Part 40 : Sepuluh Detik Lagi

739 96 29
                                    

Semuanya masih tetap hitam. Tak ada suara yang kudengar. Tak ada cahaya. Aku seperti melayang di ruang hampa. Lalu keanehan ini berakhir.

Mendadak kepalaku menjadi berat dan seperti dihempas.

ZSSHT!
Aku terkejut, langsung membuka mataku.

"Akhirnya, kau sudah bangun, Lia." Ucap seseorang menyambut kembalinya aku ke alam sadar.

Aku terperangah. Tak percaya dengan apa yang dilihat mataku.





"Kalian? Kenapa kalian semua ada disini?!" Pekikku melihat Shinoa, Kimizuki, Narumi, Yoichi, dan Mitsuba duduk melingkar dengan api unggun kecil di tengah-tengah.

"Tenanglah, Lia-san." Bisik Shinoa yang sedang memeluk lutut.
"Dimana ini?" Tanyaku.

"Kita di dalam bangunan." Jawab Narumi.

Suara berisik dari luar memberiku informasi. Di luar sedang hujan lebat dan juga tidak kelihatan cahaya matahari. Ini sudah malam?
Api unggun di depanku memperjelas dugaanku.

"Tunggu sebentar... BUKANKAH KALIAN SUDAH BERBALIK UNTUK PULANG SEBELUMNYA?!"
"Iya, Lia. Begitulah rencananya."
"Hah?! Jadi kalian merencanakan ini?!" Sentakku bangkit berdiri. Perasaan kaget, kesal, dan marah menguasaiku.

"NARUMI !" Teriak mereka semua dengan tatapan melotot jengkel.
"Ups!"
Barulah laki-laki itu sadar kecerobohannya barusan.

"Aku benar-benar tidak menyangka..." Ucapku bergetar.
"Lia-chan, ini bukan seperti yang kau pikirkan," Kata Shinoa dan lainnya bangkit berdiri.
Kakiku bergerak mundur selangkah. Seperti merasa terancam dengan bangkitnya mereka dari posisi duduk.

"Lia, tenanglah." Ucap Narumi dengan tangan sedikit terentang seperti hendak menangkap kucing lepas. Dan aku merasa akulah kucing itu.

Aku mundur selangkah lagi. Menggeleng kuat.
"KALIAN PEMBOHONG!" Pekikku.
"Lia..." Gumam Narumi melangkah kearahku.
"DIAM DISITU! JANGAN DEKATI AKU!"
"Lia-san, kami minta maaf--"

Mataku panas. Pandanganku mulai diburamkan oleh butir bening. Melihat mereka seperti melihat pengkhianat yang mengakui perbuatannya. Aku sangat kecewa dengan mereka. Mungkin awalnya perasaan kecewaku hanya dengan Mika. Tapi sekarang, keadaannya bertambah buruk.
Tidak ada gunanya lagi menahannya.

"Aku benci kalian." Ucapku lirih.
"A-apa?"

"AKU BENCI KALIAN!! KALIAN MEMBOHONGIKU! KALIAN TIDAK ADA BEDANYA DENGAN MIKA!"

"Hei Lia, bukankah pengkhianat lebih pantas untuk mati?"
Bisik Lula dengan tatapan ingin melahap mereka semua.
"..."

"Ayo kita bunuh saja mereka." Rayunya di telingaku.
"Bunuh....Mereka..." Lirihku mengulangi kata-kata Lula. Kata-kata yang sangat bertentangan dengan pikiranku.

"Bunuh... bunuh... bunuh..."
"Bisakah aku melakukannya?"
"Tentu... Ayo kita bunuh mereka, sebelum Mika datang."

Aku mengangkat wajahku. Benar. Aku baru sadar tidak ada Mika. Kalau begitu ini akan jadi mudah.

ZHHASST!
Tanpa kuperintahkan, doubleschyte ini tiba-tiba saja sudah di tanganku.

Kali ini, mereka yang melangkah mundur. Tatapan kosongku membuat mereka takut.
"Lia-san? Kau tidak akan menyerang kami kan?" Tanya Shinoa memberanikan diri.

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!"

"Tidak..." Gumamku.
Namun mereka tampak tidak yakin dengan jawabanku. Masih bersiaga.

"Min'na, hati-hati." Bisik Shinoa pelan sekali tapi tidak berguna dia berbisik. Aku bisa mendengarnya.

"Kalau aku tidak mati... Lebih baik..."

Owari no Seraph -Spin Off-Where stories live. Discover now