Perlakuan

3.4K 482 148
                                    

Kamis malam, di penghujung pergulatan hati yang mulai meredam, berusaha menyatukan perbedaan antara dua anak adam.

Taehyung menikmati usapan lembut Yoongi di kepalanya, dan Yoongi tak keberatan pinggangnya dimonopoli oleh kedua tangan Taehyung. Keduanya sibuk menggali cerita lama, mengulasnya kembali sembari menukar tawa. Mengingat banyak adegan manis, juga tak melupakan segala isak tangis.

"Dulu kaupun memelukku seperti ini saat baru putus dengan pacarmu. Dan  semenjak itu kau jadi suka menginap di rumahku, agar bisa tidur dan memelukku begini," Yoongi mendengus kecil.

"Sudah kubilang kan, tubuhmu itu hangat dan nyaman," Taehyung beralasan.

"Bukankah kau mengatakan hal sama pada Hoseok? Kau bilang dia manusia paling hangat sedunia kan?"

"Heeyy, aku mengatakan itu sebelum Hoseok jadian dengan Namjoon."

"Tapi aku pernah melihatmu berpelukan erat juga dengan Jungkook."

"Aku terpaksa karena tidak ada guling di sekitarku. Kau tau kan aku tak bisa tidur jika tak ada yang kupeluk."

Yoongi merotasikan bola matanya terhibur, "Ahh, makanya kau sering menginap di apartemen pacarmu sejak dulu yaa? Sekarang aku tau apa alasannya."

"Hahaha, kalau itu sih bukan hanya peluk yang kudapatkan. Tapi masih banyak keuntungan lainnya."

Yoongi gelengkan kepala, "Dasar mesum!"

"Hehehe, omong-omong perutmu rata tapi hangat sekali," Taehyung makin mengeratkan kedua tangannya dan menelusupkan wajahnya di perut Yoongi.

"Sudah lama sekali kau tidak bermanja-manja begini denganku," Yoongi berucap tanpa menghentikan aktivitas jemari di kepala Taehyung. "Kau sedikit menjauh dariku ketika Jungkook semakin meracunimu dengan para gadis itu."

Taehyung terkekeh pelan, "Itu karena aku tak ingin mengganggumu yang sedang mengejar Mijoo saat itu. Makanya aku cari kesenangan lain."

"Kesenangan pantatmu! Yang kau lakukan hanya mempermainkan perasaan banyak gadis yang memujamu. Ck, dasar bajingan."

"Berhenti mengumpatiku, aku tau sebenarnya kau tak bermaksud demikian."

Yoongi menaikkan satu alisnya, "Lalu?"

"Aku kenal kau sudah cukup lama Yoongi, dan selama itu kau tak pernah tak memedulikanku. Segala cacianmu itu hanya untuk membuatku sadar kalau yang kulakukan tidaklah tepat," Taehyung menghela napas pendek, "Tapi bagaimana ya? Kalau banyak gadis yang mengejarku dan aku merespon mereka, rasanya hatiku puas sekali."

Yoongi mendengus sebal, tapi tak lantas melepas pelukan erat Taehyung di pinggangnya. "Aku malas meributkan hal itu denganmu. Kau tak akan pernah mengalah dengan alasan apapun."

"Hehehehe, kau memang yang paling pengertian!" Taehyung mengecup singkat perut Yoongi. Tapi kegiatannya terusik lantaran dering ponsel yang memekik telinganya.

Taehyung mengambil ponsel di nakas dan menghela napas pendek begitu melihat nama siapa yang tertera di sana.

"Ya, Irene?"

Yoongi tersentak, tapi berusaha untuk tak acuh.

"Hum? Sekarang?" Taehyung melirik Yoongi sesaat, "Uh, kurasa tidak bisa. Aku sedang bersama Yoongi di rumahnya. Iya aku menginap."

Yoongi memilih untuk tak memedulikan, ia biarkan Taehyung bicara dengan Irene sedangkan dirinya beranjak dan pergi ke balkon. Tapi yang tak disadarinya, mata Taehyung tak berpaling sedikitpun darinya.

"Uh, aku akan menghubungimu lagi besok ya? Hm, sampai ketemu."

Taehyung memutus sambungan teleponnya sembari menghela napas panjang. Ia masih menatap Yoongi yang merokok di balkon dengan perasaan yang sulit diutarakan.

Marry Me, Yoongi! (Taegi) ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt