BAB 10. Spechless

191 26 19
                                    

⚠Please don't copy this story⚠

⚠Please don't copy this story⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca... 💐


Tok tok tok.. Amira mengetuk pintu ruangan Nico.

AISYAH mengekor di belakang Amira yang sedari tadi mengulas senyum. Sepertinya gadis itu mengetahui apa yang akan terjadi di ruangan Nico nanti. Pria paruh baya membuka knop pintu dari arah dalam. Seketika sosok Pak Soleh nampak di balik pintu. Di dalam ruangan sudah ada Pak Rasyid dan Bu Zaenab, abi dan ummi Aisyah. Selain itu juga ada Bu Asiyah, bunda Nico. Sambil sedikit membungkukkan badan Amira bergegas masuk kemudian mempersilahkan Aisyah masuk setelahnya.

Sejenak Aisyah menyalami kedua punggung tangan abi dan umminya, berikutnya ia duduk di sebelah abinya. Pak Soleh kembali mendudukkan tubuhnya di sebelah Bu Asiyah. Ruangan kerja Nico super luas, jadi mereka tidak khawatir ruangan pria itu akan terasa penuh dan sesak. Aisyah menatap umminya dengan penuh tanya. Ada apa? Kok pada di sini semua, Mi? Bisiknya di rungu Zaenab. Umminya itu malah menempelkan jari telunjuk di bibir kemudian mengedipkan mata, mengisyaratkan agar dia diam dan menyimak sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebelum memulai pembicaraan, terlebih dahulu Pak Soleh melafazdkan beberapa do'a dan juga sholawat teruntuk baginda tercinta, Nabi Muhammad Shollahu 'alaihi wassallam. Kemudian seisi ruangan mengamininya.

"Amira, boleh tunggu di luar sebentar? Nanti kalau Nico mau masuk ke dalam, ketuk pintu dulu, ya?" Ujar Bu Asiyah. Amira mengangguk ta'zim mematuhi perintah dari ibu atasannya itu.

"Mungkin.. lebih baik abi kamu yang memulai pembicaraan ini. Silahkan Syid," ujar Pak Soleh mempersilahkan.

"Begini Sayang, tempo hari sewaktu kamu masih di rumah sakit. Nico menghantarkan niat baiknya ke Abi. Dia ingin meminangmu sebagai makmum sekaligus pendamping hidupnya. Saat ini, secara resmi dia akan mengatakannya sendiri kepadamu. Jadi, kita tunggu nak Nico kembali dulu," terang Abinya.

Aisyah tersenyum kaku seraya menganggukkan kepalanya. Debar di dadanya itu semakin berdetak secara abnormal. Sekilas terlintas ucapan kakaknya yang mengatakan, bahwa dirinya telah dijodohkan dengan Abinya. Mungkinkah Nico orangnya? Aisyah benar-benar terkejut detik ini. Jadi, wanita misterius yang dijodohkan dengan Pak Nico itu.. aku orangnya? Batinnya. Detik berikutnya dia sembunyi-sembunyi mencubit sedikit lengannya. Seketika dahinya mengerut, kedua alisnya bertaut jadi satu. Sakit! Gumamnya. Dengan begitu apa yang terjadi beberapa saat yang lalu bukanlah angannya semata. Mungkin Sang Maha Kuasa tengah membuat kejutan untuknya saat ini.

Nico yang baru saja kembali dari kamar mandi, dia menyuruh Amira untuk mengetukkan pintu untuknya. Tak lama kemudian pintu terbuka, Nico bergegas masuk ke dalam. Beberapa pasang mata menatap kehadirannya kecuali satu orang. Ya, gadis berhijab sedada dengan warna abu-abu itu menundukkan pandangannya. Sekarang bukan hanya gadis itu yang berdebar jantungnya, pria bertubuh tinggi itupun demikian. Nico mendudukkan tubuhnya di sebelah bundanya. Pipinya kian bersemu merah, sesekali ia memandang ke arah Aisyah.

PELANGI- Finish (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang