20

55 4 9
                                    

Malam ini Aliya sedang bersama dengan Raisa pergi ke sebuah restoran. Dekorasinya terlihat sangat mewah dan elegan. Entah apa yang dipikirkan Raisa saat mengajaknya kemari tadi.

"Lu gak salah ngajak gue makan di sini, terus pake gaun kek begini?" tanya Aliya heran sambil menunduk melihat gaunnya.

"Al, sekali-sekali lah kita makan di resto mewah gini," balas Raisa.

"Buang-buang duit tahu gak, Sa," omel Aliya pada Raisa.

"Kan gue yang bayar. Tenang aja," sahut Raisa santai kemudian menunjuk meja yang sudah ia pesan. "Kita duduk di sana. Ayo!"

Raisa menarik tangan Aliya ke meja itu, kemudian mendudukannya pada kursi di sana. Sekali lagi, Aliya mengamati meja di depannya yang ia nilai terlalu romantis untuk sekedar makan malam saja.

Tadi, saat Raisa baru sampai di rumah, wanita itu langsung mengajak Aliya untuk bersiap-siap memakai baju yang sudah ia siapkan. Kemudian membawanya ke restoran ini. Aliya yang bingung hanya pasrah saat Raisa mengajaknya kemari.

Dua porsi steak tenderloin sudah tersaji, dengan sebotol wine di sana. Pelayan itu menuangkan wine dalam gelas Aliya. Setelah dituangkan, Aliya mengangkat gelas itu kemudian sedikit menggoyangkannya dengan gerakan memutar sebelum akhirnya ia menyesap wine itu secara perlahan. Aliya mendesah lega sesaat setelah wine itu masuk dalam tenggorokannya. Benar-benar restoran yang sangat berkelas.

Aliya melihat Raisa yang tiba-tiba meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Eh, lu kenapa, Sa?" tanya Aliya khawatir.

"Perut gue mules banget deh, Al. Gue diare tadi sebelum ke sini," jawab Raisa sambil merintih. "Gue ke kamar mandi dulu ya. Lu tunggu gue di sini, jangan kemana-mana."

Setelahnya Raisa segera melenggang pergi ke kamar mandi. Bingung harus melakukan apa, Aliya hanya memainkan ponsel sambil membuka sosial media. Membaca beberapa berita yang sebenarnya juga tidak begitu penting baginya. Hanya gosip seputar selebriti dan berita bisnis dari perusahaan keluarganya yang sukses membuat sebuah proyek dengan perusahaan tempat dirinya magang.

Jika diingat, kurang dari sebulan lagi dirinya sudah kembali ke kampus. Waktu 3 bulan yang ia jalani bersama Raisa selama menjalani masa intern di Bagawa Company sungguh tidak terasa. Seperti baru kemarin ia perkenalan di hadapan calon pemagang dan bertemu dengan Rama secara terang-terangan untuk pertama kalinya.

Ngomong-ngomong soal Rama. Pria yang ia anggap menyebalkan di awal pertemuan mereka, disaat ia belum mengenal betul seorang Rama Arnando Bhagawanta. Dan sekarang ia sadar, bahwa pria itu juga baik namun terkadang sulit untuk mengekspresikan perasaannya.

"Aliya."

Suara itu. Aliya tak mungkin salah dengar 'kan? Seharian ini memang ia sedang memikirkan Rama. Namun, mana mungkin pria itu berada di sini juga. Tetap mengabaikan suara itu, Aliya hanya menunduk sambil menatap layar ponsel.

"Kamu ngapain ada di sini?"

Oke. Sepertinya Aliya tak bisa menghiraukan lagi suara itu. Dengan cepat ia menoleh ke kanan, dan betapa terkejut dirinya saat menemukan Rama di sana.

"Ram, kamu ngapain di sini?" tanya Aliya dengan tergagap.

"Harusnya aku yang tanya itu," balas Rama datar seraya menarik kursi di depan Aliya, lalu mendudukinya.

"A-aku sama Raisa mau makan malam di sini. Dia lagi di kamar mandi sekarang."

"Ah, ternyata emang bener yang gue duga tadi," gumam Rama pada diri sendiri sambil tersenyum miring.

MILAGRE Where stories live. Discover now