part 9

18 4 0
                                    

Semoga lekas membaik, hati dan raganya!

*****

Viena terbangun dengan kondisi matanya yang sembab, ia melihat ke arah Siren, lalu berkata,

"Kapan lo bangun Ren?" Tanyanya.

Tiba tiba Dokter Juna masuk bersama seorang suster untuk memeriksa kondisi Siren.

"Alhamdulillah kondisi pasien semakin membaik, pendarahan dalam tubuhnya kian membaik sudah tidak separah kemarin." Ucap Dokter Juna seraya melepas stetoskopnya.

"Alhamdulillah, makasih ya dok." Ucap Viena yang merasa lega.

"Nanti kalau pasien sudah siuman, kamu hubungi suster suster yang ada dilobi depan ruang melati." Ujar Dokter Juna.

"Oya dok." Jawab Viena.

Setelah Dokter Juna dan suster keluar dari ruangan Siren, Viena memutuskan untuk mandi agar badannya lebih segar.

*****

Saat ini Viena sedang berada di kelas bimbingan kedokteran oleh Bu Tutik.

"Tumben Vi lo gak sama Siren." Tanya Dinda -teman sekelas Viena.

"Siren lagi di rumah sakit." Jawab Viena singkat.

"Emang Siren kenapa?" Tanya Dinda lagi.

Sambil mengembuskan nafas kasar, ia menjawab, "Sakit."

Sepertinya Dinda tau jika Viena sedang tidak ingin membahas tentang Siren,dan ia hanya menjawab, "Owh."

Kringgg!!!!

"Saya akhiri bimbingan kali ini, Waalaikumsalam waramatullahi wabarakatuh." Ucap Bu Tutik yang langsung meinggalkan kelas

"Waalaikumsalam waramatullahi wabarakatuh." Balas anak anak kelas serempak.

"Gimane si tu dosen, abis salam langsung main cabut aja." Ucap Alan dengan nada kesal.

"Yodah yodah cabut kuy!!" Teriak sang sekertaris kelas, Jihan.

Setelah keluar dari kelas, Viena langsung pergi ke taman belakang kampus, tempat yang biasanya ia kunjungi dikala sendiri. Udara segar yang menyeruak dari bunga bunga di taman bisa sedikit mengembalikan mood Viena.

Sesampainya ditaman, ia mengeluarkan hp dan mulai mengetik pesan untuk Dito.

Dito

Dit

?

Taman

Kelas blm kelar


Gw tunggu

"Inget, jangan emosi" Batin Viena

*****

"Ngapain lo nyuruh gue kesini?!" Ucap Dito lantang to the point.

"Lo ngapain main kasar lagi sama Siren?" Tanya Viena.

"Lo gaperlu tau." Jawab Dito ketus.

"Lo ngerti gak sih kalo Siren sampai sekarang belum siuman siuman, dia pendarahan, tangan dia sampai dijahit, lo tau gak?!!!" Tanya Viena marah.

"Bodoamat, gue ga peduli." Jawab Dito sesimpel itu, yang membuat Viena kaget.

"Kalo lo gak peduli, ngapain lo gak putusin Siren dan malah nyakitin dia ege!!!" Tanyanya yang sekarang sudah mengepalkan tangan.

"Tenang Vi tenang, harus pake tangan dingin kalo ngadepin Dito." Batinnya untuk menenangkan diri.

"Gue udah coba, tapi Siren gak mau putus." Jawab Dito ketus.

Sambil mengatur nafasnya, Viena berkata dalam hati, "Lo ngapain sih Ren bertahan di toxic relationship?"

"Siren tu sayang banget sama lo, bisa gak si lo baik sama dia dikittttt aja." Ucap Viena yang mulai bisa mengatur amarahnya.

"Asal lo tau aja, gue udah bosen sama Siren, makanya gue kayak gini biar dia benci sama gue dan akhirnya putus. Gue dah dapet pengganti Siren." Jawab Dito dengan penekanan di kalimat terakhir.

Plakkkkk!!!!

Viena menampar Dito,

"Dasar egee!!!!" Teriak Viena yang benar benar sangat kesal dengan pengakuan Dito.

Viena yang sudah tak tahan berhadapan lagi dengan Dito, langsung beranjak pergi meninggalkan taman."


To be continued!

Maav gais baru sempet post lagi
kemarin" dah mau post tp ada kendala ter000s'(

Maav yak!

Jangan lupa vote dan komen gaiss

So, hope u enjoy!

SaptaМесто, где живут истории. Откройте их для себя