Chapter 9

13.4K 1.3K 94
                                    

Hari senin merupakan hari yang dibenci oleh hampir semua orang, begitu juga Naya. Namun tidak untuk kali ini. Selama perjalan ke kantor, dia tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Dia tidak sabar bertemu dengan pujaan hatinya. Padahal baru kemarin mereka bertemu, namun entah kenapa rasa rindu begitu cepat menyerangnya.

"Selamat pagi!" sapa Naya saat memasuki ruangan departemen humas. Ruangan sudah tampak ramai, mungkin karena dirinya yang datang sedikit terlambat pagi ini.

"Mas Raga ke mana, Mas?" tanya Naya pada Jedi yang bermain ponsel di mejanya.

"Lagi di dalem sama Pak bos."

Dahi Naya berkerut, "Pak Rezal udah dateng? Tumben."

"Mau rapat sama departemen keuangan, makanya Raga, Fira, sama Arman lagi di dalem."

Naya menarik kursi dan duduk di samping Jedi, "Kok Mas Jedi nggak ikut. Kasian banget nggak diajak rundingan," ucapnya polos.

"Jangan ngadi-ngadi ya! Kerjaanku udah selesai duluan." Jedi melotot.

Naya mendengus, "Iya iya senior, junior minta maaf."

"Hari ini belum dikasih tugas kan, Nay?"

Naya menggeleng, "Belum, Mas. Kenapa?" Jedi mengambil laptopnya dan kembali duduk di meja Naya. Dia menunjukkan beberapa desain banner dan iklan yang sudah dia buat untuk acara ulang tahun perusahaan. Dia menunjukkannya pada Naya dengan penjelasan singkat. Berharap jika gadis itu memiliki masukan yang bisa dia terima.

"Kenapa nggak pake agensi iklan, Mas? Kan gampang terima jadi."

"Kalau pake agensi, aku kerja apa di sini? Jangan ngawur."

Naya tertawa, "Iya iya, orang jenius kaya Mas Jedi nggak boleh di sia-sia kan."

"Nah mumpung kamu belum dikasih tugas, nanti kamu ikut aku ke percetakan. Sekalian makan siang sama wartawan nanti."

"Siap, bos!" Naya hormat dengan semangat. Namun itu tidak berlangsung lama saat pintu ruangan manajer terbuka. Rezal keluar diikuti dengan Raga, Fira, dan Arman. Wajah ketiganya tampak tegang dan kaku. Perlahan Naya menurunkan tangannya yang sedang hormat sedari tadi. Hawa apa ini? Kenapa dia mendadak merinding? Ada apa dengan Rezal dan wajah kakunya?

"Nay!" panggil Rezal dari depan ruang rapat.

"Ya, Sayang." Naya mengumpat dalam hati, para karyawan tertawa mendengar jawaban refleknya, "Maaf, maksud saya ada apa ya, Pak?" Naya mengelus lengannya dengan meringis, takut jika Rezal akan memarahinya mengingat betapa tidak bersahabatnya wajah itu.

"Kamu ikut rapat, jadi notulen." Setelah itu Rezal kembali masuk meninggalkan Naya yang berdiri dengan kaku. Bukan permintaan, melainkan sebuh perintah.

"Loh, aku ikut rapat apa ikut Mas Jedi?" tanya Naya bingung.

Jedi berdecak, "Udah lah, Nay. Kamu ikut rapat aja dari pada Pak Bos marah. Mukanya udah nggak enak tadi. Aku berangkat sama Erik aja."

"Takut tapi, Mas." Naya meringis.

"Nggak papa. Wajah Pak Rezal emang gitu kalo serius. Mungkin ada beberapa kendala sama acara, makanya perlu rapat lagi sama departemen keuangan."

Naya hanya bisa mengangguk. Perlahan dia menarik nafas dalam dan mengeluarkannya cepat. Tangannya meraih buku dan masuk ke dalam ruang rapat. Di sana sudah ada Rezal yang duduk di kursi dengan lembaran kertas di tangannya. Fira tampak menata minuman kemasan di atas meja.

"Nay kamu duduk di samping Pak Rezal. Nanti kamu catet poin-poin yang penting ya. Rekam sama hp kamu juga kalo nggak mau ketinggalan informasi." Raga terlihat membimbingnya karena memang pria itu yang menjadi pembimbingnya selama magang.

Untouchable Man (SELESAI)Where stories live. Discover now