1. That night

14.9K 950 39
                                    

Haii🤗... Aku kembali dengan cerita baru. Aku cukup bersemangat dengan cerita ini. Semoga bisa dinikmati.
Selamat membaca,

With love💛
@sailenndra

🍃

"Ayo dong Fai sekali-sekali seumur hidup kamu ini!," ajak seorang wanita dengan dress merah melekat di tubuhnya.

Sementara satu wanita yang sedari tadi di bujuk tetap menggelengkan kepala.

"Nggak, mending kita pulang sekarang. Kalau Fandi tau aku disini bisa abis."

"Dia nggak bakal tau, udah tenang aja. Ya udah aku turun ya," kata wanita bergaun merah kembali.

Melambai singkat pada wanita yang mengenakan dress hitam selutut. Tidak mengindahkan permintaan temannya yang meminta jangan berlama-lama. Dia segera melangkahkan kaki berheels sepuluh sentinya ke dance floor. Bergabung dengan para manusia yang mencari kesenangan dan kebebasan lainnya.

Sementara wanita yang dipanggil Fai tersebut lantas menyingkir. Memilih ke bagian bar. Dia segera mendekat saat salah seorang lelaki baru saja pergi dan menyisakan satu kursi kosong yang bisa didudukinya. Menghela nafas pelan, setelah sempat menggeleng kecil saat seorang bartender menanyakan mau minuman apa.

...

Radian menarik dasi dan membuka dua buah kancing kemeja putihnya. Lantas meneguk kembali brandy di gelas. Kepalanya terasa penat. Jakarta selalu membuat tidak nyaman. Orang-orang juga suasananya. Seolah setiap udara yang dihirupnya terasa sebuah paksaan ketika mengisi paru-paru. Kota metropolitan ini bukanlah sahabatnya.

Dia kembali menuang botol brandy yang masih sisa separuh ke dalam gelas. Diabaikannya sebuah panggilan yang muncul di layar ponsel hitamnya. Lantas menghisap kuat rokok yang sedari tadi terselip di kedua belah bibir. Samar tercium bau teh hijau dari samping kanannya. Sekilas dia melihat wanita bergaun hitam selutut dengan kulit seputih susu. Itu yang terlintas pertama kali di benaknya karena kulit itu sangat kontras dengan pakaian yang dikenakan.

Chinese.
Itu kesan kedua yang ditangkapnya ketika tanpa sadar menoleh sedikit. Wanita yang duduk sembari memainkan ponsel itu memiliki keturunan Tionghoa.

Denyutan kepalanya makin terasa. Membuat Radian menegak habis isi cairan di gelas sampai tandas. Yang diikuti dengan hisapan panjang rokok.

"Uhuk... Uhuk...,"

Radian kembali menoleh ketika mendengar suara batuk pelan dari wanita di sebelahnya. Wanita itu terang-terangan mengibaskan tangan di depan muka. Menghalau asap rokok Radian terhirup.

Kali ini dia melihat keseluruhan wajah wanita yang sedari tadi duduk tak nyaman itu. Bibirnya dipoles merah cherry. Hanya itu yang tampak mencolok. Tidak ada riasan tebal lain. Alisnya juga bukan jenis alis para wanita zaman sekarang ini. Bahkan cenderung alami. Tak ada sapuan merah di tulang pipinya. Hanya sekilas dia melihat kelopak matanya agak kecoklatan dengan sapuan make up entah apa namanya. Samar dilihatnya bola mata hitam jernih seperti air di telaga. Mata Radian segera beralih ketika melihat tulang selangka dan lehernya yang putih terbuka.

Kalau ini di tempat umum, mungkin dia akan mematikan rokoknya. Tapi ini di club. Hampir semua orang disini merokok. Jadi alih-alih mematikan rokoknya, dia menghisap panjang dan membuat asap kembali mengepul.

...

Harusnya dia pergi saja dari sini, tanpa nunggu Wanda yang masih asyik di dance floor, keluh Fai dalam hati.

"Hay love, may i join?."

Faiha menoleh ke samping kanan dan mendapati seorang pria kaukasoid sedang menatapnya.

Rad & FaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang