06. Me Gustas Tu

544 110 311
                                    

Once U
°°°

"Lo pulang sendiri lagi?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Haechan. Jisung masih sakit, tapi anak itu bertingkah seolah-olah baik-baik saja.

"Yakin nih? Nanti kek semalam lagi lo pulangnya larut banget," Aku menatapnya penuh pertanyaan. Haechan tau darimana?

"Tau dari siapa?"

"Tuh kan ketahuan. Padahal gue cuma tebak-tebak." Ah sial, aku bahkan lupa bahwa Haechan memiliki seribu kali cara untuk memastikan orang iti berbohong atau tidak.

"Kenapa pulang malam?" interupsinya bagaikan seorang kakak yang benar-benar protective.

Atau sebaliknya, bagaikan pacar yang ketahuan lambat pulang.

Tidak, tidak mungkin Haechan seperti itu.

"Ya.... Gue pergi ke apotik beliin obat buat Jisung, kasihan dianya sakit." Huft-Apa aku sudah terlihat natural baru saja?

Sepertinya tidak.

Ekspresi Haechan langsung berubah datar. "Bukannya apotik didekat rumah lo itu tutupnya jam 6 malam?"

Aku mengangguk. "Yep, gue pulang jam 6 malam."

Haechan menatapku datar, mendorong dahi ku. "Mana ada jam 6 malam, setau gue adanya jam 6 sore."

Aku diam.

Lagi-lagi aku dimanipulasi.

Haechan mendengus kesal, menarik tengkuk leherku pelan, merangkul ku seperti biasanya. "Hari ini doang lo boleh bohong. Besok-besok gue bakal untit lo sampe 1 tahun pun gue rela."

"AKGHH!"

Aku menginjak kakinya kuat. "Gausah banyak omong manis. Itu mulut juga paling busuk pas mati."

"Buset dah omongannya. Mending gue anter lo balik dah," Haechan langsung memakai helm, menyodorkannya padaku helm yang lainnya.

Aku menggeleng. Hari ini aku harus bertemu dengan Renjun, tak berbincang dengannya di sekolah rasanya sangat aneh.

Meskipun tadi sempat makan siang bersama.

Aku ingin bilang. Selepas menjadi pusat perhatian tadi di kantin, ternyata bel masuk kelas sudah berbunyi duluan.

Dan aku hanya makan satu sendok nasi, gara-gara perdebatan Yangyang, Hyunjin, Haechan, dan Mark.

Aku benar-benar tak mengerti mengapa mereka bisa segitunya.

"Jangan melamun, suka banget sih mikirin yang gak penting." Aku menoleh, itu bukan suara Haechan. Suaranya sangat kukenal.

Mark Lee.

Ya Tuhan, jangan bilang nanti ada Hyunjin dan Yangyang yang datang lagi?

Semoga tidak.

"Ngapain lo anjir? Gue mau anter dia pulang tai," ujar Haechan kesal saat Mark mengambil helm dari tangannya.

"Gue anter aja, lo kan mau ke acara kondangan ntar malam," kata Mark pelan, menarik ku ke sampingnya.

Haechan menggeleng, menarik ku ke tengah-tengah. Ughhhh-benar-benar membuatku geram.

"Gapapa, kan anter dia cuma sebentar."

[✓] 1. Once UWhere stories live. Discover now