Part 15

3.5K 573 37
                                    

Semoga sukaa

Part 15

Aku kesal.

Entah kenapa pertengkaranku dengan Azka membuatku benar-benar moodku tidak stabil. Azka hanya diam sampai sekarang dan itu membuatku makin kesal.

Aku tau apa yang dia lakukan adalah yang terbaik. Tapi apa tidak bisa berkompromi dulu dengan kami? Hanya karena dia utusan khusus bukan berarti dia bisa mengambil keputusan semaunya. Mas Fahri sudah memperingatkanku agar diam saja mulai sekarang, tapi aku tetap saja masih kesal.

Karena itulah aku memutuskan untuk memanah di belakang rumah Pak Ario.

Aku kembali melayangkan anak panahku.

Tepat di tengah.

Tak lama setelahnya aku mendengar suara tepukan tangan. Aku menoleh, Pak Ario ternyata sudah pulang dari latihan fisiknya.

"Oke juga."

Aku tersenyum menang. Susah payah aku melatih diri agar bisa lolos dalam program latihan beberapa bulan yang lalu.

"Mau memanah di hutan?"

Aku menatap Pak Ario sebentar dan berpikir.

"Saya tunggu di depan, kami mau berburu. Saya dengar kamu beberapa kali ikut berburu waktu itu?"

Aku mengangguk cepat, "Nggak terlalu sering." dan membereskan barang-barangku. Tidak butuh waktu lama, aku sudah berada di depan rumah Pak Ario, kami akan dijemput dengan mobil.

Pak Ario membawa bedil sedangkan aku membawa panah, aku mengambil pisau yang cukup besar dan memasukkannya ke dalam tasku.

Azka sedikit terkejut melihatku yang ada di rumah Pak Ario, ternyata dia juga ikut. Aku melemparkan senyum singkat dan segera mengalihkan pandangan.

"Sudah ada dimana?"

"Siap, di jalan komandan."

Pak Ario menganggukkan kepalanya dan duduk di teras rumah. Percaya tidak percaya Pak Ario tak pernah merokok semasa hidupnya, dia salah satu prajurit paling sehat yang pernah kutemui. Kegiatannya positif, badannya bagus dan tidak sombong.

Azka kembali melirikku, "Bella juga ikut komandan?"

Pak Ario mengangguk saja dan aku tersenyum singkat ke arahnya. Dia tidak pernah menyukai jika aku ingin melakukan kegiatan yang berat, namun sekarang dia tidak bisa membantah karena Pak Ario yang mengajakku.

Azka menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdiri di dekatku.

"Jangan lari terlalu jauh nanti."

Aku hanya diam saja, tidak mau menerima perhatiannya.

Dia sengaja menginjak kakiku dan melepaskannya ketika aku akan menggerakkan kaki.

Aku menatapnya garang.

Dia hanya mengedipkan sebelah matanya.

***

Aku memang tidak terlalu menyukai berburu, selain karena cukup lelah menjalaninya, aku hanya menjadikan berburu sebagai latihan jika aku akan menembak musuh. Beberapa perempuan tidak akan menyukai kegiatan ini.

Aku seharusnya masuk ke dalam jajaran perempuan itu.

Tapi disinilah aku sekarang, melihat-lihat ke sekeliling hutan, menangkap apa yang ingin aku tangkap. Aku sudah tidak tau keberadaan yang lain, mungkin berkeliling di sekitar sini.

Sebenarnya aku tidak terlalu mau berburu, aku hanya ingin lari dari kesibukan ini. Terlalu banyak orang di rumah membuatku tidak bisa berpikir, aku bahkan tidak bisa mengurai satu persatu siapa dalang di antara kami.

The Justice | ✓Where stories live. Discover now