🕳️Chapter 8🕳️

49 14 4
                                    

"Eh Mbul, kayanya ponsel Vio dari tadi bunyi deh" Bisik Dara

"Coba cek deh Ra"

Dara meraih tas Vio yang ada di samping nya dan membuka resleting nya. Perlahan Dara mencoba menemukan keberadaan ponsel itu dan hanya butuh 5 detik untuk melaksanakan nya.

"Ehh, bunda nya Vio nelfon"

"Ya tungguin aja doi balik."

"Udah misscall 8 kali anjir."

"Yaudah kasi sono. Kasian, mana tau penting"

"Ihh ko gue?" Dara menyerahkan ponsel Vio yang masih terus bergetar ke dalam genggaman tangan Fathur.
"Lo aja ya. Gue cewe soalnya"

"Lah trus kalo lo cewe kenapa?" Lirik Fathur sinis.

"Ih gue mager. Dah. Lu aja yang ngasi, sekalian olahraga hehe"

"Ngaca anjir"

"Bacot asw. Dah sono"

Fathur berdecak kesal melihat perlakuan yang ia terima dari Dara. Namun mengingat ponsel Vio masih gencar bergetar, lelaki itu memilih mengalah dan keluar dari ruangan.

Fathur perlahan mulai melirik sisi kiri dan kanannya untuk menemukan sosok Vio. Ia yakin, harusnya Vio sudah dalam perjalanan kembali ke kamar mama Retha.

Ah, bau obat dan orang lalu lalang membuat lelaki gempal itu semakin kesal aja. Lagi pula kondisi rumah sakit yang lumayan ramai kala itu membuat Fathur kesulitan menemukan Vio. Ingin rasanya ia mengutuk Dara saat itu juga!

Sesaat langkah Fathur terhenti setelah matanya menangkap sesuatu. Di ujung lorong dengan jelas ia melihat sosok Vio yang tengah berbincang dengan seorang pria berjas.

I..itu Vio sama siapa? Trus, wait what?
Vio dikasi uang sama om itu?

Detik selanjutnya Fathur mencoba mendekati gadis itu dengan sikap pura-pura tak tau. Ia hanya spontan begini, entah kenapa.

"Eh Vio" sapa Fathur seolah kaget.

Mata Fathur tidak terlalu lemot untuk menangkap momen Vio yang secara buru-buru menyimpan uang ia Fathur lihat tadi di saku. Lelaki itu berpindah bersiri di samping Vio yang kini kaku. Dari sini Fathur bisa melihat dengan jelas siapa lawan bicara Vio sedari tadi.

"Loh om Arya? Sore om" Tanpa melupakan sopan santun cowo gembul itu menyalami pria yang telah ia kenali sedari SMP.

"Eh Fathur, apa kabar?" Balasnya ramah.

"Sehat om"

"Kalian.. kesini mau jenguk mama Retha ya"

"Hehe iya nih om. Tadi tante Karin bilang beberapa hari lagi udah bisa pulang."

"Iya Fathur, syukurlah. Oya, om mau balik ke kamar, mau ikut sekalian ga?"

Fathur yang mengingat tujuan awalnya kemari sontak tersentak.

"Eh engga om. Kita mau ngobrol sebentar. Vi, nih, bunda nelfon" Bergegeas ia memberikan ponsel itu pada Vio yang hanya terdiam.

"Om duluan ya."

"Iya, om"

Arya melangkah meninggalkan kedua remaja yang kini merasa canggung itu.

"Halo bun? Ini Vio lagi jenguk mamanya Retha bun. Kenapa bun?" Vio menyerongkan badannya membelakangi Fathur. "Ohh.. yaudah bun. Vio pulang sekarang ya? Udah, gapapa bun."

"Pulang sekarang Vi?"

Vio hanya membalas mengangguk. "Gue pulang duluan ya. Buru-buru, bunda lagi butuh gue di rumah. Sampein salam ke temen-temen sama tante Karin." Vio membalikkan badan dan meninggalkan Fathur.

H I R A E T HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang