B

4.3K 358 20
                                    

Bukan cerita utama, kalo mau baca silahkan 😪😪

🎵We go up, up, up, we go up~

Cowo milenial dengan wajah oriental itu terbangun dari tidur nyenyaknya. Dimatikannya alarm yang sedari tadi berbunyi dari ponsel berlogo apple itu.

Hari ini kembarannya yang sudah lama menetap di negeri gingseng akan datang ke Indonesia. Ia sudah tidak sabar tentu saja. Sudah beberapa tahun sejak mereka terakhir kali bertemu. Mungkin kembarannya sudah setinggi dirinya atau mungkin lebih tinggi? Ia hanya bisa menebak-nebak.

"Iqbaall buruan atuh mandi udah siang" teriak bundanya dari luar kamar.

"Iya bunda, ini udah bangun"

"Bunda tunggu di dapur yaa"

"Siap buuunn~"

Iqbal bersiap-siap dengan seragam sekolahnya lalu beranjak ke arah dapur untuk menemui sang bunda.

"Pagi bundaaa yang cantiknya kaya bidadari jatuh dari surga"

"Ah kamu mah sama bunda aja pake gombal segala, udah itu buruan makan nasi gorengnya nanti keburu dingin"

"Hehe gapapa jarang-jarang kan digombalin? Kan ga ada ayah"

"Jarang apanya orang kamu tiap hari gombalin bunda terus. Lama-lama kamu jadi Dilan tuh"

"Ya gapapa bun, kan terkenal"

"Iya deh terserah kamu aja" ucap bunda sambil meletakkan gelas berisi susu di meja makan.

"Oh iya, nanti Nana sama ayah sampe sini jam berapa?"

"Mmm tadi malem sih bilangnya mungkin siang atau sore"

"Oh yaudah, nanti biar aku yang jemput di bandara bun"

"Yaudah bunda serahin semuanya sama kamu ya, hari ini pesenan kue bunda lagi banyak-banyaknya. Kalo bunda ikut ke bandara takut ga keburu"

"Tenang aja bun, serahin semuanya sama Iqbal yang terlalu tampan"

"Dih kamu mah ngomong wae ah, abisin itu makannya nanti kamu terlambat"

"Oke bunda"

Mereka makan dengan khidmat. Setelah makan, Iqbal pamit berangkat ke sekolah.

Ngomong-ngomong kembarannya nanti menetap disini karena pekerjaan ayah yang kebetulan dipindahtugaskan ke Indonesia. Itu juga alasan saat itu ayahnya bertemu dengan sang bunda yang notabene asli orang Indonesia. Kebetulan ayahnya sedang ditugaskan di Indonesia dan bertemu bundanya.

That's it.

Sesampainya Iqbal di sekolah, ia disambut oleh para sahabatnya yang sedang nongkrong di depan kelas. Entah apa yang sedang dilakukan.

"Hormat panglima!" ucap salah satu sahabat Iqbal sambil memberi hormat.

"Kamu teh kenapa Rizki?" saut Iqbal sambil mengibas-ngibaskan tangannya di wajah sang sahabat.

"Yeee atuh ada panglima perang mah harus diberi hormat"

"Ngaco ah" ucap Iqbal sambil berjalan ke dalam kelas.

"Bu Mira dateng!" teriak seseorang dari luar kelas, disusul beberapa murid yang berlari masuk ke dalam kelas.

Kelas pun dimulai bertepatan dengan bu Mira yang masuk ke dalam kelas dan suara bel yang menggema di penjuru sekolah.

-

-

-

Seorang lelaki dengan paras bak seorang idol sedang berjalan di pintu keluar penerbangan internasional. Ia seperti mencari-cari seseorang.

"Jaemin kemari"

Setelah menemukan seseorang yang dicarinya, ia pun segera berlari menghampirinya.

"Ayah!" teriak lelaki tersebut yang dipanggil Jaemin oleh seorang pria paruh baya.

"Sudah ke toiletnya?"

"Sudah ayah"

Pria tersebut mengangguk lalu mengalihkan atensinya pada seorang lelaki remaja yang baru ditemuinya lagi saat ini.

"Iqbal, kau tidak lupa bukan dengan adik kembarmu, Jaemin?"

Iqbal mencoba menoleh untuk melihat anak remaja seumurannya yang sedang memandangnya saat ini.

"Nana?" panggil Iqbal dengan nama Indonesia Jaemin pada sang adik kembar.

"Hyung?"

Keduanya hanya saling menatap, mencoba mengingat bagaimana bentuk wajah saat terakhir kali mereka saling bertemu.

"Kenapa kalian tidak antusias saat bertemu hmm?" ucap sang ayah pada keduanya dengan bahasa Indonesia yang sudah ia hafal diluar kepala.

"Hyung! Rindu~"

Jaemin lah yang pertama kali memeluk Iqbal sambil mengucapkan kata rindu pada sang kaka. Ia bisa bahasa Indonesia tapi tidak sefasih ayahnya. Jadi jangan bingung kalau perkataannya kadang terbalik-balik.

"Nana kamu teh udah gede sekarang" ucap Iqbal sambil menatap kaget perubahan sang adik kembar.

"Nana gede, hyung tidak!" balas Jaemin sambil menepuk pundak Iqbal yang terlihat lebih pendek darinya. Jangan lupakan tatapan meremehkan yang dilayangkan Jaemin untuk Iqbal.

"Iya deh kamu lebih tinggi" Iqbal lebih memilih mengalah karena ia tidak bisa untuk tidak mengiyakan perkataan sang adik.

"Kamu bawa mobil Iqbal?"

"Iya ayah, masa aku bawa motor legend" jawab Iqbal sambil tertawa seraya membantu membawakan barang-barang sang ayah dan adik kembarnya.

"Kamu masih pake motor itu?"

"Iya yah, mesinnya masih bagus ko. Lagian, temen-temen aku juga pake motor itu. Biar keren kaya aku yah"

"Iqbal kamu tidak berubah ya"

"Ya aku kan bukan power ranger yang bisa berubah"

"Ada-ada aja kamu"

Ayah pun mengusak rambut Iqbal pelan. Sedangkan Iqbal hanya tertawa kecil.

"Kasih kuncinya ke ayah, biar ayah yang nyetir"

"Aku aja yah, ayah pasti cape kan baru sampe"

"Ayah tidak cape Iqbal, cepat berikan pada ayah"

"Ga ayah, biar aku aja"

Jaemin yang sudah tidak tahan melihat perdebatan keduanya, akhirnya bersuara.

"Kalo gitu biar aku aja yang nyetir!" ucap Jaemin bersemangat.

"Tidak/Engga" jawab ayah dan Iqbal bersamaan.

"Okeeyy don't look at me like that hehe"

Perdebatan pun berlangsung kembali dengan Jaemin yang menatap datar keduanya. Tidak ada yang berubah pikirnya, dan itu membuat Jaemin tersenyum sangat lebar.

Ayah dan Iqbal akan selalu meributkan hal-hal sepele. Tapi itulah cara mereka menunjukkan kasih sayang.

Finally, perdebatan tersebut dimenangkan oleh Iqbal.

Congratulation Iqbal~

-

-

-

Hujat saya aja jangan Jaemin atau Iqbal😪😪😪😪😪

Brotherhood [Iqbal - Jaemin]Where stories live. Discover now