지원: 07

2.6K 368 121
                                    

***
yang masih bertahan sampe 지원: 07 aku cinta kalian. Semoga suka 💛
***

Ji Won, 1882| Ksg

Seulgi tiba di sebuah aula yang sangat besar. Ada red carpet sepanjang dia berjalan. Karpet yang mengarahkan rombongan dengan pangeran dan permaisuri pemimpinnya untuk menuju suatu tempat, barangkali titik akhir dimana raja berada.

Mengenai kenapa bukan dia yang berada di samping Jimin? Hal itu sudah sangat jelas. Ketika mereka tiba di istana raja, Yi meninggalkan kereta mereka dan berjalan menuju kereta yang digunakan oleh permaisuri Shin.
Bagaimanpun, Oh Ji Won hanyalah wanita yang bisa dia gunakan, sedangkan wanita yang dibutuhkan hanyalah permaisuri Shin.

Terdengar sakit memang, tapi itulah yang selalu difikirkan setiap selir.


"Ahgassi," Hyojung berjalan di sisi Seulgi sambil memegang tangan majikannya.

Sebenarnya setiap pelayan harus berada beberapa langkah di belakang selir, namun karena kakinya baru saja terkilir, Seulgi meminta Hyojung berdiri di samping kanannya untuk menjadi pegangan.

"Saya tidak nyaman berdiri setara dengan selir," Hyojung merasa tatapan para jendral dan bangsawan yang dia lewati sangat mematikan. Dia takut.

Seulgi berkata tanpa menoleh, "sebentar saja. Segera jika kami tiba kau boleh mundur dan bergabung dengan para pelayan. Atau kau mau aku terjatuh?"

Bagaimana mungkin Hyojung menginginkan hal yang buruk bagi nona nya. Dia akhirnya pasrah dan menerima tatapan mematikan itu dengan lapang dada.

Namun itu hanyalah beberapa menit saja, karena mereka tiba di ujung ruangan yang merupakan tahta raja dan ratu berada. Hyojung sebisa mungkin tidak mengambil perhatian dan mundur perlahan.

"Enak ya, yang jadi selir sehari," Celetuk salah satu pelayan yang berdiri di belakang selir Hwang.

"Tentu saja, kau belum pernah kan? Haha kasian!" Hyojung merasa harus melawannya.

Pertengkaran kecil itu harus dia hentikan karena kemudian mereka melakuka hormat sempurna dengan posisi yang sering kita sebut dengan bersujud.

Semua melakukannya dengan mudah, namun tentu saja tidak dengan Seulgi, dia sedikit tertatih dan lamban dalam gerakannya.

"Hamba pangeran pertama memberi hormat pada raja," Yi Jimin bersuara tanpa mengangkat kepalanya. "Panjang umur yang ayahanda, ibunda."

"Hamba permaisuri Shin memberi hormat pada raja," Wanita itu bersuara lantang. Meski demikian, suaranya sungguh terdengar  berwibawa. "Panjang umur ayahanda dan ibunda."

Seulgi meneguk salivanya dengan  susah payah. Ia bingung mengenai apa yang akan dia katakan, serta apa yang akan dia lakukan. Apakah sama dengan kedua orang di depannya ini atau bagaimana.

Dalam lamunannya yang menegangkan, dia mendengar para selir serentak bersuara.

"Selir pangeran pertama memberi hormat pada raja, selamat panjang umur raja dan ratu Jeoson." Suara mereka serentak dan lantang tapi Seulgi hanya mengeluarkan sedikit suara dan bahkan terdengar seperti bisikan.

"Panjang umur Baginda raja dan ratu," Semua serentak bersuara membuat Seulgi kembali latah mengikutinya.

Untuk penghormatan saja harus semenegangkan ini, batin Seulgi. Cukup membuat keringatnya bercucuran lagi. Tapi bedanya, saat ini adalah keringat dingin.

"Selir Ji?"

"Iya, saya." Seulgi terkejut hingga punggungnya bergerak dan itu dapat dilihat dari semua yang ada.

JI WON, 1882 [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora