part 1

62 6 2
                                    

Jika hanya menyisakkan luka dan tangis,
lantas untuk apa kehadiranmu itu?

*****

Kringggg!!!!

Setelah jam bimbingan dosen selesai. Viena dan Siren keluar menuju cafetaria yang berada dekat dengan Fakultas Kedokteran untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Bu Sekar.

"Vi, Vi hellooo?" Ucap Siren seraya mengayunkan tangganya untuk memecah lamunan Viena.

Sirena Anjani.
Sahabat Viena sejak kecil, sekaligus pelarian bagi Viena ketika semua orang disekitarnya tak bisa dipercaya dan menghianatinya.
Sahabat yang mengerti semua lika liku hidup Viena.

"E-eh gimana Ren?" Ucap Viena terbata bata.

"Lo kenapa sih Vi? Daritadi ngelamun terus?" Tanya Siren dengan antusias.

"Gue kangen aja Ren sama dia." Jawab Viena singkat, dengan nada sendu.

"Yaelah Vi Vi lo tu udah disakitin berkali kali sama tu anak juga masiiii aja kangen." Jawab Siren kesal dan dengan nada yang cukup tinggi, sehingga membuat Viena harus menutup mulut sahabatnya ini. hehe,

"Ada saatnya Ren gue kangen sama dia, walau dia sekejam itu. Udah sekitar 4 tahunan juga kan gue ga dapet kabar apa apa tentang dia." Ucap Viena dengan nada datar dan tetap sibuk dengan tugas kedokterannya.

"Iya si gue ngerti, tapi inget Vi, ini udah tahun ke 4 lo akhirnya bisa lebih ceria gak semuram 3 tahun terakhir." Ucap Siren yang bisa merasakan kerinduan pada seseorang yang bahkan hampir menghancurkan hidup sahabatnya ini. Ya walauu, Siren tetep ga terima sahabatnya ini harus kangen sama berandalan sok cool.

"Semoga lo baik baik aja ya dimana pun lo berada." Batin Viena.

*****

Sudah setengah jam Viena dan Siren berada di cafe. Tiba tiba dari dekat cafe datang seorang laki laki yang langsung main duduk seenak jidat disamping Siren.

"Waa!!" Teriak Ramdan dibelakang Siren, yang membuat Siren terkaget kaget.

"Astagfirullah hal'adzimm Ramdann! Lo tu ya, ga ada kerjaan lain apa selain ngaget ngagetin orang?! Untung aja jantung gue gak copot." Ucap Siren dengan nada tinggi yang membuat Ramdan tertawa terbahak bahak.

Namanya Ramdan Abdi.
Cowok se-fakultas Viena dan Siren yang hobinya bikin anak orang kesellll tiap hari, gegara ngeliat tingkah lakunya yang kayak cacing kepanasan, alias gabisa diem, hehehe.

Melihat tingkah taku 2 orang temannya ini, Viena hanya tersenyum simpul seperti biasanya.

"Sorry Ren sorry hahaha." Ucap Ramdan yang masih saja tertawa.

"Ada perlu apa lo kesini?!" Tanya Siren untuk mengalihkan lelucon Ramdan.

"Santai aelah ngomongnya kagak usah ngegas, gue ada perlu nih sama orang disebelah lo." Ucap Ramdan.

"Maaf yeee Ramdan orang terngeselin yang gue kenal. Sahabat gue ini lagi sibuk, lo ga liat apa Viena lagi ngerjain tugas?!" Ucap Siren yang sudah sangat kesal pada Ramdan.

Mendengar kalimat Siren, Viena lantas mengedikkan bahu Siren, "Hussh udah diem."

"Ada keperluan apa Ram?" Tanya Viena pada Ramdan.

"Ren, bisa gak si lo kalem dikitt aja kayak Viena?" Tanya Ramdan yang tak mendengarkan pertanyaan Viena.

"Sorry Ram, gue pipel bar bar." Sahut Siren dengan nada kesombongannya.

"Ram, ada perlu apa?" Tanya Viena sekali lagi untuk memastikan.

"Oh iya, sorry sorry. Ini nih gue mau tanya tentang tugas yang tadi dikasih sama Bu Sekar." Tanya Ramdan.

"Oh yang tadi, ntar gue jelasin." Jawab Viena yang sedang sibuk menyimpan file file penting tentang tugas kedokterannya.

Setelah menjawab pertanyaan Ramdan, Viena mulai menjelaskan pada Ramdan tugas tugas yang tadi diberikan oleh dosen.
Sembari menunggu sahabatnya selesai menjelaskan tugas, Siren tenggelam pada dunianya. Ya apalagi kalo bukan Twitter dan Instagram.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 01.14 WIB tapi Viena belum juga bisa tertidur pulas. Ingatan rangkaian kejadian kelam di masa lalu selalu menghantuinya disaat saat seperti ini. Bagai hujan saat tak mendung, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Viena ketika melihat foto keluarganya yang sedang makan malam di sebuah restoran bersama dengan sahabat laki laki Viena yang selalu menemaninya bermain di desa dan di sekolah semasa SD hingga SMA.

Viena mendekap tubuhnya yang sekarang sudah mulai melemah sambil mengucapkan, "Sudahlah, hari sudah esok, raga dan hatiku harus beristirahat.
Selamat malam ayah, ibu, dan kamu yang sangat ku rindukan."

To be continued!

Kira kira siapa ya Dia itu?

Gimana nih puasanya?
Masih semangat kan?
(bagi yang menjalankan)

Jangan lupa komen, dan vote.
Kalo mau kasi saran dan kritik boleh kok:D

So, hope u enjoy!

SaptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang