BAB 4

216K 22.3K 1.8K
                                    

[Jangan lupa untuk vote and Coment cerita aku 💜]

Kangen sama Arga atau sama aku? Hayo ngaku???

Emot dulu dong buat part ini.. 💜

Selamat puasa...

****
Pelukanmu adalah penawar rasa sakit-ku.

****

"Siapa yang nganter kamu tadi?" Tanya Aulia ketika melihat temannya pulang bersama seorang tentara.

"Dia Kapten Arga."

"Berarti kemarin kamu sama dia?" Zara terpaksa mengangguk. Ia jadi takut jika ditanya macam-macam.

"Aku kira kamu hilang kemarin. Untunglah enggak, jadi hubungan kamu sama di-"

"Yang lain pada kemana, kok nggak pada keliatan?" Zara mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin Aulia bertanya macam-macam.

"Oh iya aku lupa. Kita hari ini ada kegiatan di balai desa buat acara posyandu sama pemeriksaan gratis lansia bareng bidan desa."

"Sebagian ada yang bantu masak bubur, terus yang lain beresin tempat."

"Tugas gua ngapain btw?"

"Kamu ikut aku aja. Sekarang ganti baju dulu sana jangan lupa pakai almamater aku tunggu ya." Zara mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya. Aulia itu temannya dari jurusan Pendidikan Matematika, dia yang paling kalem jilbabnya saja panjang menutupi dada bahkan selalu memakai gamis kemana-mana paling kalau santai pakai baju lengan panjang longgar dan rok panjang tidak pernah sama sekali pakai celana. Kadang Zara bertanya-tanya apakah Aulia tidak gerah? Zara membayangkan jika suatu hari dia seperti Aulia. Apakah mungkin?

Setelah mengganti baju dan mengenakan almamater. Zara keluar menghampiri Aulia yang duduk di karpet. Maklum posko mereka jauh dari kata mewah jadi tidak ada kursi di ruang tamu. Bahkan kamar mereka saja beralas tikar dengan selembar kasur. Jelas lebih mewah jika tidur di rumahnya di Solo.

"Gimana udah siap?"

"Udah kok. Ayo keburu di omelin yang lain gara-gara kita telat." Kemudian mereka jalan beriringan menuju balai desa.

Sepuluh menit perjalanan mengantarkan mereka ke tempat pelaksanaan. Zara memandang takjub teman-temannya yang begitu rajin menyiapkan alat timbang tradisional yaitu timbangan dacin. Masih mengenakan kain dengan digantungkan ke bandulan yang terlihat seperti jangka sorong. Bagaimana cara menggunakan benda itu?

"Zarraaa ku.. sayanggg kuu.. akhirnya Dateng juga.. Ya ampun gua ngak nyangka lu masih hidup." Tiara berlari memeluk Zara seakan kehilangan sahabatnya itu.

"Tenang Zara yang cantik dan kaya ini tidak akan semudah itu mati."

"Gaya lu masih aja nggak berubah!" Sahut Galang dengan kamera di lehernya. Ia agak kesal karena semalam para pria mencari gadis itu di tengah hutan bersama beberapa warga dan yang di khawatirkan terlihat santai seolah tidak terjadi apapun.

"Hehehe maaf."

"Lain kali kalau ngilang jangan nyusahin yang lain. Coba bapak lu bukan bupati. Mana mau kita repot-repot cari lu!" Ledek Tiara.

"Njirr temen biadab lu semua hahahahhaha..." lalu mereka tertawa bersama-sama.

"Dari pada lo nggak ada akhlaqnya."

"Sudah-sudah jangan bercanda, sebentar lagi acara mau dimulai. Nanti kalau warga dateng kalau belum siap gimana." Beni sebagai ketua mencoba menengahi. Untung saja ucapannya didengarkan karena selanjutnya mereka membereskan tempat duduk, dan menata makanan (bubur kacang hijau dan susu) yang akan dibagikan pada warga.

ARGANTA - Embracing The sun (Tersedia di gramedia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang