42

1.9K 81 10
                                    

Pukul 00:02
Mata resya masih melotot, menatap nadhom yang sedari tadi ada dalam genggamannya seperti nama Gus Asan yang selalu ada dalam genggaman doanya....

". Jam segini belum tidur, besok gak bangun lagi subuhnya". Salah seorang menyindirnya dan resya tak begitu mementingkannya.

". Apa masalahnya sama kamu coba? Sewot!" Batin resya meronta-ronta.

". Hmmm...udah malam ya res". Suara Zahra jelas begitu mengagetkan.
". Iya, kenapa? Lapar? Apa mau minta diantar ke kamar mandi ha?". Zahra memanyunkan bibirnya.

". Suudzon banget jadi hantu, aku cuma mau ingetin kamu....ini udah malam, tidur sana!". Zahra sedikit meninggi.

". Apa ? Hantu kamu bilang? Manis dan cantik gini di bilang hantu....udah ngantuk ya kamu ...btw! Sana duluan karena resya belum ngantuk". Zahra mendengus mendengar jawaban resya barusan.

". Kalau besok gak bangun subuh, dosa tanggung sendiri ya". Resya mengangguk sembari terus menatap kearah jendela.

". Bintangnya banyak, bulannya juga terang". Gus Asan memuji keindahan alam malam itu....
". Gus ganteng lagi ngapain ya". Batin resya namun segera ia tepis, mana mungkin ia berani melamunkan Gus Asan....ia terlalu mengaca dan sadar bahwa ia adalah orang biasa.

Mungkin saja aku bukanlah senja yang selalu menemanimu
Aku juga bukan matahari yang menyinari harimu
Maaf.... seharusnya aku tidak patut mengutarakannya
Namun lewat doa...ku tahu adalah cara terbaik tuk memantaumu walau dalam keterbatasan

Seorang santri berwajah bak artis rock itu menatap kearah jendela kamarnya
". Badan gede gini ternyata hatinya lemah juga". Suara barusan begitu mengagetkannya.

". Gak ada masalah antara fisik Ama hati kang, kalau udah hati yang bicara....ambyar ambyar dah". Seseorang disebelahnya nampak kebingungan.

". Sejak kapan kamu sakit hati?". Ia menggeleng.

". Makanya, kalau cinta teh cukup dengan hati saja....jangan dengan jiwa, karena kalau sekali patah dan sakit, kamu hanya sakit hati dan bukannya sakit jiwa". Sebuah senyuman menyembul di sana.

". Sampeyan bener kang, saya gak jago main perasaan". Ia nampak lesu.

". Kalau main mah main game atau apa gitu, gak ada pilihan lain selain main perasaan?". Ia menunduk lagi.

". Makasih sarannya kang, saya duluan ya....mau sholat dulu". Sang teman mengangguk pasrah.

". Tidur dulu ah, nanti baru tahajud". Batin Gus Asan berniat.

". Molor dulu dah, masalah bangun nggak bangun udah jadi urusan Allah". Ucap resya sebelum akhirnya ia terlelap.

". Ngaji lancar, rezeki longgar....nah doa saya mah dapat jodoh yang kekar". Beberapa orang nampak berkerumun.

". Udah jam berapa? Masih saja ghibah". Seseorang mengagetkan mereka yang sedari tadi masih asyik cerita sana-sini.

". Aduh, ini mah kita jadi korban suudzon ya". Beberapa nampak mulai kembali ke kamarnya dan yang lain masih asyik disana.

". Belagu loe!!". Celetuk salah seorang santri.

". Yang sabar, yang main hakim dan gak sesuai sama peraturan bakalan kena imbasnya sendiri". Balas yang lain.

Gusku Semangatku ( Otw Terbit)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt