Fascinate Mate 1

24K 639 21
                                    

🐺|wolves

——————————

Suasana di siang hari terlihat begitu cerah. Alera tampak memandangi rerumputan hijau serta taman bunga yang rantingnya terlihat bergoyang-goyang diterpa angin yang berhembus pelan. Gadis itu sedari tadi lebih memilih menikmati pemandangan tersebut dari balkon kamarnya lantaran dirinya memang sedang tidak berniat keluar dari kamar saat ini.

Namun, perasaan yang bercampur aduk sedikit membuat Alera merasa tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi, tetapi ia sama sekali tidak bisa menebak hal apa itu. Alera sendiri bahkan bingung kenapa perasaannya menjadi tidak menentu seperti ini.

Setidaknya pemandangan hijau di depan Alera bisa menyejukkan mata juga pikirannya. Suara kicauan burung terkadang membuat senyum Alera tanpa sadar mengembang. Ia merasa beruntung dengan letak balkon kamarnya yang menyuguhkan langsung pekarangan taman yang selalu terlihat terawat—sentuhan dari tangan para maid dan juga Alera sendiri yang terbilang sering turut andil merawat tanaman-tanaman indah tersebut.

Entah mengapa setiap kali melihat taman itu, Alera selalu mengingat segala kenangan dirinya dengan almarhum kedua orang tuanya. Waktu kedua orang tuanya masih hidup, mereka selalu berkumpul bersama untuk sekedar duduk-duduk di kursi dan meja yang tersedia di taman sembari menikmati teh hangat di pagi hari maupun hanya sekedar menanam berbagai macam bunga bersama sang ibu. Namun, semua itu kini benar-benar hanya bisa dikenang, sebab tidak mungkin kebersamaan tersebut akan kembali terulang.

Akibat terlalu terbawa suasana, suara ketukan pintu membuat Alera seketika tersentak. Gadis itu lekas menoleh ke arah pintu kamarnya dengan kening mengernyit, berusaha menebak siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya tersebut. Karena jika itu para maid, mereka pasti akan langsung menyerukan suara.

Tidak ingin membiarkan seseorang di luar sana menunggu lama, Alera lantas memutar tubuh guna melangkah menuju pintu. Dengan sedikit ragu gadis itu menyingkap daun pintu di hadapannya. Alera sontak kembali mengernyitkan kening begitu melihat presensi sang kakak laki-laki yang langsung melemparkan senyum setelah pintu berhasil tersingkap sempurna.

"Ada apa? Kau mengganggu waktu bersantaiku."

Pria di hadapan Alera tentu memberikan tatapan tidak terima dengan sikap tidak sopan dari sang adik.

"Beginikah cara seorang putri menyambut kakak tertuanya?"

Alera lantas tertawa mengejek mendengar penuturan pria tersebut.
"Maka dari itu, karena kau adalah kakak tertua pikiranmu menjadi sedikit kolot."

"Hei, jaga bicaramu! Aku ini seorang Alpha, kau harus tahu itu."

"Ya, ya, terserah kakak saja. Jadi, apa alasan yang membuat kakak sudah mau repot-repot mengetuk pintu kamarku?"

Pria itu, Renz, hanya terdiam untuk beberapa saat dengan sebelah alis terangkat, menatap sang adik dengan tatapan sedikit mengintimidasi.

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu. Menurutku kau terlihat baik-baik saja. Tetapi, kenapa kau menolak para maid yang meminta izin masuk ke kamarmu?"

"Dan jangan katakan kalau kau juga menolak makan siangmu?" lanjut Renz dengan nada bicara yang terdengar sedikit ditekankan.

"Darimana kakak tahu?" Alera terlihat sedikit gelagapan yang mana membuat raut wajah Renz langsung berubah dingin.

"Aku tidak sengaja berpapasan dengan Bibi Anna tadi. Dia yang bercerita padaku tentang kau yang lebih memilih sarapan di kamar, menolak para maid yang berniat membersihkan kamarmu juga mengantarkan gaun."

"Gaun?" Hanya satu kata itu yang bisa ditangkap oleh Alera.

Renz lantas menghela napas, berusaha sabar menghadapi adik keduanya tersebut. "Kau pasti juga tidak tahu perihal undangan dari Pack seberang."

One Shot|Dark Romance|[M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang