C18 - Tatapan Merendahkan

658 73 24
                                    

Malam besoknya, Selena memutuskan untuk tidak masuk sekolah dulu karena ia ingin menenangkan dulu fisik dan batinnya. Pak Hardito juga izin untuk tidak masuk sekolah karena ia ingin menceritakan semua latar belakang seorang Selena Angeline Helsy.

Sebenarnya Selena sudah tahu siapa orang tua aslinya. Tetapi malam itu, Pak Hardito tetap menceritakan itu dan juga menceritakan mengapa ia mau menerima Selena.

"Sebelumnya Papah minta maaf Sel sama kamu, karena Papah baru bisa jujur sekarang," ucap Pak Hardito sambil melepas kacamatanya dan mengucek-ngucek matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Langsung aja Pah to the point," ucap Selena ketus.

"Jadi dulu tuh Papah sama Almarhumah Mamah kamu udah nikah bertahun-tahun. Tapi, kami belum dikaruniai anak. Bertahun-tahun kami konsultasi ke dokter. Kami bahagia, saat Mamah kamu positif hamil. Tapi, bayi dalam kandungannya tidak bertahan lama. Sudah 3 kali Almarhumah hamil tetapi akhirnya selalu diambil lagi Sang Pencipta. Hingga, suatu hari datang seorang bayi kecil dibawa oleh Restu, pamanmu. Iya, itu kamu, Nak. Bayi tak berdosa datang menjadi malaikat kecil di rumah ini," ucap Papahnya yang sudah tak kuat menahan tangis.

"Terus gimana lagi, Pah?" tanya Selena dengan suara melembut.

"Restu menceritakan asal usul kamu. Dia juga memberikan Papah suat dari ayah kandungmu dulu. Mamahmu yang langsung jatuh cinta padamu ingin sekali merawatmu. Mamah terlihat bahagia dengan kehadiran kamu. Hingga saat kamu berusaha tujuh tahun, Mamah mulai sakit-sakitan dan tak lama ia divonis mengidap kanker Rahim,"

"Hah? Jadi Mamah meninggal bukan karena penyakit biasa?" tanya Selena tak percaya. Ia langsung menangis tersedu-sedu.

"Iya. Dua tahun Mamahmu berjuang melawan penyakitnya. Tetapi naas, nyawa Mamahmu tidak terselamatkan," lanjut Pak Hardito.

"Terus.. terus kenapa Papah gak nikah lagi kalau Papah ingin punya anak?"

Pak Hardito tersenyum lalu menjawab, "untuk apa Papah menikah lagi jika kehadiran kamu di sini saja sudah cukup membahagiakan Papah?"

Selena sungguh terharu dengan ucapan-ucapan Pak Hardito yang jelas-jelas sangat menyayanginya. Ia pun penasaran dengan kakek neneknya dari Papah Herman.

"Terus, kakek dan nenek Selena dari Papah Herman kemana? Mereka gak pernah datengin Selena sampe sekarang?" tanya Selena yang masih penasaran dengan masa lalunya.

"Waktu Papah mencoba ke rumahnya pun mereka sudah tidak ada. Tetangganya bilang kalau kakek nenekmu langsung pindah ke luar negeri semenjak meninggalnya Papah kamu, Nak," jawab Pak Hardito tak kuasa menceritakan itu semua pada Selena.

"Mereka jahat, Pah," teriak Selena dengan bercucuran air mata.

"Sudah lah Sel, sebaiknya kamu masuk kamar cepat tidur, besok kamu kan sekolah!" perintah Pak Hardito.

"Tapi, Pah mereka jahat, egois, gak peduli sama Selena!" teriak Selena histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Pak Hardito pun memeluk Selena dan menenangkan anak angkatnya itu.

🌃

Hingga keesokan harinya, Selena berangkat sekolah tidak seperti biasanya. Kini ia berangkat sekolah menggunakan angkot karena mobilnya sedang diperbaiki. Seperti Karin saat itu , kini ia juga susah dapat angkot. Hingga beberapa menit kemudian, ada Arkan yang lagi-lagi kebetulan melihat Selena.

"Sel! Naik!" ucap Arkan setelah memberhentikan motornya depan Selena.

Selena mengeryitkan dahinya. Ia tampak tidak asing dengan lelaki di depannya itu.

"Kak Arkan?" tanya Selena sambil menunjukkan jari telunjuknya ke depan Arkan.

"Iya, cepet naik nanti lo kesiangan!" jawab Arkan cepat.

History Influence [Terbit]Where stories live. Discover now