Bisnis Triliunan Berbalut Medis

203 8 0
                                    

“Untuk menghadapi wabah Corona di Indonesia sebaiknya pemerintah tidak menggunakan vaksin yang di produksi oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang berkaitan dengan Bill Gates

Itulah sepenggal kalimat yang di ucapkan oleh seorang pejuang kebenaran, Ibu Siti Fadilah Supari. Beliau adalah mantan Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh presiden SBY. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SP.JP juga seorang dosen sekaligus ahli jantung yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010 sampai dengan 20 Oktober 2014.

Namanya mencuat ketika dirinya membuat Indonesia menjadi sorotan internasional, dimana Ia mewakili Indonesia menggalang dukungan negara-negara lain untuk mengajukan gugatan kepada WHO, terkait dengan penanganan wabah H5N1 atau dikenal dengan sebutan “Flu Burung” (2005). Hal ini ia lakukan dikarenakan ia menaruh kecurigaan dan telah menemukan bukti-bukti adanya konspirasi bisnis triliunan dolar berbalut medis (penjualan vaksin), dibalik mewabahnya virus H5N1.

Fadilah melawan dengan cara tidak mengirimkan spesimen virus H5N1 dari Indonesia yang diminta oleh WHO. Ia menolak mengikuti arahan WHO dimana penanganan wabah H5N1 harus mengikuti standar dari Global Influenza Surveillance Network (GISN). Ia merasa ada ketidak transparanan dan standart yang diterbitkan oleh GISN beresiko menjadikan vaksin sebagai komoditas monopoli perdagangan.

Tidak hanya itu, ia juga berusaha membongkar adanya konspirasi bisnis kesehatan dunia dengan menerbitkan buku yang berjudul “Saatnya Dunia Berubah”, yang didalamnya juga disertai dengan pemaparan literasi dan fakta/bukti data yang ia dapatkan sepanjang dirinya berusaha keras menuntaskan wabah H5N1 di Indonesia. Terbitnya buku ini akhirnya menuai kontroversi dunia, dan salinan yang juga diterjemahkan dalam bahasa inggris, ditarik dari peredaran.

Siti Fadilah Pejuang Kebenaran yang Terzalimi

Selepas masa jabatannya sebagai Menteri Kesehatan RI, dirinya dijerat oleh KPK dalam perkara dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di kementerian yang sempat dipimpinnya. Siti Fadilah ditetapkan sebagai tersangka pada tahun 2014, mulai dipersidangkan di tahun 2017 dan dijatuhi vonis hukuman 4 tahun penjara di tahun yang sama, meski ia tidak pernah mengakui telah melakukan tindak korupsi. Hingga kini ia pun masih mendekam di Rutan Pondok Bambu.

Selama persidangan hingga vonis dijatuhkan, ia tetap berlaku sopan, namun ia terus membantah dan menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah dalam kegiatan pengadaan alat kesehatan di kementriannya. Ia terlihat benar-benar menunjukan kesedihannya atas tuduhan tersebut.


Dikutip dari website nasional.tempo.co, Siti Fadilah awalnya diundang sebagai saksi sebuah persidangan. Ketika sedang menunggu panggilan di ruangan jaksa, tiba-tiba datang dua anak muda dengan seragam jaksa, dan dua orang tersebut bertergur sapa dengan para jaksa diruangan. Siti mengatakan “Dengan tersenyum, mereka mendekati saya dan meminta foto bersama, tentu saja saya persilahkan. Ketika mereka merapat kepada saya, salah satunya berbisik, ‘Ibu, saya tahu siapa ibu. Saya fans ibu, maaf ibu sedang dizalimi, tenang ya ibu, ini ada dokumen yang mungkin ibu perlukan’. Pemuda itu memberikan gulungan kertas yang ada di tangannya, kemudian meninggalkan saya“.

Setelah dibuka,ternyata dokumen yang diberikan itu adalah verbal resmi dari surat rekomendasi penunjukan langsung Nomor 15912/Menkes/2005 yang ia cari-cari serta pernah ditanyakan oleh penyidik Bareskrim. “Saya mencari pemuda itu, tetapi sudah tidak ada. Saya ingin berterimakasih kepada mereka, namun tidak tahu keberadaan mereka, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua pemuda itu”, begitulah ungkapnya.

Siti menduga, dalam kasusnya sudah disiapkan saksi yang dibentuk secara sistematis (disetting) untuk menunjukan dirinya menerima Mandiri Traveller Cheque (MTC) dengan melibatkan keluarganya. Beliau mengatakan, “Saya tahu siapa yang bermain dalam kasus ini. Sekali lagi saya tidak salah tapi kalah. Menang atau kalah adalah hasil yang pasti dalam suatu perjuangan, dan saya dalam posisi kalah meski saya benar”.

Konspirasi dibalik Pandemik

Dikutip dari website CNNIndonesia.com, Siti Fadilah menyampaikan bahwa ada konspirasi di balik suatu pandemik, yakni antara WHO dan pihak-pihak industri farmasi. Selama mereka masih merajai, maka pandemik dimasa mendatang, akan tetap terjadi. Ia juga menyatakan keheranannya ketika China justru diam ketika ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Pasalnya ia tidak yakin kalo COVID 19 tersebar dari kelelawar ke manusia, kemudian akhirnya menular antar manusia. Siti menilai, hal yang sama terulang kembali, yakni adanya ketidak transparanan, yang menyebabkan penularan antar manusia menjadi tidak bisa dideskripsikan secara benar, sehingga terkesan menjadi sangat menakutkan, ditambah lagi WHO menyatakan penyebaran virus Corona sebagai pandemik.

Menurut Siti Fadilah, vaksin belum dibutuhkan saat ini, sebab pada fase saat ini karakteristik virus masih bisa berubah-ubah, sehingga belum bisa ditaklukan dengan vaksin. Dunia tidak membutuhkan vaksin saat ini. Saat ini Bill Gates memang sangat concern untuk mendanai perilisan vaksin Covid 19, bahkan sejak tahun 2017 ia sudah concern dengan hal itu. Bill Gates telah menghimbau negara-negara untuk mengatasi pandemik dengan vaksin bila suatu saat terjadi. Siti ingat betul, bahwa Bill Gates mengatakan bahwa untuk membuat vaksin setidaknya dibutuhkan 18 bulan. Sampai sini, ia jadi mempertanyakan, saat membuat vaksin, perusahaan farmasi yang di support Bill Gates itu menggunakan seed virus yang mana? Dan bukankah pandemik belum ada genap 18 bulan?

Vaksin yang dasar pembuatannya menggunakan seed speciment dari China tidak akan cocok untuk mengalahkan virus yang ada di negara lain, termasuk di Indonesia. Vaksin akan memicu timbulnya antibodi yang sesuai dengan antigen dari virus yang dilemahkan. Jadi dalam kasus ini, orang indonesia memang akan kebal terhadap virus China, namun tidak kebal terhadap virus yang mewabah di Indonesia. Kesimpulannya Indonesia harus membuat vaksin dari virus strain yang ada di Indonesia, dan ini sejatinya bisa dilakukan asal kan ada Good Will (Support Penuh) dari pemerintah. Tidak perlu vaksin dari luar, walau diberi gratis sekali pun.

Jika suatu wabah penyakit sudah dinobatkan sebagai pandemik, pasti WHO akan mengharuskan semua negara membeli vaksin. Barang yang harus dibeli dengan alasan keselamatan nyawa umat manusia, pasti akan menjadi komoditi dagang nomer satu di dunia. Vaksin buatan sendiri dengan seed virus lokal akan lebih tepat menjadi solusi penanganan wabah COVID-19 di Indonesia, dan yang tidak kalah penting bisa dibuat dengan cara yang halal.

Jika hal ini tidak kita lakukan, maka para mafia internasional dengan dasar anjuran WHO akan memaksa kita membeli vaksin dari mereka, dan dari mana seed virus tersebut berasal? kita tidak pernah tahu. Dari sini perangkat internasional mereka yang lain akan menawarkan pinjaman (World Bank / IMF), yang dimasa mendatang akan menimbulkan peramasalahan lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Virus Corona dan Stabilitas Ekonomi Where stories live. Discover now