19. Haruskah Percaya?

92 30 17
                                    

Rabu, 20 Mei 2020

Selamat Membaca :)

Aku menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhku dan menatap pantulan diriku di depan cermin. Cantik sekali diriku ini, sudah cocok menjadi isterinya Huang Renjun. Hehe.

"FIREYA! ADA TEMAN KAMU, TUH!"

Teriakan Ibu membuatku segera keluar dari kamar dan membenarkan tas di punggungku.

"Siapa, Bu?" tanyaku.

"Reyhan katanya," ucap Ibu.

Mataku melebar saat mendengar jawaban itu.

"Reyhan?"

"Iya, ngajak kamu berangkat bareng, tuh. Sana cepet samperin!" Ibu mendorong bahuku pelan.

"Terus Bang Evan?"

"Dia udah berangkat dari pagi, udah cepetan sana. Ganteng tuh si Reyhan," ucap Ibu dengan tersenyum.

"Ganteng tapi playboy, Bu."

"Kalau nggak mau buat Ibu aja gimana?"

Aku melotot tajam. "Ibu!" kesalku. Ibu ini memang tidak sadar umur, ya?

Ibu tertawa kemudian mengusap kepalaku. "Ya udah sana! Kasihan dia nunggu," ucap Ibu.

Aku mencium punggung tangan Ibu dan segera pergi. "Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsalam."

Sampai di depan teras rumah, aku melihat Reyhan tersenyum cerah pagi itu. Dia menggunakan hoodie berwarna hijau tua dengan sok kerennya dia duduk di motor hitamnya.

"Ngapain senyum-senyum, nggak akan suka gue," ucapku tajam.

"Ya elah, Firey. Masih belum bisa percaya?" tanya Reyhan.

"Enggak akan percaya."

"Jahat!"

"Jangan drama," desisku. Aku naik ke atas motor Reyhan. "Cepet berangkat."

Reyhan mencibir pelan kemudian ia melajukan motornya. Ini pertama kalinya aku berangkat bersama Reyhan. Rasanya sedikit ... gugup. Tapi aku menahannya, karena jika aku kelihatan gugup, aku akan diledek oleh Reyhan.

Ini adalah masa di mana aku akan mengetes Reyhan, apakah benar Reyhan sudah berhenti jadi playboy?

Aku turun dari motor Reyhan, kemudian merapikan rambutku.

"Pulangnya gue tunggu di depan gerbang, ya," ucap Reyhan.

"Iya."

"Fireya." Tangan Reyhan menahan lenganku hingga aku terhenti. Aku menoleh dengan alis menyatu.

Tiba-tiba Reyhan memajukan badannya.

Cup!

Aku melotot saat kurasakan bibir Reyhan mengenai pipi kananku. Badanku menegang sekarang.

Reyhan nyengir tak berdosa, kemudian mengacak rambutku.

"Semangat belajarnya, calon pacar." Setelah mengucapkan itu, Reyhan langsung pergi meninggalkanku yang masih kehilangan setengah nyawaku.

"Ish, Reyhan!" Aku merasakaan pipiku memanas sekarang, mungkin sudah memerah seperti tomat.

Aku berbalik dan segera berlari. Lagi-lagi perasaanku dibuat tidak keruan oleh seorang Reyhan Arkana.

⚫⚫⚫


Di dalam kelas, aku sama sekali tidak diajak bicara oleh siapa pun. Aku pun hanya diam saja dan fokus dengan novelku, mencoba untuk tidak peduli dengan sekitarku itu mungkin tidak begitu buruk. Karena semuanya juga tidak membutuhkanku sepertinya.

PLAYBOY PENSIUN [Sudah Terbit]Onde histórias criam vida. Descubra agora