SENJA TERAKHIR #2

58 20 0
                                    

"Andai saja kau masih di sini, Ayah."

Violetta, wanita yang sedang ditunggu di ruang tamu sana, kini tengah menitikkan air mata dengan sebingkai foto di pangkuannya.

Sebuah foto keluarga menampilkan pria dewasa berseragam dokter dengan seorang wanita dewasa yang berpakaian modis, dan seorang gadis kecil berkuncir dua. Itu keluarganya, itu miliknya seutuhnya. Namun, apakah bisa kita mengklaim sesuatu menjadi milik kita bahkan di saat mereka sudah musnah, sudah tak ada di dunia ini lagi.

"Ibu, Ayah, Violetta harap kalian senang dengan keputusanku saat ini. Kuharap kalian bisa menerima ini, terimalah Agung menjadi pasanganku."


Violetta mendongak, mencegah air matanya untuk jatuh lebih banyak lagi. "Yakin padaku, dia pria yang sangat baik. Jangan cemaskan aku Bu, dia bisa menjagaku."

Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengarm

"Violetta! Keluarlah segera, jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama."

Violetta melebarkan matanya dan hampir saja membuat bingkai itu jatuh ke lantai. "Astaga, tak bisakah dia lebih tenang?," gumamnya kesal.

"Bibi, sebentar lagi aku akan turun, aku harus merapikan hijabku lagi. Turunlah lebih dulu."

"Ah, baiklah. Jangan terlalu lama di dalam sana. Apa se-nervous itukah dirimu?."

Violetta mengernyit saat mendengar kalimat terakhir, apalagi saat ada kekehan kecil di ujungnya? Apa maksud bibinya?

***

Agung memejamkan matanya sejenak, dan mencoba menyembunyikan senyumnya yang terus saja memaksa untuk muncul. Bagaimana tidak? Lihat saja, di sofa seberang ada seorang gadis bergamis soft pink, sedang memancarkan senyum terbaiknya.

Cincin di jari Violetta sudah terpasang, begitupun dibjari Agung sendiri.

"Kita sudah membicarakan rencana akad nikahnya, bagaimana, kau setuju, Violetta?" Ayah Agung mulai membuka suaranya.

Violetta menoleh perlahan ke arah bibinya, dan dibalas dengan anggukan dan senyuman. "Jika Bibi sudah mengizinkan, lantas aku harus menunggu persetujuan siapa lagi? Tentu saja aku setuju," jawabnya lemah lembut dengan senyuman.

"Alhamdulillah ...." Semuanya kompak mengucap syukur.

***

"Menikah itu ibadah, bukan hanya mainan."

"Aku tahu," jawab Agung.

"Kau serius? Sudah yakin?" Violetta memastikan Agung sekali lagi.

"Yakin?" Agung mengernyit.

Violetta menatap Agung lekat. "Yakin sama diri sendiri, sama Allah tentunya. Sudah?"

Agung menghela napas dan tersenyum lembut. Ia bingung mau meyakinkan Violetta dengan cara apalagi. Memang, dia mengerti, memberi kepercayaan kepada perempuan itu tidak mudah. Suatu beban berat yang harus kita takhlukan. Berat saat Violetta memutuskan menyerahkan hatinya pada Agung. Begitu juga Agung, berat saat meminta Violetta kepada paman dan bibinya.

SENJA TERAKHIR (rest)Where stories live. Discover now