cerita 8 (KongArt)

3K 233 12
                                    

Seorang pemuda tampak berjalan dengan tergesa melewati lorong universitas, ia baru saja selesai bertemu dengan para hazer lain untuk membahas beberapa mahasiswa yang tidak menghadiri acara Sotus di bulan pertama mereka. Simple, hanya beberapa mahasiswa namun bukan berarti bisa di abaikan kehadirannya. Bagaimana pun, Sotus adalah pendidikan awal di universitas sebagai perkenalan untuk para mahasiswa baru terhadap teman, senior, dosen atau juga universitas itu sendiri. Sotus juga mengajarkan banyak hal tentang kehidupan bekerjasama atau mandiri.

Pemuda itu terlihat memiliki garis wajah yang tampan namun memiliki sedikit sisi menggemaskan disana, rambut yang rapi disisir ke belakang mempertegas ketampanannya.

Ia berhenti di depan sebuah pintu salah satu ruang kelas, setelah membuka pintu pemuda tersebut melihat sesuatu yang sedikit mengecewakan.

"Kongpob?" Terlihat seorang pemuda tengah berdiri disamping gadis, si pemuda yang di panggil Kongpob tersebut tampak sedikit membungkukkan tubuhnya didepan pipi si gadis.

Kongpob menoleh ke sumber suara, "Phi Arthit?"

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Arthit, pemuda yang sedari tadi berjalan terburu-buru demi Kongpob. Pemuda dengan almamater merah yang menutupi kaos hitamnya, pemuda pemilik wajah tampan dan menggemaskan sekaligus.

Si gadis terlihat tersenyum, "Kenapa phi masih bertanya? Memang apalagi yang dilakukan dua orang didalam sebuah ruang kelas kosong antara lelaki dan perempuan?"

Arthit tersenyum tipis, "Kau benar. Tak seharusnya aku bertanya akan hal yang sudah wajar." Arthit kembali tersenyum sebelum menutup pintu tersebut dan berbalik pergi mengabaikan Kongpob yang terus memanggil namanya.

"Ai' Moa apa yang kau lakukan?" Kongpob memprotes gadis yang tengah mencekal salah satu lengannya.

"Hey! Biarkan saja! Aku tau dia itu kekasihmu. Jika dia benar kekasihmu, dia akan mempercayai penjelasanmu nantinya. Jika tidak, ya dia akan marah." Ujar santai gadis dengan suara kecil itu, bahkan ia mengucapkannya dengan nada riang serta senyuman yang tak tertinggal.

Kongpob menepis lengan Moa kasar, "Kau tau dia kekasihku dan kau tetap melakukan ini? Apa kau gila?!" Bentak Kongpob sebelum berjalan pergi meninggalkan si gadis sendirian di ruangan kosong itu.

Kongpob tidak menuju tempat lain selain asramanya, sudah beberapa hari terakhir ia menginginkan sang kekasih tinggal disana, jadi sudah dapat dipastikan jika pemuda yang tengah kesal itu didalam asramanya. Kongpob berjalan dengan cepat, menuju kamar. Seperti yang ia duga, Arthit terlihat tengah mengemasi barang-barang miliknya kedalam sebuah kardus besar. Kongpob berjalan pelan dari belakang, mengintip dari bahu sang kekasih untuk melihat kardus tersebut. Ia hendak melingkarkan kedua lengannya di perut Arthit tetapi dengan cepat pemuda yang tengah marah tersebut menepisnya.

"Phi..." Lirih Kongpob membuat arthit berbalik dengan rembesan air mata yang sudah membasahi wajahnya, "Phi dengarkan Kong, naa?"

Arthit tersenyum kecut mendengar ucapan sang kekasih, "Apa yang perlu aku dengarkan? Tidak ada bukan? Atau aku harus mendengarkan jika kalian bersama? Atau-" Ucapan Arthit terpotong begitu Kongpob tiba-tiba memeluknya. Tentu saja Arthit melakukan pemberontakan, namun kekuatan Kongpob lebih kuat darinya.

"Apa phi tidak mempercayai ku?" Bisik Kongpob masih dalam kondisi memeluk Arthit.

Arthit menggeleng kecil, "Aku percaya padamu, tapi aku lebih percaya dengan yang aku lihat."

"Bagaimana lagi aku harus menjelaskan padamu? Apakah yang aku lakukan selama ini masih kurang untuk menjelaskan perasaanku? Apa aku harus berlutut di hadapanmu? Apa yang harus aku lakukan? Katakan apa yang kau inginkan agar bisa mempercayai ku? Agar kau mengerti jika dia bukan siapa-siapa?" Air mata yang sudah ia tahan begitu melihat sang kekasih yang tengah menangis akhirnya terlepas juga. Kongpob tak mengerti bagaimana lagi ia harus menjelaskan semuanya pada lelaki yang tengah di peluknya ini.

Pemikiran Peraya (Oneshoot Nya SingKrist)Where stories live. Discover now