BAGIAN 30

198 45 0
                                    

Hapus saja bayangan adegan gerombolan superhero yang menyerbu TKP penculikan, menekuk lawan dengan sekali dua kali tiga kali pukulan lalu membopong para korban, dan diakhiri adegan senyuman sumringah dan pelukan. Dora sempat membayangan reka adegan itu, membebaskan Abiannya dari para penjahat, lalu saat dia terluka, Abian berganti membantunya. Superhero lain yang terdiri dari Tiar dan anak buah Ramos ikut menyerang, dan akhirnya dia dan Abian berpelukan hingga pihak berwajib datang.

Fokus, Dora. Dora menggertak dirinya sendiri yang sedang bersembunyi di luar vila. Roger tiba-tiba menggeram emosi, padahal sebelumnya dia ogah-ogahan meringkuk di samping Thea. Kini, mata cowok itu sudah terpasang pada kejadian yang baru saja tayang di dalam vila melalui jendela. Cepat, Dora menarik kerah cowok itu karena kehadirannya akan terlalu mencolok. Melihat Barry dari kejauhan saja sudah memancing amarah. Dora ragu Roger akan membantunya menundukkan para penculik.

"Hati-hati,"

Roger hanya mengangguk, lalu diikuti Dora, mereka perlahan menaikkan kepala hingga hanya sebatas kedua matanya saja untuk mengawasi kejadian yang sedang berlangsung. Posisi jongkok di atas rerumputan rendah yang menjadi jalan gerombolan semut bersantai serta sesekali mengigit lutut mereka, memang sangat riskan mengundang bahaya bila mereka sedikit saja memekik kaget. Sementara matanya mengikuti gerak-gerik lima cowok yang sedang berjongkok sambil memedamkan kepala di depan para penculiknya, tangan Dora sibuk mengeyahkan makhluk mungil itu di sekitar kakinya.

Mereka berjajar ke samping. Abiannya berada paling ujung dari tempatnya mengintai. Walaupun tidak bisa menangkap jelas bagaimana tampang pacarnya, Dora yakin keadaan mereka jauh dari kata prima saat melihat cowok berkacamata—itu Danish, pikir Dora—nyaris terjatuh berkali-kali.

Sejajar dengan mereka, Bang Rengga menanam tubuhnya yang kaku dan tampak bergetar di sofa cokelat. Lima cowok itu terkesiap saat pertama kali melihat keberadaan Bang Rengga di sana. Salah satu penculik langsung menoyor kepala mereka untuk segera menundukkan kepala. Mendesak mereka mengambil posisi sebagai seorang tawanan yang pasrah akan ditembak mati.

Lilitan perih menerjang lambung Dora. Dari kemarin malam, lidah dan giginya tidak bersahabat dengan makanan. Jam istirahat tadi hanya dimanfaatkan untuk mencegah dehidrasi, sedangkan lambungnya masih enggan menerima. Dan sekarang melihat sang kekasih hati menyerahkan kepalanya, seluruh organ tubuhnya bergejolak, berdemo belum diberi asupan. Deru napas yang menggebu membuatnya langsung menurunkan tubuh dan meringkuk. Lambung kosong dan kondisi Abian kombinasi yang sangat cocok untuk meremukkan badan.

Sebelumnya, Dora berharap mereka dibawa ke lantai satu agar memudahkan proses pengintaian dan penyerangan. Tiar dan tiga anak buah Ramos memang menyanggupi bila harus merayap melalui tiang dan mengamati dari sana, dalam keadaan tidak ada balkon atau teras untuk mendarat. Satu-satunya jalan untuk menyerbu adalah jendela yang kemungkinan besar dikunci, dan cara ekstrimnya mereka akan menghancurkannya dengan lemparan tubuh. Cara yang membuat Dora menjengit kaget dan ngilu saat mendapatkan pesan dari Tiar. Ingin Dora menambali terutama bagian ekstrim itu, tapi melihat keadaan vila yang sangat tidak menguntungkan, membuatnya terpaksa membalas: OK.

Dan kini dengan kondisi tubuhnya yang tidak mendukung, boleh dikatakan egois karena dirinya bisa saja mengacaukan semuanya, Dora ingin adegan mengerikan di dalam vila ini pindah ke lantai dua. Roger yang mendadak terkesiap dan spontan menurunkan badan besarnya di samping Dora, kemungkinan besar menyodorkan dua alasan mengerikan. Mereka berdua kepergok. Atau. Mereka berlima dalam keadaan berbahaya. Haruskan menyerang sekarag?

Roger tidak membiarkan Dora hanya menerka-nerka saja. Dengan mulut tebalnya yang sepucat kertas, dia memberanikan menyetus, "Mereka bawa pistol."

Remuk redum sekujur tubuh Dora. Gemuruh hebat menyergap dadanya, membuat paru-parunya seolah kehilangan fungsi. Getaran di waist bag membuatnya lekas merogoh ponselnya. Dora menatap ponselnya yang menyala menampilkan satu pesan dari Tiar. Pesan soal senjata api itu. Tiar sudah turun dan mengatakan dia di sisi lain villa lantai satu.

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Where stories live. Discover now