💐you should health

2.3K 292 2
                                    

Renjun menerima jaket berwarna hitam mengkilap yang sudah ternodai darah dari tangan pucat Jisung

"Terima kasih, hyung." ucap Jisung dengan suara seraknya

"Jangan berterima kasih. Ini bukan pertama kalinya aku membantumu jadi tidak perlu merasa tidak enak padaku."

Jisung tersenyum lemah. Kondisinya masih belum stabil sejak sadar 20 menit yang lalu

"Sekarang kau harus sembuh, oke? Dan kau harus tahu, orang yang mendonorkan darah untukmu."

"Siapa?"

"Yangyang."

"Yangyang hyung?"

"Iya, dia memberikan darahnya untukmu karena aku tidak bisa. Kau tahu sendiri kan? Lain kali aku akan membawa Yangyang kepadamu tapi kau harus janji kau harus sembuh dulu ya."

"Hyung, semalam aku bermimpi."

"Oya? Mimpi indah?"

"Bukan, mimpi buruk."

"Wah, itu pasti mengerikan. Ingin menceritakannya padaku? Tidak apa jika tidak mau, aku tidak akan memaksa."

"Aku... Kalian meninggalkanku. Itu mimpinya."

"Hey, harusnya jangan katakan itu. Lagipula siapa yang berani meninggalkanmu? Jangan pernah katakan itu lagi, oke?"

Jisung mengalihkan pandangannya dari Renjun yang duduk disamping kasurnya. Ia menatap langit langit kamarnya

"Kau tahu, kemarin Mark hyung hampir ikut muntah melihatmu semalam. Untungnya dia masih tahan. Jujur saja, aku juga mual melihatnya."

"Maaf, kalian pasti membenci itu. Aku juga."

"Tidak, memangnya siapa lagi yang mau membantumu? Kalau orang lain pasti akan lari ketakutan dan membiarkanmu kesakitan."

Jisung tersenyum sambil memejamkan mata. Renjun yang menyadarinya mengangkat tangannya dan merapikan rambut sang adik

"Istirahat ya, aku akan menjagamu diluar. Sebentar lagi bunda akan datang."

"Bunda?" tanya Jisung sambil membuka matanya

"Iyaa, sebelum kau sadar dia datang. Dia bilang dia pergi ke tempat kerjanya untuk meminta izin lalu kembali kesini untuk menjagamu."

Jisung kembali memejamkan matanya. Renjun tersenyum lalu keluar dari kamar VIP Jisung

"Eh, bunda sudah datang?" tanya Renjun melihat bunda berbicara dengan dokter perempuan

"Iya, Renjun. Kau bisa pulang, terima kasih sudah menjaga Jisung ya."

"Dia anak baik. Setiap kali Jisung kembali kesini, selalu dia yang bersamanya." ucap dokter itu seperti sudah kenal dengan Renjun

"Ya, Renjun sudah kuanggap seperti anakku sendiri dan kakaknya Jisung."

"Saya pergi dulu, permisi." potong Renjun lalu pergi dari sana

"Seulgi, apa Jisung masih bisa sembuh?"

"Dari laporan yang kuterima dari dokter Kim kemarin, kondisinya benar benar parah. Muntah darah yang membuatnya kehabisan darah. Walaupun dia sudah melakukan transfusi, darah itu tidak akan bertahan lama. Dia bisa terluka lagi sewaktu waktu."

"Jadi, apa masih ada harapan?"

"Kuharap ada. Tubuh Jisung masih kuat menoleransi rasa sakitnya. Ayo masuk, aku akan menyuntikkan obat aspirin ke infusnya."

Kedua perempuan itu masuk ke kamar Jisung. Sebenarnya Renjun belum pulang, ia mendengarkan obrolan dua perempuan itu sambil menahan isakannya

Sekali lagi, Renjun bisa merasakan jiwa Jisung yang harus berjuang menahan rasa sakitnya. Ia takut masa muda Jisung benar benar sia sia karena penyakitnya

Ia ingin Jisung merasakan kehidupan yang normal, bersamanya dan juga teman temannya. Karena jika Jisung sudah tidak terlihat di dunia...

Seluruh dunia akan kehilangan seorang bayi besar yang penuh kenangan luar biasa.

Epoch✔Where stories live. Discover now