Bab 3

5.3K 443 35
                                    

Pagi pun menjelang, Aku terbangun dan melihat Koko Lee masih tertidur. Lalu ia aku membenarkan selimutnya dan tiba-tiba ia membuka matanya. Ia heran kenapa aku masih disana bersamanya. Lalu ia berbicara padaku.

"Kenapa kamu belum pulang?" ujarnya yang tiba-tiba pakai kata kamu.

Aku tersenyum dan membalas pertanyaannya. "Iya aku gak tega lihat koko kayak gitu, siapa tau nanti terjadi apa-apa jadi aku putuskan untuk menjaga koko saja, lagi pula hari ini hari sabtu libur sekolah."

Lee duduk dan kemudian menyuruhku duduk di sebelahnya. "Kemarilah, jangan jauh-jauh."

Aku mendekat dan duduk di sampingnya, Lalu Lee berbicara padaku. "Apa kamu tau kalau Gandhi menjualmu padaku?"

Aku menggelengkan kepalaku, lalu ia berbicara lagi. "Maafkan aku, aku tidak tau kalau kau belum tau dunia seperti ini."

"Gak apa-apa ko, gak perlu minta maaf. Lagi pula aku juga sudah tau kok kalau Gandhi seperti itu. Hanya saja aku tidak mengatakannya, dan di luar itu saya juga lagi butuh uang untuk makan dan bayar kost saja." sahutku sedikit malu-malu.

Lee mengambil dompetnya, lalu menyuruhku untuk mengambil uang itu sendiri. "Ambil berapapun yang kamu butuhkan."

"Tapi ko, aku tidak berani. Lagi pula daya tidak melakukan apa-apa pada koko," ujarku.

"Anggap saja kamu hutang, dan saya akan menagih hutang kamu nanti. Ambillah, gak apa-apa kok." ujar Koko Lee.

Aku pun mengambil uang di dompetnya, hanya Lima Ratus Ribu Rupiah saja dan itu sudah cukup untuk aku makan dan bayar kost. Lee nampak heran aku tidak mengambil lebih, lalu dia menanyakannya. "Yakin segitu yang kamu butuhkan?"

Aku hanya mengangguk, lalu dia menyentuh tanganku dan mencium tanganku, kemudian ia merosot dan menjadikan pahaku sebagai bantalnya. "Kepalaku masih pusing, aku mau tidur seperti ini dulu, bolehkan?"

"Iya, boleh." sahutku.

Apa-apaan ini, kenapa jantungku dag dig dug, saat ia tidur memeluk pahaku? Aaaaah,,, Aku mengelus kepala dan memijit kepalanya pelan. Ia tertidur lagi, aku melirik jam di ponsel koko Lee, sudah berapa jam dia tidur, dan masih nyaman seperti itu. Jam sudah menunjukan pukul sebelas, karena aku mengantuk aku pun tertidur. Saat aku bangun, tubunku sudah dalam keadaan di peluk oleh koko Lee, sedikit kaget aku langsung memeriksa pakaianku. Syukurlah masih lengkap, lalu aku berbalik dan melihay Koko Lee masih tertidur.

Aku menyentuh wajahnya, hidungnya, matanya, setiap inchi wajahnya, saat aku menarik tanganku, tiba-tiba Lee menarik tanganku dan menciumnya lagi, lalu ia membuka matanya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu ia mendekat terus mendekat, lalu dia mencium bibirku, aku terbelalak lebar. Aku ingin menarik dan menyudahi ciuman itu, tetapi aku terlena dalam ciuman itu. Rasanya aneh, tapi.... Ah entahlah.

Koko Lee menarik wajahnya lagi lalu mengusap bibirku yang basah dengan ibu jarinya, lalu dia tersenyum dan mencium keningku. Wajahku memanas, lalu dia menarik ku dalam dekapannya, aku menenggelamkan wajahku di dada bidangnya, sementara dia hanya tertawa kecil dan berbicara.

"Jadi milikku ini belum pernah pacaran atau ciuman?" ujarnya padaku.

Aku menggelengkan kepalaku, dia semakin tertawa, lalu berbicara. "Kamu lucu sekali, ayo sini aku ingin melihat pipi chubby itu."

"Tidak mau..." Sahutku.

"Ya sudah seperti ini saja, jangan di lepas." ujar Koko Lee sambil memeluk ku semakin erat.

Aroma tububnya sangat maskulin, entah kenapa aku merasakan nyaman di dekatnya, jujur aku tidak tahu apa-apa tentang dunia seperti itu pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu aku pun menjadi tau. Setelah beberapa jam kami di atas tempat tidur, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke mall dan makan. Lee membelikan ku ponsel baru, lalu pakaian beberapa setel dan jam tangan baru. Padahal jika di lihat usia Lee hanya berbeda tiga tahun saja denganku.

BL- ME...!!!Where stories live. Discover now