Decem Et Octo

518 67 0
                                    

"Lapor Tuan. Kami sudah berhasil menyusup tanpa terdeteksi dan berhasil memanipulasi mereka semua."

"Bagus sekali. Tidak sia-sia aku menjadikanmu tangan kananku."

"Baik Tuan. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?"

"Tetap awasi dia dan laporkan terus padaku."

"Baik Tuan. Saya izin undur diri dulu."

Sebuah sosok berjubah keluar dari ruangan yang sepertinya adalah ruangan khusus Tuan nya. Banyak penjaga yang sedang berjaga di depan pintu. Penjaga di lorong-lorong juga tidak kalah banyak.

Tempat itu sangat lembab dan menyeramkan. Seluruh ruangan didominasi oleh warna hitam, pencahayaan hanya dari lilin redup yang menyinari sedikit bagian. Bagian lainnya dibiarkan gelap tanpa ada pencahayaan sama sekali.

Banyak penjaga yang menunduk ketika sosok berjubah itu melewati mereka.

"Coba lihat siapa yang datang kemari."

Seorang wanita bersandar di ujung lorong sambil bersidekap. Matanya memandang lurus pada sosok berjubah yang balik menatapnya datar.

"Begitu caramu menyambutku Ev?" Sosok berjubah itu menghampiri wanita yang masih tetap bersandar di ujung lorong dengan nyaman.

"Oh ayolah nona mudaku yang cantik. Aku bahkan baru tahu kalau kamu kemari."

Wanita itu memeluk sosok berjubah yang terlihat lebih kecil darinya.

"Pengkhianatan selalu menjadi cara terbaik untuk menghancurkan musuh eh."

Sosok kecil itu tertawa begitu mendengar ucapan wanita di depannya. Memang benar ia sedang menyamar di daerah musuh, ia akan kembali ke markas besar ini setiap hari libur disana.

"Kau tahu sendiri bagaimana aku Ev."

Sosok berjubah itu tersenyum sinis dari balik jubah besar yang menutupi wajahnya. Wanita di sampingnya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil sesekali berdecak.

"Dasar rubah kecil."

***

Judith, Lanas, dan Eiris sedang bersiap untuk pergi berjalan-jalan bersama para pangeran. Hari ini adalah hari libur jadi mereka memanfaatkan kesempatan itu. Sekalian untuk bermodus ria tentu saja.

Ametherd tidak bisa ikut karena dia membenci semua hal yang bisa membuatnya menjadi pusat perhatian. Ia beralasan sedang lelah dan ingin istirahat di kamar saja.

Lanas tampil manis dengan gaun selutut berwarna merah muda dan ada sedikit hiasan pita di pinggang nya. Rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan jepitan merah yang bertengger cantik disana.

"Kamu beneran tidak ikut Am?" Lanas bertanya sambil terus membenarkan anak rambutnya yang nakal.

"Aku lelah Lan, kalian saja yang pergi."

Ametherd masih tiduran dengan malas di kasurnya. Ia bahkan belum mandi sama sekali.

"Kamu perempuan Ametherd. Setidaknya jika kamu tidak ikut kamu harus mandi." Lanas mengomeli Ametherd yang kembali tertidur.

"Hmm."

"Ametherd. Astaga kamu itu benar-benar malas sekali. Orang lain liburan dipakai untuk berjalan-jalan atau melakukan apa saja sedangkan kamu malah bermalas-malasan di atas kasur seperti ini. Coba lihat sudah hampir jam 10 dan kamu masih seperti ini."

Lanas mengomel karena melihat Ametherd yang tidak kunjung beranjak dari kasurnya. Malah ia semakin mengeratkan pelukannya pada guling.

"Ah sudahlah aku akan pergi dengan yang lain. Kamu jaga diri dan jangan lupa mandi."

Lanas segera pergi keluar kamar. Disana Judith dan Eiris sudah menunggunya. Mereka terlihat sangat manis dengan aura bangsawan yang sangat terlihat. Mereka bertiga berjalan dengan anggun untuk menemui para pangeran yang sudah menunggu di depan asrama. Meninggalkan seorang gadis yang masih meringkuk nyaman diatas kasurnya.

"Mmm... Mereka semua sudah pergi? Jam berapa sekarang?"

Ametherd melihat jam yang berdiri dengan gagah di meja belajarnya.

"Jam 2 siang? Aku rasa baru tadi Lanas bilang jam 10."

Ametherd mengernyitkan wajahnya karena sudah empat jam Lanas dan yang lainnya pergi. Namun, ia kembali melanjutkan tidurnya.

***

'Duarrrr Nmax.'

'Duarrrr.'

'Duarrrr.'

Tiga ledakan beruntun terjadi di asrama putri Emerald Academy. Letak ketiga ledakan itu berdekatan dan terjadi di lantai dua sehingga menyulitkan para murid untuk keluar.

Murid-murid kelas tiga keatas yang sudah menguasai sihir teleportasi segera turun ke tempat para juniornya dan mengevakuasi mereka. Namun, mereka kekurangan orang karena pada hari libur seperti ini kebanyakan murid akan pergi keluar.

Penanggung jawab asrama putri segera ber teleport ke ruang kepala sekolah untuk melaporkan kejadian ini.

'Duarrrr.'

Satu ledakan susulan terjadi kembali di lantai dua asrama putri. Gedung itu mulai roboh di bagian atasnya, beruntung para murid senior berhasil mengevakuasi junior-juniornya. Asrama putri dirasa sudah kosong, namun mereka lupa ada seorang gadis yang masih meringkuk dengan nyaman di kasurnya.

Gadis itu seperti tidak mendengar ledakan besar yang terjadi di dekatnya. Padahal kamar gadis itu di lantai dua dan ledakan terjadi di lantai dua.

"Professor Trisa pakai elemen mu untuk mengetahui apa ada murid yang masih terjebak disana." Professor Porus menyuruh penanggung jawab asrama putri, professor Trisa.

Murid yang berhasil dievakuasi dibawa ke ruang kesehatan. Murid kelas lima dan beberapa anggota petinggi murid terlihat bahu-membahu di tempat kejadian.

"Ada satu orang di lantai dua. Letaknya lumayan jauh dari sumber ledakan." Professor Trisa menunjuk bagian paling kiri dari gedung, bagian yang masih berdiri kokoh dan tidak rusak.

"Siapa yang bisa teleportasi tanpa mengucap mantra?" Professor Porus berteriak sambil menatap murid-murid yang membantu disana.

Seorang murid laki-laki mengangkat tangannya. Ia segera menghampiri professor Porus dan professor Trisa dengan berteleportasi.

"Kau harus berteleport ke bagian yang tidak terkena ledakan disana. Ada seorang murid yang tertinggal. Cepat bawa dia karena perkiraan kami akan ada ledakan susulan di bagian itu." Professor Trisa menatap pemuda disampingnya serius sambil menunjuk bagian dimana ia melihat seorang gadis yang terjebak.

Tanpa basa basi pemuda itu segera berteleportasi ke tempat yang ditunjuk professor nya. Ia tiba di lorong lantai dua dan berlarian mengecek setiap kamar sampai ia menemukan seorang gadis yang tertidur di kamar nomor 12.

Pemuda itu segera masuk dan menyingkap selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Ia menyelipkan tangannya di bawah lutut dan leher sang gadis lantas menggendongnya ala bridal style.

Mereka langsung berteleport tepat lima detik sebelum kamar sang gadis meledak. Membuat gadis yang berada dalam gendongan pemuda itu tersentak bangun. Ia menatap bingung saat tahu dirinya sudah berada diluar kamarnya dan parahnya lagi, ia masih berada dalam gendongan pemuda itu.

Mereka tiba di hutan belakang gedung sekolah bukannya ke tempat dimana professor Trisa menunggu. Pemuda itu menurunkan sang gadis yang terlihat kebingungan.

"Xenon. Ada apa?"

Gadis itu, Ametherd, bertanya pada pemuda yang membawanya kesana. Pemuda itu menatap gedung asrama putri yang terlihat dari tempat mereka berada. Gedung itu kembali meledak untuk kesekian kalinya. Namun, ledakan kali ini sepuluh kali lebih besar dari ledakan sebelumnya. Membuat gedung roboh seketika menimpa semua yang ada di hadapannya. Untung saja Xenon membawa Ametherd ke hutan belakang gedung sekolah.

~''~''

Waaaaa udah lama juga ya aku tinggal cerita ini. Targetnya sebulan rampung cuma ternyata banyak banget kendalanya. Mulai dari kuota terus aku yang mager post dan malah keasikan streaming youtube.

Semoga suka ya sama cerita aku ini.

Dear Lobev🐼

Emerald AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang