8. Like Mama

28 1 0
                                    

Setiap orang istimewa dengan caranya sendiri. Kamu adalah pemeran utama dalam kisahmu sendiri. Kalau kamu menjalani skenario ini dengan senyuman dan banyak bersyukur, cerita kamu juga pasti akan ditutup dengan senyum. Paham?

~TOD~

Happy Reading

~ - ~ - ~

Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, namun gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Padahal baru sehari sekolah, namun ia sudah kembali bersemangat memulai hari yang baru lagi. 

Apalagi hari ini kelasnya ada pelajaran olahraga. Mungkin akan menyenangkan ketika menyaksikan kegiatan olahraga secara langsung atau mungkin mencobanya daripada hanya menyaksikan tayangan di televisi.

Valerie keluar dari kamarnya bersamaan dengan Varrel yang baru saja keluar dari kamar di sebelahnya. Yah, meskipun semalam sudah kelelahan belajar di tempat oma-nya, Varrel tidak akan memilih bolos karena dia tahu adik kecilnya sangat bersemangat pergi ke sekolah. Mungkin nanti, cowok itu akan tidur di kelas atau bolos di UKS.

"Morning!" sapa Valerie riang dengan senyum manis dan sorot mata berbinarnya.

"Hm, udah siap? Yuk, berangkat!"

Kedua kakak beradik itu menuju basement dan segera menuju sekolah menggunakan mobil Varrel.

"Kak, kak Rafael pulang jam berapa semalam?" tanya Valerie.

"Dia pulang jam empat pagi tadi."

Valerie hanya manggut-manggut mengerti mendengar jawaban sang kakak. Ingatan semalam ketika ia tertawa lepas bersama El membuatnya tersenyum tipis. Ternyata El tidak sekejam yang dia kira.

Varrel melirik sekilas adiknya yang tersenyum manis. Semalam saat dia pulang, gadis itu sudah terlelap di dalam kamar dalam balutan selimut yang hangat, sedangkan El tertidur di sofa depan televisi.

Varrel sempat terkejut ketika El menjaga adiknya hingga malam hari. Sepertinya adik kelasnya itu memang bisa dipercaya.

"Ngapain aja kemarin? Kayaknya seneng banget."

Valerie menengok kearah Varrel dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya, "Oh, kemarin kita nonton film horor bareng. Seru banget, deh."

"Emang berani?"

"Awalnya sih takut. Tapi kak El malah ngeyakinin Valley. Yaudah deh Valley jadi berani nonton film horor. Ternyata kak El nggak seserem yang Valley kira. Dia baik," jawab Valerie dengan pandangan menerawang ke depan.

Varrel hanya diam mendengar celotehan adiknya. Jujur, dia ikut bahagia ketika adiknya bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya. Tapi kekhawatiran baru muncul ketika dia mengingat bahwa adiknya tidak boleh merasa nyaman bersama El. 

Sebaik apapun El pada Valerie kemarin, tidak menutup kemungkinan Valerie akan tersakiti di masa depan. Dia tidak mau itu terjadi. El hanya akan membantunya menjaga Valerie selama setahun. Valerie tidak boleh bergantung pada El.

Mobil milik Varrel memasuki gerbang sekolah dengan mulus dan tentunya hal itu menarik perhatian murid-murid yang sudah lebih dulu tiba di sekolah.

"Nanti ada pelajaran olahraga kan?" tanya Varrel sebelum mereka keluar dari mobil.

Valerie mengangguk.

"Gue udah ngomong sama guru olahraganya. Lo hanya boleh ikut pemanasan aja. Setelah itu, lo nggak boleh beraktifitas di bawah matahari. Ada pohon di pinggir lapangan. Lo bisa duduk disana sampe pelajaran olahraga selesai," jelas Varrel.

Truth Or DareWhere stories live. Discover now