―cinq.

296 94 11
                                    

Jiwon mengedarkan pandangan ke arah meja kerjanya, lalu menemukan sebuah foto yang cukup menghangatkan hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwon mengedarkan pandangan ke arah meja kerjanya, lalu menemukan sebuah foto yang cukup menghangatkan hatinya.

Itu gambar Chaewon, Younghoon, dan Jonghoon―diambil saat putrinya itu berulangtahun seminggu yang lalu. Entah ada petir apa yang menghampiri, namun Jonghoon benar-benar ada di dalam foto itu.

Jiwon menghela napas panjang, lalu meraih ponsel miliknya yang tergeletak begitu saja. Sedetik kemudian jarinya menuju ke sebuah kontak, hanya bermaksud untuk menanyakan kabar.

"Halo, bu?"

Jiwon reflek tersenyum kala suara manis Chaewon menghampiri indera pendengarannya, "Hei, sudah pulang?"

"Aku baru saja sampai," balas Chaewon. "Ibu tidak ke rumah? Hari ini ayah―oh, tidak."

Alis Jiwon bertaut seketika, merasa heran dengan perubahan nada bicara Chaewon barusan, "Ada apa?"

Chaewon tidak juga menjawab, membuat Jiwon sungguh penasaran. Samar-samar ia kembali mendengar sesuatu dari ujung sana―suara tawa seorang wanita.

Jiwon tersenyum kecut, sudah hafal dengan itu.

"A-ah, bukan apa-apa," Chaewon akhirnya bersuara. "Makan malam di luar hari ini sepertinya terdengar bagus, ya, bu?"

"Tidak, ayo kita makan di rumah saja," ucap Jiwon, terdengar sinis. "Aku rindu dengan Choi Minji. Dia pasti sedang berada di sana, bukan?"

Sedetik kemudian Jiwon mematikan sambungan teleponnya dengan Chaewon, secara sepihak.

🅔🅣🅗🅔🅡🅔🅐🅛

Chaewon menutup pintu rapat-rapat, berusaha menghindar dari keributan di luar. Jiwon tiba-tiba datang ke rumah, melabrak Jonghoon dan "wanita simpanannya" dengan kasar.

Chaewon tahu orang itu. Namanya Choi Minji, wanita cantik nan kaya raya pemilik sebuah butik. Namun sayangnya, sikap wanita itu sangatlah picik.

Chaewon sudah memperhatikan Minji sejak tiga bulan lalu. Wanita itu tak jarang berkunjung ke rumah, sekedar mengajaknya bercengkerama, lalu akhirnya menghampiri Jonghoon diam-diam.

DIa wanita busuk yang menghancurkan keluarga Chaewon, tentu saja.

"DASAR JALANG! SEDANG APA KAU DI SINI, HAH?!"

Chaewon mendekatkan telinganya pada pintu kamar, membuat dirinya bisa mendengar apa yang terjadi di luar sana cukup jelas. Jiwon sering memergoki ketika Jonghoon sedang bersama Minji, namun anehnya wanita itu tidak pernah merasa jera.

Gadis itu menghela napas pelan, tampak berat. Ia terlalu takut untuk melerai mereka semua yang ada di sana, ia mengakui dirinya yang memang payah.

Sedetik kemudian Chaewon merasakan ponsel miliknya bergetar di atas meja, tanda ada panggilan masuk untuknya. Tanpa pikir panjang, gadis itu pun meraih benda pipih itu dengan segera.

"Halo? Kak―"

"Hei, Chaewon. Ini aku, Sanha."

Chaewon terkesiap, pipinya memanas seketika. Ia tertawa kecil, menyadari responnya yang salah barusan.

"Maaf, aku kira Kak Wooseok yang berbicara," ucap Chaewon, lalu netranya memandang jam yang ada di dinding atas sana. "Ada apa?"

"Kau bisa―Hyunjin! Bisa diam sebentar?"

"Seharusnya kau tidak usah menjauh hanya untuk menelepon Chaewon seperti itu, San. Dasar, kau―"

"Bisakah kalian diam?! Chaewon ingin berbicara, bisa kalian dengar dulu sebentar? Hah, bodoh sekali kau yang mengeraskan suara ponselmu dari tadi, San..."

Chaewon reflek tersenyum kecil, merasa hafal dengan semua suara yang menghampiri indera pendengarannya barusan. Tak salah lagi, semua sahabatnya tengah berkumpul dalam satu tempat sekarang.

"What are you doing there, guys?" tanya Chaewon, penasaran. "Kalian di mana?"

"Rumahku, Hyunjin yang mengusulkan," balas Sanha. "Awalnya rencanaku hanya sekedar mengajak mereka belajar bersama, tapi entah kenapa Nakyung malah membeli banyak makanan."

"Really? Sounds fun..." Chaewon masih berusaha mengontrol nada bicaranya.

"Ayo bergabung, ujian tinggal beberapa hari lagi dan kita harus bersenang-senang sepuasnya dulu."

Senyuman Chaewon memudar seketika, merasa bingung harus memberikan respon seperti apa. Sejujurnya gadis itu sangat ingin menerima ajakan Sanha barusan, tapi bagaimana caranya ia keluar sedangkan di luar sana sedang sangat ramai?

Prang!

Untuk kesekian kalinya, ada barang di rumah Chaewon yang pecah. Orang-orang di bawah pasti sudah gila, pikirnya.

"Apa yang terjadi di sana? Kau memecahkan sesuatu?"

Chaewon gugup, rasa panik tiba-tiba menjalari tubuhnya, "T-tidak, San. Bukan apa-apa―"

"Apa aku perlu ke sana?"

"Tidak usah, sungguh! Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Kak Wooseok mengajakku pergi sore ini."



















Chaewon menunggu balasan Sanha sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Tentu saja, ia takut lelaki itu curiga dengan apa yang terjadi di rumahnya.

"Oke, kami tidak memaksa. Semoga sisa harimu menyenangkan―"



















Tuut!

Chaewon mau tidak mau memutus sambungan teleponnya secara mendadak ketika ia melihat pintu kamarnya dibuka perlahan.

"Chae?"

Gadis itu menghela napas lega ketika sosok Younghoon muncul dari balik pintu di sana. Wajahnya tampak tidak biasa, entahlah Chaewon merasa jika kakaknya itu sangat panik sekarang.

"Ada apa―"

"Kita harus pergi, sekarang," ujar Younghoon, tampak terburu-buru. "Bersiap-siaplah secepatnya."

"Bagaimana dengan Kak Wooseok?"

"Dia sudah di luar sejak tadi siang," balas Younghoon, nampak tak karuan. "Cepatlah, keadaan di bawah semakin parah, Kim Chaewon. We have to leave home before he hits all of us, again."

ethereal masuk ga sike otak kalian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ethereal masuk ga si
ke otak kalian?

[02] ethereal | kim chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang