Episode: 3

641 79 7
                                    

Seungcheol tahu ia adalah orang paling pengecut di dunia. Ya, memang itu kenyataannya. Bukankah seorang pengecut memang hanya bisa menyalahkah dan mendebat dirinya sendiri tanpa berani mengutarakan.

Dan dirinya juga tahu, semakin lama dia memendam pemikirannya sendiri, itu artinya seungcheol semakin menyakiti jisoo. Kenyataan bahwa perasaannya yang tak lagi sama mau tidak mau terus berputar di kepalanya. Tak peduli bahkan seungcheol sudah berusaha untuk mengusirnya perlahan dengan fokusnya pada pekerjaan. Mencoba memikirkan berulang ulang soal hubungannya. Tapi lagi-lagi nihil. Hal itu sama sekali tak membuahkan hasil.

Membuat dirinya pada akhirnya harus memilih kata menyerah.

Ya, bagaimana pun tekad seungcheol sudah lebih dari bulat untuk mengakhiri semuanya sebelum terlambat.

"Ayo masuk," Ajakan jisoo barusan berhasil membuyarkan lamunan panjang seungcheol selama di perjalanan.

Mereka berdua baru saja mendatangi butik baju pengantin, melakukan fitting baju terakhir sebelum hari h pernikahan. Dan sekarang keduanya telah sampai di depan pekarangan rumah jisoo.

"Soo-ya," Seungcheol menarik pergelangan tangan sang kekasih pelan, mencegah jisoo yang hampir membuka pintu mobilnya keluar.

Jisoo sontak menoleh cepat ke arah seungcheol yang masih menatap lurus ke depan. "Hm? Kenapa?"

Seungcheol melepas tangannya dari pergelangan jisoo sejenak. Lalu memutuskan untuk mengambil napasnya dalam. Masih enggan membalas tatapan jisoo yang memandangnya penasaran. Sial, saat ini Ia benar-benar berada dalam situasi yang sangat sulit, di satu sisi keinginan Seungcheol sudah lebih dari bulat untuk mengatakan yang sebenarnya tapi di sisi lain dirinya masih tidak sanggup dan cukup tega melihat reaksi Jisoo. Tapi bagaimanapun hati dan otaknya sudah terlalu mantap untuk bicara.

"Ada yang ingin aku bicarakan, sebentar,"

Jisoo menautkan kedua alisnya bingung. Tidak biasanya seungcheol tiba-tiba mengajaknya bicara serius begini.

"Soal apa?" tanyanya pelan.

Perlahan seungcheol memutar yakin arah pandangnya menatap kedua bola mata karamel jisoo yang juga tengah menatapnya penasaran.

"Kita." Jawab Seungcheol lugas.

"Kita?" ulang jisoo bingung. Rasanya ini pertama kalinya ia mengenali tatapan serius seungcheol. Untuk pertama kalinya dalam delapan tahun, jisoo gagal mengenali apa arti tatapan itu. Dan entah kenapa perasaan Jisoo mendadak berubah tidak enak.

Seungcheol menutup matanya pelan, sejenak menghela napas berat sebentar. Sebelum kembali menatap dua onix jisoo penuh keyakinan. Ia rasa saat ini waktunya sudah yang paling tepat. Meskipun Seungcheol tahu ada sedikit tempat di sudut hatinya yang masih menolak. Tapi kali ini dirinya sudah bertekad tidak akan menundanya lagi.

"Mari kita akhiri saja semuanya. Aku tidak bisa melanjutkan ini."

Satu kalimat tegas itu akhirnya keluar juga dari bibir Seungcheol. Ada sebagian perasaan lega di hatinya, namun juga perasaan menyayat yang datang bersamaan.

Laki-laki Choi itu memilih diam, tatapannya ia turunkan menatap kursi jok mobil mewahnya yang masih diduduki Jisoo. Entah kenapa dia merasa begitu bersalah dan tak sanggup menatap wajah laki-laki manis yang masih memilih diam di depannya.

Sementara di lain sisi, Jisoo hanya terdiam. Berusaha mencerna apa maksud dan setiap makna kata yang baru saja seungcheol katakan.

Mengakhiri? Mengakhiri hubungan mereka? Jisoo sama sekali tak mengerti apa tujuan dan maksud ucapan yang Seungcheol bicarakan.

Fate • [cheolsoo](√)Where stories live. Discover now