Chapter 7 - 𝐃𝐞𝐦𝐚𝐦

720 43 2
                                    

Typo ada dimana-mana. Kata kata ga baku. Mungkin ada kata² yang kasar.. :) okie dokie~
Happy Reading!
-
Note : Boboiboy dan kawan kawan hanya milik Monsta, dalam cerita ini saya hanya meminjam tokohnya, tolong difahami:).
-

A u t h o r
------------------------------------

"Jika egois dibalas dengan egois
Maka pemenangnya adalah perpisahan"

-

Normal POV

"Taufan..?" tanya Yaya terkejut. Seseorang yang dipanggil Taufan hanya menjawab dengan senyuman.

"Lu ngapain sik?!" tanya Yaya geram yang dari tadi ingin menonjok muka Taufan karena wajahnya terlalu dekat dengan dirinya.

"Gue pulangnya lewat sini, abis itu gue lihat ada perempuan lalu gue nyamperin eh ternyata elu" jelas Taufan panjang lebar dan diselingi oleh tawanya.

"Emang rumah lu dimana ha? Kok bisa sejalur sama rumah gue?" tanya Yaya heran.

"Itu tuh pinggirnya gardu perumahan" balasnya sambil menunjuk perumahan greenvile dan Yaya hanya menjawab dengan 'O' saja.

"Kalau lu rumahnya mana Ya?" tanya Taufan balik.

"Didalem perumahan" balas Yaya seadanya.

"Oh.. Berarti rumah lu sama rumah kita deketan dong?" tanya Taufan sedikit bahagia.

"Jauh" balas Yaya dingin.

"Lha, katanya didalem perumahan? Kan pastinya deket?" tanya Taufan dengan gaya sok polosnya. Yaya berhenti berjalan ketika melihat sosok laki laki yang menunggu didepan rumahnya.

"Gue pulang dulu, makasih atas tumpangan payung" pamit Yaya lalu berlari tak peduli dengan air genangan.

"Tunggu Ya! Masih huja-" belum sempat Taufan berbicara Yaya sudah berlari menjauhinya.

Taufan berjalan dan menemui sosok kakaknya yang sedang menunggu. Perlahan lahan mulai jelas raut wajah kakaknya.

"Cengar cengir aja lu, buruan masuk abis itu mandi!" pinta Kak Hali ketus lalu masuk kedalam rumah diikuti Taufan dibelakangnya.

"Cengar cengir aja lu, buruan masuk abis itu mandi!" pinta Kak Hali ketus lalu masuk kedalam rumah diikuti Taufan dibelakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yaya POV

Aku sudah berada didepan pintu rumah. Cklek suara knop pintu terdengar dari luar maupun dalam. Perlahan ruangan dalam rumah terlihat hingga sepenuhnya terlihat.

"Assalamualaikum Yaya pulang" salamku lalu menutup pintu.

"Masyaallah Yaya! Kenapa kamu baru pulang???" tanya Mama histeris berjalan mendekat kearahku.

"Yaya habis bantu Tante dicafenya.. Oh iya Ma, Papa mana? bukannya malam ini akan pulang?" aku membanjiri pertanyaan terhadap Mamaku.

"Pesawat yang akan ditumpangi Papa didelay sampai esok, jadi Papa kemungkinan pulang besok dan sekarang kamu harus mandi Yaya! Kamu bisa bisa demam!" jelas Mama dan menyuruh ku untuk bersih diri.

"Haah.. Baiklah ma.." balasku malas lalu berjalan kekamar.

*SKIPP- (Hingga besok).

Halilintar POV

Gempa membangunkan diriku dan itu membuat diriku tidak nyaman. Bagaimana tidak? Dia mencipratkan air kewajahku.

"Kak bangun.. Sholat shubuh dulu" pinta Gempa yang masih melakukan hal menjengkelkan terhadapku.

"Iya, gue dah bangun" balasku merubah posisi menjadi duduk lemas.

Yaya POV

"Wajah gue kenapa lagi sik ah-! Kok pucat kaya mayat hidup-?!" gumamku geram ketika melihat cermin yang memantulkan wajah ini.

"Yaya? Bekal kamu sudah siap jadi cepat turun kebawah!" pinta Mama dari lantai bawah.

"Iya Ma.." balasku lesu dan menyelesaikan hias diri.

*SKIIP- disekolah.

Seperti biasa. Sekarang aku sedang berada dipagar untuk mencatat kedatangan siswa. Kepala ini memaksakan diriku untuk berbaring dan aku menolaknya.

"Yaya bebebquuu"

Aku segera mencari sumber suara tersebut. Dan seperti yang kuduga. Dia Ying dan diikuti Gopal dibelakangnya.

"Eh emak curut- YAYA! Muka lu kaya mayat hidup!" teriak Ying histeris dan langsung memegang wajahku.

"Udah! Lebay amat lu-" tukasku menepis tangan Ying yang berada diwajahku.

Tiba tiba seorang lelaki berjalan memasuki gerbang dan menghampiriku, ralat menghampiri kita.

"Gempa! Lihat deh wajahnya Yaya!" pinta Ying yang menunjuk wajahku.

"Ya, lu sebaiknya ke UKS kalau ada apa apa gimana?" tanya Gempa sepertinya khawatir denganku.

"Oga!" balasku ketus dan tidak mendengarkan ocehan maupun omelan dari mulut Ying.

Tap

Sebuah punggung tangan mendarat didahiku. Aku segera menepisnya dengan kasar.

"Lu demam" ucap Gempa yang sedikit kesal terhadap keras kepalaku.

Pandangan sekitar mulai tidak jelas. Perlahan lahan mulai buram. Dan...

BRUK..

BRUK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.TBC.

✴ Huyey~ Makasih dah mau vote ^^! Jangan lupa comment and share ya kawan kawan! Hiya-Hiya~ kemarin ga up. Ya gitchulah.. Ide ga bisa diajak kerja sama:(.

Okay then..

Cya^^

--------------------------------------

𝐒𝐡𝐞 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐥𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭 (𝔹𝔹𝔹 𝕗𝕒𝕟𝕗𝕚𝕔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang