Chapter 4

273 62 50
                                    

(。;_;。)

Pagi ini Gamma berniat akan menjemput Tania. Tidak seperti biasanya Gamma sejak pukul 06.30 sudah siap akan berangkat.

"Tumben kamu udah rapi Gam," tegur Wahyu kepada Gamma yang baru saja   bergabung dengannya di meja makan.

"Hehe, Tante Risa mana, Pa? Gamma mau pamit ini." Gamma celingukan mencari keberadaan seseorang.

"Kamu tuh sudah Papa bilangin, panggil Risa itu mama, ya walaupun dia mama tiri kamu," tegur Wahyu memperingati putranya.

"Maaf Pa, Gamma enggak bisa soal itu."

"Udahlah, Mas. Biarin Gamma panggil aku sesuka dia, yang penting dia mau menerima dan menghormati aku," sela Risa--mama tiri Gamma dari arah dapur.

"Tuh Pa dengerin, Tante Risa aja santai kok."

"Hm." Wahyu bergumam pasrah. Tidak ada untungnya jika dia berdebat dengan Gamma, karena ujungnya Gamma pasti akan mendapat pembelaan dari Risa.

"Tante, aku berangkat dulu ya," pamit Gamma kepada Risa.

"Enggak sarapan dulu Gam?"

"Enggak deh, lagi buru-buru soalnya."

"Mau jemput pacar nih pasti," ledek Risa sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Sembarangan aja."

"Mana ada cewek yang mau sama cowok model seperti Gamma." Wahyu menimpali  lalu merangkul bahu Risa.

"Papa tambah sembarangan kalau ngomong, anaknya ganteng gini di sepelein," protes Gamma tidak terima diledek Risa dan Wahyu.

"Udah sana buruan berangkat, nanti kalau telat pacar kamu marah lhoh," ujar Risa sambil tersenyum meledek.

"Terserah, Assalamu'alaikum!!"

Setelah pamit dengan Papa dan Mama tirinya, Gamma segera melajukan mobilnya menuju rumah Tania.

Setelah pulang dari rumah Tania semalam, entah kenapa firasatnya tidak enak, semalam tidurnya gelisah karena merasa khawatir dengan keadaan Tania.

(。;_;。)

Sesampainya di rumah Tania, Gamma segera turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah Tania.

Sosok Bu Mina muncul membukakan pintu dengan memakai celemek bergambar idol Korea. Bu Mina mempersilahkan Gamma untuk masuk.

"Bu, Tania udah berangkat sekolah?" tanya Gamma kepada Bu Mina.

"Belum atuh, Neng Tania aja belum dibukain pintu sama nyonya sejak semalem, Den."

"Maksudnya, Tania dikunciin mamanya Bu?"

Bu Mina mengangguk. "Semalem setelah Den Gamma pulang, Neng Tania diseret sama Nyonya terus dikunciin di kamar sampai sekarang. Tadi saya ketok pintunya tidak dijawab Den. Padahal niat saya mau nganterin sarapan buat si Neng tadi," jelas Bu Mina.

"Jangan-jangan terjadi sesuatu sama Tania," celetuk Gamma.

"Ah, masa sih Den. Neng Tania anak yang kuat kok." Bu Mina mencoba berfikir positif.

True Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang