PURENESS [Kemurnian]

14 1 0
                                    

"Apa kau ingin tinggal di kota ini?"

"Memangnya kenapa?"

"Kota ini sudah penuh sesak dengan manusia, loh...."

"Apa ada yang salah dengan itu?"

"Emm... enggak, sih.... Tapi terlalu banyak manusia rasanya sangat sesak untuk dilihat."

"Selama mereka masih manusia sih enggak masalah. Yang penting mereka enggak gigit kaya anjing liar."

"Ah, betul juga."

***

(Toronto, Canada – Masa sekarang)

Seorang laki-laki sedang duduk di bangku di pinggir sungai besar. Ia berambut hitam agak panjang, lurus, bervolume dan matanya berwarna biru muda. Pada tangannya sambil membawa crepes berisikan daging berwarna coklat kemerahan. Rupanya ia sedang melamun.

Kemudian seorang gadis muda datang menghampirinya dan memegang pundaknya dengan pelan. Gadis itu berambut panjang yang dikuncir menyamping sebelah kanan. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan. Warna matanya sedikit kehijauan.

"Kenzi, sedang apa kamu di sini?" Tanya gadis muda itu dengan senyum lembut.

"Memperhatikan sungai dan kapal lewat." Laki-laki itu menjawabnya dengan sangat santai.

"Maksudku bukan itu, Kenzi."

"Kamu sudah tau jawabannya, jadi aku tak perlu menjawabnya lagi, Kak Kana."

"Hahaha." Lalu gadis itu duduk di sebelahnya. Ia menawarkan es krim pada laki-laki itu. "Kamu harus mencoba ini, adik kecilku."

"Apa ini?"

"Es krim."

"Bukan itu maksudku."

"Sama seperti maksudku tadi, bukan? Hahaha."

"Hahh...." Kenzi mengeluh sejenak.

Jadi, mereka berdua itu sepasang kakak-adik. Namun yang unik adalah kedua wajah mereka, warna rambut mereka, terutama warna mata mereka tidaklah mirip. Kemungkinan besar mereka berdua adalah kakak-adik angkat.

"Sepertinya kamu sangat menikmati pemandangan sungai di sini, yah?"

"Ya, ini benar-benar menenangkan, Kak Kana."

"Kamu memang betul, Kenzi. Aku harap... Shia dan Yama juga dapat menikmati pemandangan menenangkan seperti di depan mata kita, ya?"

"Shiawase dengan Okayama?"

"Iya. Aku juga berharap mereka tidak saling bertengkar terus."

"Tenang saja Kak, mereka itu sudah dewasa. Mereka harus bisa menjaga perasaan dan menghargai prinsip mereka masing-masing. Meskipun band kita sudah dibubarkan, tetapi perasaan kita tetaplah utuh. Semua kenangan-kenangan kita tetap tersimpan dalam hati kita."

"Ya, kamu benar, Kenzi. Meski mereka pulang ke negara asal mereka, tetapi kita tetap dapat menghubungi mereka dengan baik seperti biasa."

"Ya, seperti biasa."

Sesudah saling mengobrol tentang teman-teman satu band mereka, Kenzi dan Kana menghabiskan makanan mereka sampai tak bersisa. Kemudian mereka melanjutkan obrolan yang lebih intens.

"Kak, apa Kakak masih ingat dengan obrolan kita sewaktu kita masih kecil?"

"Yang mana? Kan banyak sekali obrolan kita di waktu kecil...."

"Waktu aku menanyakan padamu tentang penduduk di kota ini."

"Ah, yang itu?? Aku mengingatnya. Sungguh pembicaraan yang sangat lucu, Kenzi."

PURENESSTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon