15 | Lighter

1.1K 180 70
                                    

Kim Jisoo mendecak sebal ditempatnya. Sudah panggilan kelima dan Mino masih tidak juga menjawab panggilannya. Itu tidak biasanya terjadi dan hampir tidak pernah Mino melakukan hal ini padanya. Pria itu akan selalu memprioritaskan Jisoo diatas segalanya. Diatas kesibukannya.

Biasanya. Tapi kali ini sepertinya berbeda, ada yang berubah dan Jisoo tidak tahu apa yang membuat Mino semakin sulit ia jangkau. Tidak mungkin hanya karena kesibukan, bertahun-tahun mengenal Mino, Jisoo tahu betul kesibukan seperti apa yang Mino lakukan kalau sudah menyangkut pekerjaan. Sesibuk apapun Mino, pria itu selalu bisa membagi waktu.

Dan Kim Jisoo kembali mendecak dengan kekagetan begitu rupa ketika sebuah mobil berhenti tepat didepan pintu rumahnya. Perempuan Kim itu mendongak lalu menaruh ponselnya begitu saja, berlari kecil terburu-buru membuka pintu dan melebarkan senyuman terbaiknya begitu melihat wajah pria yang begitu menyita perhatiannya sepanjang pagi.

"Sayang..."

"Ada apa?" Tanya Mino langsung, tanpa basa basi seperti biasanya. Kim Jisoo merubah raut wajahnya seketika, senyuman bahkan seolah lenyap dari ujung bibir berganti dengan raut wajah keheranan bercampur bingung atas reaksi dingin yang ia lihat dari wajah Mino. Wajah yang biasanya selalu bersikap hangat dan manis padanya.

Jisoo menarik nafasnya, perubahan-perubahan kecil yang terjadi pada Mino benar-benar membuatnya sedikit frustasi. Rasanya ia sendiripun ingin marah dan menanyakan hal yang sama pada Mino tapi Jisoo sadar, kalau ia melakukan hal yang sama dengan yang Irene dulu lakukan. Mino akan semakin jauh darinya.

Dan ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang Irene buat.

Perlahan perempuan Kim itu merubah raut wajahnya menjadi lebih santai, bibirnya bahkan mengulum senyuman manis khas Kim Jisoo yang biasanya ampuh menenangkan. Satu tangannya kemudian terulur meraih ujung lengan Mino dan memaksa pria Song itu duduk.

"Its okay sayang ... Kamu langsung pulang kesini dari kantor?" Tanya Jisoo dengan suara selembut mungkin. Mino yang mendengarnya menarik nafas panjang nya sepelan ia bisa. Nafasnya yang memburu perlahan kembali normal. Mino sadar ia tidak bisa menumpahkan kemarahan yang tengah ia rasakan pada Jisoo.

Perempuan ini terlalu lemah dan Mino tidak ingin mengambil resiko setelah nya.

"Kamu ga bohong kan Soo? Iya aku langsung kesini, aku takut kamu kenapa-kenapa" Sahut Mino. Sepenuhnya berbohong. Ia tidak tahu kebohongannya kali ini bisa terbaca atau tidak oleh Jisoo. Ia tidak mungkin berkata jujur pada Jisoo kalau ia bahkan sudah menguntit mantan istrinya seharian ini kan?

Kim Jisoo tersenyum, lega. Ia tahu Mino tidak akan berubah secepat itu. Setidaknya untuk saat ini Jisoo tahu kalau perasaan Mino padanya masih sama. Pria yang kini ada dihadapannya ini sudah resmi miliknya seorang dan Jisoo tidak harus selalu merasa ketakutan kalau Mino berpaling.

Ia memang keterlaluan. Bisa-bisanya Jisoo membiarkan fikiran buruknya berkeliaran seenak hati sementara pria nya yang sedang fokus bekerja melesat secepat mungkin hanya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

"Tadi aku bertemu Jeno dan Jaemin" Sahut Jisoo setelah yakin kalau Mino sudah kembali rileks. Perempuan itu masih menggenggam tangan Mino seerat mungkin. Pria Song yang sudah mulai santai itu kemudian menaikkan satu alisnya, berpura-pura kaget.

"Oh ya? A ... Aku merindukan mereka" Ucapnya terbata. Jantungnya bahkan berdetak dua kali lebih cepat ketika kebohongan demi kebohongan kembali ia lontarkan.

"Hmm, kapan kau bisa meluangkan waktumu sayang. Memangnya kau tidak ingin mengambil Nana? Ah.. Kau tahu, Jeno itu anak yang manis. Dia bahkan menitipkan salam untukmu" Sahut Jisoo dengan kedua mata berbinar, ekspresi bahagia nya begitu jelas terlihat sementara Mino hanya melenguh dalam hati.

OHANA [ FIN ]Where stories live. Discover now