[EPILOG] If We Love Again

1.7K 131 38
                                    

"Ketika takdir tak berjalan seperti yang diharapkan. Ketika harapan hilang seperti hembusan angin lalu. Ketika cinta lenyap karena luka. Saat itulah dunia benar-benar tidak berpihak kepadamu."

Note : Disarankan sambil mendengarkan lagu Chen & Chanyeol - If We Love again yang ada di atas:)

Note : Disarankan sambil mendengarkan lagu Chen & Chanyeol - If We Love again yang ada di atas:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Off sudah merasa bahwa hidupnya tak lebih dari sekedar lelucon yang memuakkan dirinya. Di awali dengan dia harus menerima kenyataan bahwa kekasih dan calon bayinya meninggalkan dia untuk selamanya, di lanjut dengan dia harus menikahi seorang lelaki gay demi balas dendamnya, dan di saat balas dendam itu berubah menjadi cinta -yang sayangnya Off telat menyadari itu- dia telah kehilangan kesempatan itu. Dia tak pernah mengatakan apa isi hatinya, apa yang ia rasakan, dan apa kemauannya untuk bahagia bersama orang yang ia cintai.

Dia harus kehilangan orang yang dicintainya untuk yang kedua kalinya, meninggalkan luka di bekas luka yang belum sembuh sempurna. Off hanya sebuah boneka utama yang bermain di sebuah opera yang Tuhan ciptakan untuknya dengan bagian cerita paling menyedihkan dan dia sudah menyerah untuk bermain di dalam cerita itu.

Tapi, untuk malam ini Hotel The Shilla Seoul menjadi saksi bahwa dia belum selesai untuk berhenti menjadi pemeran dalam opera yang Tuhan ciptakan untuknya. Di saat dirinya merasa telah selesai untuk berperan, Tuhan sekali lagi memaksanya untuk kembali.

Saat ini, Off menjadi perwakilan rumah sakit tempatnya bekerja untuk menghadari Konferensi Dokter se-Asia yang di selenggarakan di Korea Selatan. Mata Off fokus menatap sosok yang berdiri di balik podium dengan tangan yang mengenggam segelas wine yang baru setegak ia minum. Detak jantunya memompa terlalu cepat akibat sosok yang telah mencuri seluru eksistensinya beberapa menit lalu.

Sedangkan sosok di depan sana, menundukkan pandangan dan mengunci fokusnya lurus-lurus pada gadget dalam genggamannya. Merangkai setiap untai kata yang akan dia ucapkan di hadapan ratusan orang yang memenuhi ruangan ini. Dia tidak boleh mengacaukan segala persiapan yang ia lakukan selama kurang lebih enam bulan dengan melakukan beberapa penelitian yang membuatnya harus sering merasakan sakit kepala. Lalu dengan menarik nafas panjangnya, dia siap untuk menyuarakan presentasinya.

"Walaupun kita telah memasuki zaman di mana teknologi sudah menguasai. Nyatanya, masyarakat awam masih belum memahami apa itu Dissociative Identity Disorder. Masyarakat masih mengira gangguan kepribadian ganda adalah sebuah gangguan spiritual atau kita menyebutnya kerasukan. Orang yang mengidap DID, berubah menjadi orang lain atau melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan olehnya. Suara pengidap DID juga berubah seiring dengan siapa alter yang menguasai tubuhnya. Hal itu yang menjadi dalil utama kenapa orang yang mengalami gangguan kepribadian ganda menjadi hal yang dianggap tabu di masyarakat awam dan mereka lebih menyukai untuk menyimpulkan itu adalah peristiwa kerasukan."

Tepuk tangan menggema seisi ruangan seiring kata terakhir yang diucapkan sosok di balik podium itu. Merasa puas atas topik yang ia sampaikan.

Sosok itu lalu membungkukkan badannya sebagai tanda hormat dan terima kasih, lalu mengulas senyum sebaik mungkin atas tepuk tangan yang diberikan kepadanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DamagedWhere stories live. Discover now