Red Flag ; 05

30.2K 2.4K 61
                                    

Anyway Enjoy!

•••

Sekali lagi, aku menatap cermin. Memastikan wajahku lebih segar dari sebelumnya. Jeffrey mengawasiku dari pintu bathroom, berdiri layaknya bos besar.

"Ganti dulu bajunya." peringat Jeffrey ketika aku melangkah keluar kamar. Hampir saja selangkah lagi gaun berjaring transparan ini dilihat oleh papa. Sekilas aku melihat tatapan papa, meski tidak terlalu dekat. Semoga dia tidak melihat keadaanku yang serba berantakan.

"Kapan papa dateng?"

Jeffrey masih mengawasiku mengambil pakaian di lemari. "Sekitar 30 menit lalu, mungkin?" jawaban itu terdengar tidak meyakinkan.

"Kok pagi banget?"

Jeffrey mengedikkan bahunya.

"Terus papa dari tadi ngapain aja?" tanyaku lagi sebelum menutup pintu bathroom untuk berganti pakaian.

Lelaki itu mendekatkan wajahnya, "Sini." bisiknya.

Aku mengikuti instruksinya, mendongakkan kepalaku penasaran.

Cup

"Jeffrey!" geramku kesal padanya. Aku kira Jeffrey akan memberitahuku tentang pembicaran papa dengannya. Tapi pria itu malah mengecup bibirku.

"Ssttt... nanti papa kamu denger."

Gila. Aku mendengus. Malu. Menutupi rona pipiku, yang memanas. Setelahnya aku langsung menutup pintu. Kutatap cermin di depanku, pipiku merah bukan main. "Sialan."

Tapi sialan itu, selalu membuat hatiku menghangat. Gara-gara kecupan singkat itu aku jadi mengeluarkan senyum malu-malu seperti remaja labil. Sedetik mengingatkanku bahwa tidak pernah terjadi sesuatu hal diantara kami.

"Kasian papa nungguinnya lama, Giandra."

"Iyaa... Sebentar." teriakku, memangnya siapa yang membuat keadaan menjadi lama?! "Ngapain sih papa kesini?" gerutuku sekali lagi.

Jeffrey bergeming, tidak mengubris pertanyaanku. Secepatnya aku menyelesaikan pekerjaanku berganti pakaian.

"Ayo turun." ajak Jeffrey padaku. Memberikan jalan untuk mendahuluinya.

Terlihat Papa sudah duduk disana, ada dua cangkir kopi di meja. Sepertinya mereka sudah mengobrol lama. Rasa penasaranku semakin besar, kira-kira apa alasan papa kesini setelah terakhir kali dia bersumpah akan menghajar Jeffrey karena membuatku menangis sampai kembali ke rumah asalku.

Jeffrey baik-baik saja, tidak ada luka satupun yang terlihat. Keadaan papa juga baik. Ruang tamu juga masih sama. Berarti rencana papa untuk menghajar Jeffrey masih belum dilakukan atau mungkin sudah tidak akan dilakukan.

"Papa." sapaku.

Dari dulu papa selalu sulit ditebak sama seperti Jeffrey. Mungkin karena pekerjaan papa di bagian hukum yang sama seperti Jeffrey membuat mereka sekilas mirip. Mereka pintar mempertahankan mimik wajah dan juga pintar menyembunyikan sesuatu. Setiap perkataannya selalu diungkapkan secara hati-hati.

Kadang aku juga tidak mengerti, hampir seluruh keluarga Jeffrey memang keturunan anak hukum, di keluargaku juga sama. Mama, Papa, bahkan kakakku juga seorang yang berkecimpung di hukum. Hanya aku saja yang tidak memiliki minat di hukum, terlalu menyesatkan dan terdapat banyak permainan kotor.

Red Flag || COMPLETE ||Where stories live. Discover now