CHAPTER 33

4K 289 7
                                    

Rasa yang Salah

Mata bisa lupa siapa yang dia lihat, tapi hati tidak pernah lupa siapa yang dia cinta.

-Dia Imam TerbaikKu-

___________________________________________

Happy Reading

Setelah keadaan telah di pastikan aman, beberapa warga kembali pulang dan sebagian besar di sana. Di lapangan sudah di dirikan tenda pengungsian untuk mereka yang terkena musibah.

Karena kejadian ini, membuatnya jaringan sementara terganggu, begitu juga listrik. Dia tidak bisa mengabari keluarganya. Mungkin setelah muncul berita nanti, keluarganya akan panik menanti kabar.

Saat ini, Syabilla dan Ayu bergabung dengan para tentara dan beberapa orang lainnya untuk membantu mengobati korban luka-luka. Dengan pengetahuan seadanya, mereka berkeliling membantu para warga.

Syabilla masuk ke rumah Mama Odi mencari sesuatu yang dia ingin ambil. Untung saja gempa tidak menghancurkan rumah ini, walaupun di dalamnya begitu berantakan terkena guncangan.

Dia memasuki kamarnya hati-hati, takut jika menginjak pecahan gelas yang ada di depan pintu. Pemandang pertama yang dia lihat adalah lemari pakaian yang telah jatuh menimpa meja di sana.

Dengan tenaga penuh, Syabilla mengangkatnya untuk melihat apa yang tertindih di bawahnya. "Fotonya?!" Tangannya mengambil foto yang tergeletak di lantai, dengan kaca yang sudah pecah tak tersisa.

Tak ingin sedih berlarut, Syabilla mencari ponselnya lagi. Untung saja ponselnya jatuh di bawah kolong kasur, jadi tidak tertindih apa pun. "Yah mati!" Dia memaruh kembali di saku bajunya.

Syabilla mengumpulkan foto dan boneka serta barang-barang lainnya di bawah kasur. Sebelum pergi, Syabilla merasakan sesuatu yang kurang. Dia berbalik lagi, dan melihat Syal birunya yang ada di kasur.

"Nah ketemu!" Setelah itu dia bergesa keluar dari sana, sebelum hal yang tak di inginkan terjadi. "Ayu, sudah kah ambil kotak obatnya?"

"Sudah!" Ayu keluar membawa kotak P3K yang Mama Odi punya. Mereka berdua pun kembali ke tempat pengungsian, untuk membantu mengobati orang-orang.

Sampainya mereka di sana, beberapa relawan dan tenaga medis sudah tiba. Segera keduanya bergerak cepat membantu seadanya. "Mama Odi jangan pulang dulu, takutnya terjadi gempa susulan. Di sini saja, sekaligus menjaga anak-anak yang terpisah dari orang tuanya."

"Iya, Sya. Mama Odi tidak akan pulang, kalian hati-hati ya. Membantu boleh, tapi ingat keselamatan."

Syabilla menyerahkan beberapa makanan yang dia miliki pada Mama Odi. "Untuk sarapan."

Mereka berdua pergi membantu korban luka-luka. “Bapak di sana kakinya terluka. Sambil menunggu bantuan medis, kita obati semampunya.” Dengan ilmu pengetahuan yang di dapat saat menjadi relawan dulu, Syabilla dan Ayu bekerja sama mengobati.


“Beberapa dari kalian ikut kami, ada beberapa orang di desa yang perlu di obati!” tukas seorang tentara yang menghampiri mereka. 

Selesai mengobati, keduanya mengikuti beberapa tentara menuju desa. “Di sana para korban yang terluka!” Tunjuknya ke arah lapangan.

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang