• 17 •

11.4K 1.3K 96
                                    

Ditinggal orang terkasih rasanya memang begitu menyakitkan. Perpisahan memang selalu meninggalkan duka mendalam bagi beberapa orang.

Sama halnya dengan Agam. Nyatanya setelah Ayah pergi, Agam tidak seolah tidak ingin lagi melihat dunia luar.

Semua kejadian itu seolah menjadi trauma sendiri baginya.

Sudah dua hari semenjak kepergian Ayah, Agam hanya berdiam diri dirumah. Menghabiskan hari dengan berbaring dikasur, mandi, lalu berbaring lagi.

Kata orang, tidak baik terlalu larut dalam kesedihan. Tapi, Agam tidak peduli lagi. Sekuat apapun menyangkal, Agam tetap tidak sanggup.

Agam tidak mau pura-pura tersenyum sementara hatinya ingin menangis.

Tidak ada makanan apapun yang Agam sentuh sejak Ayah pergi. Minum air putih pun bisa dihitung jari.

Sudah dua hari ini juga Agam tidak masuk sekolah atau bekerja. Kemarin wali kelas dan beberapa guru datang kerumah.

Mereka mengucapkan semua kalimat penenang tapi Agam hanya diam. Bahkan saat mereka pamit pun Agam tetap duduk diam tanpa berniat beranjak.

Semangat hidup Agam sirna dan perlahan terkikis.

Hari sudah menjelang sore, tapi Agam tidak ada niatan untuk beranjak dari kasur orang tuanya kecuali untuk mandi tadi. Iya, selama 2 hari ini Agam menghabiskan waktunya dikamar orang tuanya.

Pagi tadi, Agam Mbok Mina datang dan membawakan makanan untuk Agam.

Agam mendengarnya tapi tidak berniat membukakan pintu. Mbok Mina pun mungkin mengerti dan sebelum pergi mengatakan,
"Mbok taruh makanannya didepan pintu ya nak. Harus dimakan. Jangan sampai sakit nak"

Jangan sampai sakit? Bahkan Agam ragu hatinya masih utuh atau tidak.

Agam merasa miris akan hidupnya. Ingin sekali mengadu tapi tidak tau pada siapa.

Alex, kakaknya, tidak pernah lagi datang. Dan Agam menyerah untuk menunggu.

Keadaan rumah sama seperti terakhir kali semua orang pulang. Karpet masih terbentang dan belum digulung.

Lantai rumah yang tidak di sapu selama dua hari. Kursi dan televisi yang yang masih ada di kamar orang tuanya.

Tak satupun Agam bereskan. Agam hanya ingin menikmati kesendiriannya.

Pandangan Agam yang kosong mengarah pada pintu kamar. Suara jarum jam yang berdenting menemani sepi hari ini.

Agam rasanya ingin menangis dan mengadu. Membagi bebannya pada seseorang, agar setidaknya Agam bisa lega. Itu saja.

Sampai akhirnya Agam bangun dari pembaringannya. Lalu meraih tongkat di dekat ujung kasur dan Agam pun beranjak keluar dari kamar.

Pandangan Agam menyapu sekitarnya. Sepi. Ayah dan Ibu tidak akan pernah kembali.

Hal itu membuat air mata Agam kembali mengalir. Tidak ada isakan sama sekali. Agam hanya menangis tanpa suara.

Dengan perlahan Agam mengayunkan tongkatnya menuju pintu depan. Tepat saat membuka pintu, Agam dapat melihat plastik putih berisi kotak makan dan rantang.

Agam pun mengambilnya dan membawanya masuk kedalam rumah.

Agam perlahan duduk diatas karpet dan mulai membuka rantang dan kotak makan. Terdapat nasi, tumis kangkung, ayam goreng, dan teri disambal.

Sederhana tapi Agam merasa bersyukur. Masih ada orang yang peduli padanya.

Mengingat kebaikan Mbok Mina, akhirnya Agam pun mulai memakan makanan itu. Mengunyahnya dengan pelan sambil memandang sekitarnya.

Agam butuh teman bicara. Siapapun itu. Agam butuh itu sekarang.

Merasa perutnya sudah kenyang, Agam pun menyusun kembali rantangnya dan membawa plastik itu ke dapur. Memindahkan ayam, ikan, dan sayur ke piring.

Lalu Agam mencuci kotak makan dan rantang Mbok Mina.

Agam pun berjalan keluar dan duduk didepan rumahnya sambil menatap sekitar. Menunggu siapapun yang datang.

Walau Agam tidak yakin ada yang akan datang. Namun, pandangan Agam terkunci pada mobil yang berhenti didepan rumahnya.

Mobil kakaknya. Dan benar saja, Alex turun dari mobil sembari menenteng plastik putih ditangannya.

Agam tidak beranjak sama sekali sampai Alex sendirilah yang duduk disampingnya.

"Maaf ya gue gak dateng kemarin sore, adek gue rewel gak mau ditinggal" ujar Alex yang membuat Agam mengangguk.

Jika sudah berkaitan dengan keluarga kakaknya, Agam nomor terakhir. Tidak akan menjadi yang pertama sekali pun Agam adik kandung.

"Lo selama 2 hari ini sekolah?" tanya Alex yang membuat Agam menggeleng.

Alex lantas menghela nafas pelan. Lalu menatap Agam yang memandang kosong ke depan.

"Sedih boleh tapi jangan berlarut-larut. Lo harus liat gimana kedepannya. Pikirin masa depan lo, jangan cuma sedih gak berujung" nasihat Alex yang membuat Agam tanpa sadar tersenyum miris.

"Kakak bisa ngomong gitu karena hidup kakak bahagia, orang tua kakak kaya. Lah aku?" tanya Agam pelan yang membuat Alex terdiam.

"Emangnya ayah atau ibu lo gak punya sodara gitu? Lo kan bisa tinggal sama mereka" ujar Alex yang membuat Agam tersenyum miris lagi.

Memang apa yang Agam harapkan? Kakak mengajaknya tinggal bersama? Dalam mimpi pun rasanya begitu mustahil. Apalagi di dunia nyata ini.

Di saat sekarang ini Agam jadi rindu pada Ibu Hasna dan Om Dendi. Apa mereka sudah tau kondisi yang Agam alami sekarang ini?

"Gue gak bisa ajak lo kerumah gue. Orang tua gue belum tentu setuju. Apalagi gue sekarang punya adik kecil. Adik gue gak biasa sama orang baru" jelas Alex.

Alex tau bahwa Agam mungkin sedikit banyak berharap akan ia ajak tinggal dirumah orang tua angkatnya.

Tapi, Alex tidak akan melakukan hal itu. Bundanya tidak menyukai Agam. Kalau Ayah ia kurang tau. Sebab Ayah tidak pernah lagi bertemu Agam setelah di panti beberapa tahun lalu.

Alex hanya tidak mau ada kericuhan dirumahnya. Alex tau bahwa kini Agam mungkin menjadi tanggungannya. Sebab Alex satu-satunya saudara yang Agam miliki.

Tapi untuk mengajak Agam tinggal bersama, Alex tidak akan melakukan itu. Biar urusan kebutuhan Agam ia yang usahakan.

Alex tidak mau Agam masuk kedalam kerluarganya dan membuat bunda marah. Lalu berakhir mengusirnya dari rumah. Alex bukan takut miskin. Alex hanya terlalu nyaman ada ditengah mereka. Keluarga yang hangat.

"Lo gak usah pikirin gimana masalah uang sekolah atau hal lainnya. Kasi tau ke gue biar gue usahain semuanya" jelas Alex yang tidak dijawab Agam sama sekali.

Agam merasa tidak ada gunanya bercerita tentang hidupnya sekarang. Maka dari itu Agam lantas beranjak dibantu kedua tongkatnya.

"Agam ngantuk kak. Agam masuk dulu ya. Kakak pulang aja"

Setelahnya Agam masuk kedalam rumah dan tak lupa mengunci pintunya.

Agam sebatang kara sekarang? Mungkin.

Bukan uang yang Agam mau. Agam bisa cari uang sendiri. Agam hanya ingin didengar tapi sudah ditolak duluan.

Jadi apa yang harus Agam lakukan?

¤¤¤

Selamat membaca😊

Salam manis,
Ans Chaniago

Aku gak tau nulis apa :)
Semoga suka dan maaf atas semua typo

09:08 WIB

14 Mei 2020

AGAM (End)Where stories live. Discover now