24

2K 101 0
                                    

Di sebuah rumah yang megah, Gus Asan tengah menatap kearah jendela.

". Pagi yang cerah, secerah hati dan fikiranku". Gumamnya seraya memainkan ponselnya.

". Nak, kamu gak ngajar??". Tanya Aby nya membuat ia kelabakan dan nampak gugup.
". Ngajar apa by??". Nampaknya ada kura-kura dalam perahu😋
Gus Asan pura-pura tidak tahu....

". Ya ngajar alfiyah kan, Aby kemarin kan sudah pernah bilang san, apa kamu gak ingat??". Balas Aby.
Gus Asan hanya meringis dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

". Maaf Aby, Asan belum siap". Balasnya.

". San, kalau kamu gak pernah siap dan gak belajar untuk siap? Kapan kamu akan siap nak??". Suara Umy menambahkan ucapan Aby barusan.

". Iya my...tapi mau bagaimana? Memang Asan belum siap😅". Sahutnya sekenanya.

". Ya sudah, terserah saja kamu mau siap atau tidak, Aby tak mau tahu....besok Rabu kamu sudah harus mulai mengajar". Ucap Aby yang membuat Gus Unyuk itu garuk-garuk.

". Maaf lah by, beri Asan waktu lagi untuk istikharah". Sahutnya dengan wajah yang tegang.

". Ya sudah, kamu boleh pikir-pikir dan juga mengumpulkan mentalmu selama 3 hari kedepan... Dan ingat!! Kamu harus siap". Ucap Aby.

Aby dan Umy nya lalu pergi meninggalkan Gus Unyuk yang tengah terpaku itu....
". Aby, Aby dan Umy mau kemana?? Apa Asan ditinggal sendirian di rumah??".
". Kamu kan laki-laki san, masak iya Aby sama Umy mau pergi kamu mau ikut". Sahut Aby yang di sambut gelak tawa oleh Umy dan Gus Asan yang menahan malu.

". Maksudnya Aby sama Umy mau pergi kemana??". Tanya Gus Asan.

". Aby ada janji sama sahabat aby, kamu jaga rumah dan jangan lupa nanti jadi imam di mushola putra ya". Pinta Aby yang sontak membuat Gus Asan terbelalak.

". Apa harus Asan by? Kenapa tidak menyuruh Lutfi saja??". Ucapan itu tak lagi di hiraukan oleh kyai Hafid.

Seraya berjalan mengitari rumahnya yang megah, Gus Asan menatap kearah jendela.

Bisa kita pahami lah bagaimana rasanya jadi santri yang baru saja pulang apalagi mukim dari pondok.
Rasa yang selalu bergelayutan dalam hati adalah rasa malu.
Apalagi kalau ketemu tetangga? Kerabat atau juga teman??
Dan bayangkan...Gus Asan yang Unyuk ini harus berhadapan dengan para santri yang mondok di tempat Aby nya.

". Harus ngajar alfiyah?? Harus jadi imam sholat di pondok putra?? Ya Allah kuatkan hambaMu yang pemalu ini". Gumam Gus Asan.

Sembari menunggu waktu Dzuhur, dus Asan membaca Alquran dan juga kitab yang telah ia pelajari di pondok dulu.

". Layyushibanaa Illa ma kataballahu Lana". Sampai pada ayat itu Gus Asan berhenti sejenak.

". Ayat ini sesuai dengan apa yang saya rasakan, sesuatu tak akan mengenaiku kecuali yang telah Allah haruskan untukku". Gumamnya memaknai ayat tersebut dengan penafsiran dan nahwu nya.

". Allahu Akbar Allahu Akbar". Terdengar suara adzan yang sangat merdu.

Gus Asan terperanjat dan segera bersiap tuk mengimami sholat Dzuhur yang akan dilaksanakan.

Ia bergegas menuju kamar mandi tuk segera berwudhu dan kembali ke kamarnya tuk mengambil peci dan juga sorban.

". Bismillahirrahmanirrahim". Gumamnya seraya memakai sandal.

Namun apa?? Sesampainya Gus Asan di samping mushola putri, justru kejadian yang tak diinginkan terjadi.

Betapa banyak pasang mata yang menatap kearahnya, betapa banyak kegiatan yang terhenti karena kedatangannya.

Tak lama Gus Asan segera berlalu dengan posisi wajah yang tak terlihat karena ia menggunakan sorbannya tuk menutup sebagian wajahnya....

Tiba-tiba dari kejauhan ada yang bergumam
". Terimakasih karena telah menjaga pandangan dan senyummu Gus, karena tak ada orang yang dapat melihatnya kala kau menutup sebagian wajahmu dengan sorban".

Tak lama jamaah pun dilaksanakan.

". Kalau boleh tahu, Abah sama ibuk sedang tindak ya Gus??". Tanya kang Lutfi sangat lembut.

". Iya, Aby dan Umy sedang bertemu dengan sahabat aby...makanya saya yang di suruh jadi imam". Sahutnya menjelaskan dan kang Lutfi hanya mengangguk mendengar penuturan gusnya itu.

Tak terasa bel tanda mengaji pun berbunyi.
". Itu bel apalagi fi??". Tanya sang Gus.

". Ohhh itu, itu bel ngaos Gus.... Bin nadhri Al-Qur'an". Sahut Lutfi dan Gus Asan hanya mengangguk.

". Kan ini jatahnya Abah, berarti jadi jatah Gus Asan dong karena Abah sedang tindak??". Tanya Lutfi dan Gus Asan pun cepat menggeleng.

". Ya enggak lah, mana mungkin saya ngajar Al-Qur'an, saya cuma dapat amanah untuk jadi imam aja...udah itu doang".

Seraya melangkah menuju rumah kyai Hafid, Gus Asan kembali membetulkan posisi sorbannya.

Sesampainya di rumah
". Masak iya aku harus ngajar ngaji Al-Qur'an juga??". Ia bergumam lalu merebahkan diri.

Tak lama ia mengamalkan ajaran pesantrennya yaitu tidur qoilulah atau tidur siang sebagai sarana menghemat energi dan menyiapkan tenaga untuk ibadah selanjutnya.

😉😉😉

Gusku Semangatku ( Otw Terbit)Where stories live. Discover now