12

63 13 12
                                    

"Jadi, cewek itu yang bakal gantiin gue buat sementara?" tanya Kai sambil berjalan bersama Rama menuju tempat mobil mereka diparkirkan.

Rama mengangguk. "Mau gak mau,sih, soalnya gue juga butuh orang buat ngatur jadwal. Lagian dia juga cukup kompeten."

"Tapi kayaknya dia bukan orang yang berani tampil dipublik, Ram," celetuk Kai.

"Belum terbiasa aja kali, lagian gue gak butuh dia buat tampil dipublik, Kai. Jadi, lo santai aja," sahut Rama cepat sambil menepuk pelan pundak Kai.

Kai menghembuskan napas pelan. "Oke deh, kalo lo ngerasa gitu. Gue balik ke kantor cabang dulu, mau ngurus perizinan dan masih banyak lagi."

Rama mengiyakan Kai, lalu ia melihat lelaki itu masuk ke dalam mobilnya dan perlahan menghilang dari pandangannya. Rama segera kembali ke mobilnya, dan menemukan Aliya yang sudah tertidur lelap. Mungkin wanita itu tak cukup tidur semalam, mengingat dia tidur di tempat asing yang membuatnya tidurnya tidak nyenyak.

Rama tak mau menganggu tidur Aliya, lelaki itu membetulkan jas pada tubuh Aliya agar gadis itu nyaman. Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Dari nomor tak dikenal lagi? Sudah dua hari ini Rama menerima pesan dari orang asing dan berakhir selalu ia block. Bukannya apa, Rama tak mau berurusan dengan hal yang sepele. Mungkin saja orang itu iseng dan hanya mencari perhatian Rama.

Tapi ini sudah dua hari, orang iseng mana yang berani merepotkan diri untuk menghubunginya setiap menit. Karna Rama juga penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk melakukan panggilan pada nomor tersebut. Nada dering sudah terdengar namun tak ada jawaban dari sana. Berulang kali Rama melakukannya namun tetap tidak diangkat.

Rama kesal sendiri dan berakhir mengumpat. "Sialan! Gak jelas banget sih ini orang."

Terdengar suara dari sampingnya, membuat Aliya terbangun lalu menoleh dan mendapati Rama yang sedang memegang ponselnya dengan ekspresi marah. Khawatir, Aliya memberanikan diri bersuara.

"Apa ada masalah, Pak?" tanya Aliya pelan.

"Tidak ada, hanya orang iseng yang mencoba meneror saya," jawab Rama datar.

Aliya mengangguk paham. "Kalau begitu, apa kita kembali ke kantor, Pak?"

"Makan siang aja dulu, saya lapar," tukas Rama kemudian.

Sudah memasuki jam makan siang yang membuat perutnya keroncongan karna lapar. Rama segera menekan pedal gas dalam-dalam dan menyetir mobilnya ke suatu tempat makan langganannya.

"Maaf saya tadi ketiduran di mobil Bapak," ujar Aliya pelan.

"Tidak apa-apa, saya tahu mungkin tadi malam tidurmu tidak nyenyak karna di tempat asing," sahut Rama datar. "Kau boleh pulang setelah makan siang nanti."

"Maksud Bapak?" tanya Aliya heran.

"Kau boleh pulang dan istirahatlah, besok kau harus menyiapkan ulang tahun si kembar 'kan. Anggap saja sebagai imbalan karna kemarin sudah menolongku," jelas Rama.

"Terima kasih sebelumnya, Pak. Tapi, menurut saya...,"

"Tidak ada bantahan, Al. Mumpung saya sedang berbaik hati," sela Rama tegas.

Aliya seketika terdiam mendengar perkataan Rama. Benar. Besok ia harus menyiapkan ulang tahun si kembar, keponakan Rama lebih tepatnya. Ia mengambil ponsel yang ada dalam tasnya, dan segera mengirimkan pesan kepada pegawainya, apakah persiapan untuk besok sudah dilakukan atau belum.

Sibuk berkutat dengan ponselnya, Aliya tak sadar kalau mobil yang ia tumpangi sudah berhenti. Aliya memasukkan kembali ponsel ke dalam tas, kemudian keluar dari mobil dan mengikuti langkah Rama yang menuju sebuah kedai makan bertuliskan warung sate kambing Madura.

MILAGRE Where stories live. Discover now