuka pintu. "Anhar!". Seruku sangat senang.
"Kamu anharkan?" Aku sangat bahagia. Sampai air mataku keluar.
Anhar hanya tersenyum manis, dengan wajah tampannya.
"Kamu jadi polisi?" Tanyaku lagi masih dengan haru.
Dia hanya tersenyum sambil bertanya "Kamu udah nikah belum?"
Aku heran "Aku masih betah sendiri sih. Hehe".
"Bagus kalo gitu". Ucap anhar sambil ngelus kepala aku.
"Bagus kenapa?". Tanyaku heran.
"Yaa bagus, karena aku maunya kamu". Ucapnya senyum sambil menatapku dalam.

Tamat.

TABUWhere stories live. Discover now