Part 11

3.5K 560 26
                                    


Natuna, 2018

1 bulan sebelum kembali ke Jakarta.

Aku benar-benar mual, kepalaku pusing sekali. Padahal sepanjang perjalanan aku hanya tidur di kapal, selama dua belas jam.

Kepalaku berat sekali. Aku menatap Julio yang menatapku prihatin. Bagaimana tidak aku sudah meminum obat anti mabuk sebanyak 4 buah dan aku masih tewas.

"Lo istirahat aja hari ini, gue mau langsung ke kecamatan dulu."

Kami melakukan perjalanan ke Kecamatan Serasan. Izin survey akan kami lakukan hari ini rencananya karena kapal tiba sebelum siang.

Akan tetapi keadaanku benar-benar mengenaskan.

Kami naik ojek ke penginapan dan aku masih saja terus ingin muntah. Ini memang pengalaman pertamaku naik kapal besar dan cuaca tiba-tiba tadi tidak bersahabat. Jadilah sepanjang perjalanan rasanya terombang-ambing.

Baru satu jam aku istirahat, pintu kamarku diketuk beberapa kali. Aku membukanya dan terbelalak mendapati Azka ada di depan kamarku.

"Kamu tau darimana aku disini?"

Azka menatapku dengan tatapan tidak, "Dari Julio lah, kami ketemu di tempat makan. Kenapa kamu nggak menghubungi aku?"

Aku menghela nafas dan menggeleng, "sinyal jelek." alasanku saja.

"Pelanggaran." gerutu Azka.

"Kamu ngapain disini?"

Azka menatapku dalam, "Kangen. Aku nggak nyangka kamu juga disini."

Aku tersenyum senang dan memeluk Azka, lama sekali. Kami hampir dua minggu tidak pernah bertemu lagi.

"Kamu ngapain disini?"

"Udah dari seminggu yang lalu, ada urusan."

Azka meletakkan obat di atas kasurku dan tersenyum. "Yaudah kamu istirahat dulu, kalau sudah mendingan nanti aku ajak ke pantai sisi."

Aku mengangguk saja, sudah tidak kuat meladeninya. Kepalaku benar-benar berat dan tubuhku butuh istirahat.

"Kegiatanku hari ini udah selesai. Kamu mau ditemani?"

Aku menggeleng.

"Azka aku benar-benar lemas."

Azka tersenyum kepadaku, menangkup kedua wajahku dan mencium pipi kanan kiriku. "Cepat sembuh, cantik."

Aku berdesis pelan. "Perjanjiannya sudah ngga boleh."

Azka terkekeh dan mengangguk, "hanya sekali ini. Kamu benar-benar kelihatan lemah."

"Aku jelek?"

"Nggak, cantik."

"Nggak cantik?"

"Nggak jelek titik. Kamu cantik."

Azka terkekeh pelan dan memberikan aku sebuah buku.

"Ini supaya kamu nggak bosan disini. Ha, aku lupa membuang sticky notes di bukunya. Tolong kamu buang ya?"

Aku mengangguk lagi dan menutup pintu. Azka sudah pergi dari penginapanku. Belum bisa tidur aku malah membuka buku yang diberikan Azka.

Ada sticky notes kecil dan diselipkan di beberapa kata.

Get.

Well.

Soon.

You are.

The Justice | ✓Where stories live. Discover now