17.cemburu ?

352 48 0
                                    

"kamu kenapa? Kok mukanya memar gini ?" aku dan Taeyong berada di UKS sekarang, dia menurut saja saat aku menariknya seperti anak kecil seperti tadi.

Hara, tidak tau berjalan kemana dia malas katanya melihat aku berduaan dengan Taeyong nanti dia cemburu, padahal kan aku hanya tidak nyaman saja melihat wajah memar anak ini, makanya aku berinisiatif untuk mengobatinya kasian kan, pasti sakit rasanya menanggung memar itu.

"Jatuh." ucapnya datar, aku tahu itu bohong.

"Masa ?"

Taeyong mengangguk singkat, dari tadi dia menunduk saja tidak mau melihatku sama sekali wajahnya masih tetap tampan walau tertutup poni perak yang sedikit menjuntai ayo  Jina sadar, kalau Jaemin melihat ini tamat riwayatmu.

"Aku tau kamu pasti bohong deh." dia melirik ku sekilas." Jina, si Kepo."

Aku mendengus pelan, tidak sadar menekan memar yang dari tadi ku obati dengan pelan."aw Sakit Jina, sumpah lo bukanya obatin malah nambah ngilu."

"Ya maaf, habiasnya kamu tadi ngatain aku." Taeyong berdecih pelan, masih mengerutkan wajahnya karena itu rasanya benar-benar sakit mungkin, aku juga tidak tau tangan ku refleks bukan salah ku kan? Ya bukan lah.

"Boleh gue minta sesuatu sama lo ?" aku mendongak pelan pada mata Taeyong, yang sebelumnya ku fokuskan pada lukanya.

"Minta apa ?"

"Jaga diri lo baik-baik, adik gue emang sih pacar lo tapi bukan berarti dia bakalan ada disamping lo, dan gue? Begitu pun juga gue."

sebentar, Apa tadi katanya? Kenapa Taeyong bisa tahu aku dan Jaemin jadian. Apa dia jadi mata-mata ku selama ini ? Atau lebih positifnya lagi deh, Jaemin cerita sama Taeyong ?

Tapi kan hubungan mereka dingin banget.

"Kok kamu? "

"Gak usah mentingin gue tau dari mana, jawab aja iya apa enggak ? "

Kalo saja pipi Taeyong tidak memar pasti sudah aku tampar."iya, udah mending kamu diam dulu deh biar aku obatin."

Taeyong memandangi wajah gadis didepanya ini, begitu lugu dan polos begitu manis dengan rambut yang diikat satu, bulu mata yang lebat dan bibir kecil yang mungil, tidak ada alasan yang membuat Jaemin harus tidak suka dengan Jina, Taeyong akui.

Mungkin rasanya Taeyong bodoh, bodoh karena pernah mau menuruti papa nya untuk membunuh Jina, mendukung bukan malah menghentikan.

Dan sekarang, rasanya semuanya sudah terlambat papa nya sudah turun tangan, tanpa meminta bantuan dari Taeyong lagi.

Mungkin rasanya Taeyong hari ini mau mengatakan apa yang dia pendam, ya mungkin secepat itu dia menyukai Jina.

Tapi ,daya pesona dan kebaikan Jina membuatnya terengkuh cepat pada pelukan perasaan Jina.

Walaupun keduluan adiknya.

Taeyong tau, karena Jaemin mengiggau nama Jina semalam saat tidur.

"Jina." Gadis itu menoleh saat fokusnya memplester luka Taeyong terpecah."apa? Sakit ya, Duh maaf ya lagi-lagi tangan aku nyakitin kamu."

Taeyong menggeleng, dan dengan pelan dia menggenggam tangan gadis yang bukan miliknya itu membuat sang gadis terdiam membeku ditempat."maafin gue, mungkin terlalu cepat kalo lo dengar semua ini, tapi gue cuman mau lo tau itu aja."

"Gue suka sama lo."

Buaghhhh

"Jaemin!" aku benar-benar kaget, pertama kaget karena ucapan Taeyong tadi dan kedua kaget karena Jaemin tiba-tiba datang dan memukul Taeyong, buru-buru aku menarik tangan Jaemin agar sedikit berjarak dengan Taeyong sia-sia nanti aku mengobati kalau harus babak belur lagi karena pacar ku ini.

Aku Bukan Orang Aneh (✓)Where stories live. Discover now