Episode 19 : Disaster

2.2K 172 1
                                    

Gadis itu berusaha menghilangkan perasaan gugupnya ketika melangkah ke dalam kamar yang cukup luas tersebut. Ia melepas stilettonya di sudut ruangan dan mengamati sekitar. Ia berdiri di sisi lemari yang ada disana, meremas sisi gaun berwarna krem yang ia gunakan.

Gadis itu pikir ia sudah gila dengan mengambil keputusan ini. Ketika pernikahannya berada di ujung jurang kehancuran, saat suaminya sendiri memilih tidak peduli akan semuanya. Tidak. Gadis itu tidak ingin berpisah dari suaminya tetapi ia tidak punya alasan umtuk tinggal.

Setelah mendesahkan nafasnya cukup panjang, gadis itu berjalan lebih jauh lagi memasuki ruangan itu. Dibalik lemari besar ia bisa melihat sebuah super bed yang sungguh besar dan terlihat luxury.

Sepertinya benar apa yang dikatakan pacar sahabatnya. Kliennya ini sungguh kaya raya. Gadis itu pikir lelaki kaya bisa bebas melakukan apapun yang mereka mau. Gadis itu mendecih membenarkan fakta tersebut dan semua dapat dibeli menggunakan uang. Bodohnya ia telah menjual dirinya sendiri untuk uang itu.

Matanya menangkap sebuah punggung lebar dan kekar. Gadis itu sedikit membayangkan jika punggung itu adalah milik suaminya dan hubungan pernikahan mereka baik-baik saja--namun sepertinya itu akan menjadi impiannya saja.

Merasakan kehadiran orang didekatnya, pria itu berdeham lalu bersuara.

"Hmm..kamu yang dikirimkan Ray teman saya?"

"Iya."

"Baiklah. Kamu sudah tahu bukan apa tugasmu dengan memilih kesini?"

"Saya sudah mengetahuinya."

Pria itu berbalik menghadapnya, menampakkan wajahnya di hadapan gadis itu.

Gadis itu melongo. Bahkan bibirnya tidak bisa kembali tertutup ke keadaan semula. Gadis itu mencoba menjauhkan diri dari pria di hadapannya.

"Hei kamu akan kemana?" Pria itu sudah lebih cepat menghela pergelangan tangannya.

"Are you drunk?" Gadis itu berucap dengan nada marahnya. Gaya bicaranya menjadi tidak formal lagi kepada lelaki itu.

Jelas ia melakukannya karena lelaki yang ada dihadapannya saat ini adalah suaminya.

Suaminya sendiri.

Impiannya telah menjadi nyata namun mendapati pria ini adalah suaminya perasaannya sungguh terasa tersayat-sayat.

"Hei ada apa dengan nada bicaramu? Kau harusnya menghormati aku yang membayarmu. Tapi kamu sungguh cantik jadi aku akan memaafkanmu. Kemari."

Tiara masih melongo dan sedikit lunglai ketika Aryo membawanya kepangkuan pria itu. Sepertinya suaminya tidak sadar bahwa ia telah membeli istrinya sendiri.

"Aku akan memberikan bonus pada Ray karena dia telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik."

"Anda memiliki seseorang?"

"Apa maksudmu?"

"Seseorang yang ada di rumah yang seharusnya Anda jaga perasaannya."

Lelaki itu terdiam, mereka masih dengan posisi berpangkuan dan lengan Aryo yang melingkari pinggang rampingnya.

"Aku memilikinya. Tapi dia pergi dariku."

"Kenapa dia pergi?"

"Mungkin dia tidak mencintaiku dan ingin pernikahan kami berakhir saja. Tunggu, kenapa aku menceritakan hal pribadiku padamu?"

Tiara bergerak di posisinya untuk kemudian berbalik sehingga ia berhadapan dengan Aryo saat ini. Jarak wajah mereka sungguh dekat dan hidung mereka hampir saling bersentuhan.

Emergency MarriedWhere stories live. Discover now