Bab Sebelas

1.9K 214 59
                                    

Anya berjalan sendiri sambil melihat ke arah anak-anak lain yang sedang senang-senang di depan api unggun.

Langkah Anya terhenti melihat Abi sedang berada di depan sebuah tenda. Ia sedang berbicara dengan Rachel, dan memakaikan Rachel dengan jaketnya.

"Bodoh lo Nya. Ngapain juga lo mau nyamperin Abi. Udah pasti Abi lagi sama Achel," gumamnya pedih sambil berusaha mengulas sebuah senyuman.

Tapi ia tak segera beranjak dari posisi berdirinya. Sampai Abi berbalik dan mendapati dirinya berdiri tak jauh dari sana. Anya hanya bisa memberikannya senyuman. Ia terlalu sakit tapi tak bisa menangis. Ia memilih untuk pergi.

"Anya...," panggil Abi lembut dan menyentuh lengannya.

Anya menoleh dan tersenyum lemah. "Lanjutin aja nggak apa-apa Bi. Maaf kalo Anya ganggu."

"Ikut sebentar." Abi menarik tangan Anya ke tempat yang agak lebih sepi.

"Ngapain kesini?" tanya Anya bingung.

"Kamu katanya nggak mau diliat orang. Kalo mau ngobrol disana aku sih nggak masalah."

Anya menundukkan wajahnya. Ia terlalu sakit melihat wajah Abi saat ini. Anya merasa hawa disekitarnya makin dingin. Entah perasaan apa ini. Ia merasa tubuhnya menggigil. Dan yang terjadi sungguh diluar dugaan.

Abi perlahan memeluk tubuhnya. Anya tidak menolak. Ia membiarkan Abi memeluknya dengan hangat. Kali ini Anya sangat membutuhkannya.

"Kamu mau nangis? Nangis aja yang kenceng Nya. Nggak ada yang denger. Kamu mau marah? Marahin aku nggak apa-apa," kata Abi perlahan.

Tangis Anya pun pecah. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia memukul dada Abi perlahan. Seperti tak ada tenaga. Abi tetap memeluknya erat.

"Abi jahat! Anya tau, Anya nggak ada apa-apanya dibanding Achel!! Anya tau Anya nggak berhak begini!! Haaaaa..."

"Tapi hati Anya sakit ngeliatnya. Semuanya Anya ngeliat! Kamu jahat Bi..." Anya menumpahkan semuanya. Ia menangis di pelukan Abi. Laki-laki itu ada untuknya saat ini.

Abi menahan tangisnya. Untuk pertama kalinya ia ingin menangis untuk seorang gadis.

"Aku minta maaf," gumam Abi lirih.

Perlahan tangis Anya mulai mereda. Ia jauh merasa lebih tenang. Ia masih kedinginan, tapi perlahan rasa hangat menjalar di tubuhnya.

"Masih dingin?" tanya Abi pelan.

"Sedikit," jawab Anya pelan.

Abi melepaskan pelukannya. Dan melihat wajah Anya yang penuh air mata. Ia menyeka air mata Anya dengan tangannya.

"Mulai sekarang kamu bisa jujur kan sama perasaanmu sendiri? Kamu bilang semuanya sama aku Nya. Aku tau aku salah. Tapi jujur. Aku selalu berusaha ngelupain Rachel dengan nyari kamu terus."

"Anya nggak sempurna Bi. Anya nggak tau apa Anya bisa ada di hati Abi. Kita aja nutupin ini dari semua orang."

"Kita nggak usah nutupin lagi sama semua orang kalo kita punya hubungan. Aku akan berusaha jaga jarak sama Rachel. Biarpun segimana dia berusaha deketin aku lagi."

"Tapi Abi tadi ngasih jaket Abi ke Rachel. Kan itu sweet banget. Maaf Anya cemburu," gumam Anya pelan.

Abi tersenyum menahan tawanya. "Cuma jaket doang Anya. Lebih sweet mana sama kamu? Kamu kedinginan langsung aku peluk."

Anya menonjok pelan perut Abi. Ia memberengutkan wajahnya. Abi kembali memeluknya. Anya hanya pasrah.

"Tapi aku janji nggak akan nyentuh kamu kalo kamu belum siap. Kita fokus dulu ngebangun perasaan kita masing-masing. Aku nggak akan nutupin apapun dari semua orang," gumam Abi pelan.

BIG [Completed] ✓Where stories live. Discover now