ketika sudah memilih

3.4K 389 33
                                    








Soobin masih dengan senang hati menggendong Seokjin didalam dekapannya. Matanya tak henti-hentinya memandangi wajah manis nan mungil si bayi yang tertidur. Bagaikan jadi seorang ayah, Soobin bahkan lupa jika jamnya sudah berakhir dan ia sudah boleh pulang.






Namun entah angin datang dari mana, tiba-tiba saja Seokjin terbangun. Ia mengedipkan matanya beberapa kali sampai akhirnya ia bertemu mata dengan Soobin. Soobin tersenyum dan menyambutnya dengan ramah, namun Seokjin tidak bereaksi ia malah menatap Soobin dengan tatapan takut. Kepala ditolehkan lagi ke sekeliling matanya bergerak ke kiri dan ke kanan mencari wajah-wajah sangar yang pernah ia lihat sebelumnya. Namun nihil, diruangan itu tidak ada siapapun selain seseorang yang tampan dalam balutan jas putih panjang dengan senyum hangatnya itu. Dan entah kenapa, Seokjin jadi terlihat khawatir.





"Mencari berandalan itu manis? Tenanglah, ada Soobin-hyung disini.." Soobin mengecup pipi itu lagi.






Namun diluar dugaan rupanya bayi itu tidak mau menerima kehadiran Soobin. Tangannya merengkuh kuat kemeja Soobin dan ditarik, Seokjin mulai menangis. Saat itulah Soobin panik dan menurunkan Seokjin dari gendongan. Ia meletakkan Seokjin ke kasur yang ada disampingnya.






"Kenapa sayang? Kenapa menangis?" Soobin perlahan mengusap lembut pipi Seokjin yang basah. Tidak tega jika buliran bening itu terus mengalir. Ia bahkan sempat panik meski ia menyandang gelar dokter. Hingga akhirnya Soobin sadar ada satu keanehan akan diri Seokjin. Tanpa memalingkan pandangannya dari Seokjin, Soobin langsung memanggil seorang suster.







"Ada masalah dokter?"






Soobin nampak mengangguk. "Bantu aku memeriksa anak ini. Juga suruh satpam untuk mengejar preman tadi."















.
.
.








Setelah melalui perdebatan panjang antara sang dokter dan preman. Akhirnya Namjoon dan teman-temannya pergi dari rumah sakit itu. Mereka kalah berargumen karena memang dilihat dari segi manapun, mereka tidak akan becus mengurus Seokjin jika belum mempersiapkan apa-apa. Bahkan sang leader yang dikenal pandai pun tak bisa berkata-kata saat ditanya bagaimana akan mengurus Seokjin kedepannya.







"Aku akan telepon eomma agar mengirimkan apa-apa saja yang diperlukan untuk merawat bayi." Namjoon sudah membuka kunci ponselnya, namun Yoongi menahannya.





"Kalau eomma mu malah curiga bagaimana?" Disini Namjoon hanya tersenyum, semua anggotanya di buat bingung.






"Apa itu hal yang aneh? Dia yang memergoki ku menonton film dewasa saat masih kecil. Kurasa dia tidak akan kaget dan malah akan bangga karena aku bertanggung jawab." Sesaat Yoongi mengunci pandangannya pada Namjoon. Sepertinya ia tengah mencari celah-celah ketidakseriusan Namjoon.







"Kalau sampai terjadi sesuatu kau yang akan kusalahkan lebih dulu." Yoongi mengancam dengan tatapan tajam. Kedua tangannya langsung ia masukan ke saku depan hoodienya. Dengan langkah yang angkuh ia berjalan ke arah mobil mereka. Yang lain tahu jika Yoongi sudah berkata-kata seperti itu maka itu artinya dia sudah serius. Tidak peduli mau Namjoon atau siapapun. Dia akan menghukum sesuai hukum jalanan jika sesuatu berjalan tak sesuai dengan keinginannya.







Sementara Taehyung hanya menghela nafas. Ia menunduk dengan lesu menuju ke mobil mengikuti yang lain.





"Padahal aku suka menggendong Jinnie..."



Don't worry, Baby. [Completed]Where stories live. Discover now