7. KECELAKAAN

61 42 8
                                    

Seorang pria terlihat baru membayar belanjaan dikasir di Minimarket yang buka 24 jam.
Aldi keluar dari sebuah minimarket dengan menenteng sebuah kantongan plastik besar berisi cemilan dan soda.

Ia baru saja membeli banyak cemilan untuk ia habiskan dirumah Reza nanti. Ia kesal kenapa Reza selalu susah terbuka kepada dirinya. Reza seperti lebih percaya kepada Juan ketimbang dirinya. Padahal mereka bertiga itu bersahabat.

"Aihh lo itu kenapa si,Za?"

Sesekali Aldi mengumpati Reza saking kesalnya dia. Dia berjalan ke arah parkiran mimimarket, lalu masuk dan segera menyalakan mesin. Ia akan segera kembali kerumah Reza mungkin Reza sudah selesai bercerita kepada Juan.

Ia membelok ke arah kanan. Sesekali ia melihat sekeliling yang sepi. Maklum,saat itu sudah jam 23.10.

Ia bersiul untuk menghilangkan sepi. Tapi selanjutnya,Aldi memutuskan memasang musik saja. Ia sesekali menguap.

"Ahh,ngantuk,"Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya berharap kantuknya hilang. Mengemudi sambil mengantuk berbahaya bukan?

Ia menatap aneh kearah sebuah cahaya yang ada 100 meter didepannya.  Ia menduga itu adalah mobil. Tapi aneh,mobil itu berjalan lambat dan arahnya tidak lurus.

"Ah,biarkan saja. Lagi pula mobilnya berjalan dengan keadaan lambat kan?" Aldi berujar kepada dirinya sendiri.

Tapi,tunggu.
Sekarang mobil yang kini ada 50 meter didepannya itu bukan lagi berjalan lambat. Tapi berjalan dengan kecepatan cepat.

Aldi berusaha menghindari mobik itu tapi tampaknya pengemudi mobil yang di depannya ini sengaja menghantam mobil miliknya .

Tin...tin...tin...

Telat.

Bumm...

Mobil keduanya berhantamanan dengan keras. Aldi terpental ke depan. Kepalannya terpental sangat keras hingga menciptakan darah. Kaca mobilnya pecah dan mengenai Aldi. Kepalanya sangat pusing.

Ia menatap ke mobil di depannya. Pengemudinya--yang tampaknya wanita--tidak sadarkan diri lagi.

Aldi tertatih-tatih keluar dari mobilnya. Ia sesekali jatuh karena kepalanya sangat pusing. Ia membuka pintu mobil wanita itu. Wanita yang mengalami kecelakaan dengannya berlumuran darah di kepalanya dan tidak sadarkan diri.

Bagaimana ini?
Aldi bahkan terlalu pusing untuk pulang sekarang atau membawa wanita itu ke rumah sakit. Belum lagi keadaan mobil keduanya sudah rusak dibagian depan.

Reza...Juan...

Aldi langsung merogoh ponsel dari balik jaketnya. Lalu menelpon Juan.

"Halo,Aldi? Lo kemana ajah belom balik juga,"suara Juan di seberang.

"Gu--gue habis kece--lakaan,Ju. Lo bisa gak uhuk jemput gue?" Aldi terbatuk.

"Serius lo,Al? Lo dimana sekarang?"

"Di ja--jalan Keramat,Ju. Gue juga kecelakaan sa--sama seorang wanita," lirih Aldi.

"Oke,lo tunggu disana. Gue dan Reza bakalan datang. Lo harus bertahan,"

Tut...tut...

Sambungan diputus.

Aldi mendekati wanita itu. Ia penasaran dengan wanita itu. Ia menyibak rambut yang menutupi wajahnya. Aldi berusaha mengenali wajah itu. Meski sulit,karena pandangannya memburam dan wajah wanita itu berlumuran darah.

Namun menit berikutnya Aldi dapat mengenali wajah itu.

"A--Ara?!"

Aldi terjatuh. Kakinya pun tak tahan lagi berdiri terlalu lama. Ia tak menyangka kecelakaan bersama Ara. Jadi pengemudi mobil yang membabibuta tadi adalah Ara.

Aldi meremas rambutnya. Rasa pusing di kepalanya terasa sangat sakit. Detik berikutnya ia mendengar teriakan disusul pandangannya yang mulai mengabur dan gelap.

                         ***

"...gue jadi ngerasa selama ini usaha gue sia-sia,Ju," lirih Reza. Ia menceritakan apa yang ia rasakan selama ini. Ia merasa putus asa akan cintanya kepada Ara.

"Usaha apaan? Lo itu selama ini cuman ngintip-ngintip dia aja,lo gak berani deketin dia. Dan sekarang lo sebut itu usaha?" tanya Juan.

Ck, Reza memutar bola matanya kesal. Juan emang sahabat yang pengertian walau cuek. Tapi dia juga orang yang ngomong bar-bar. Gak pikir dulu.

"Aiss,lo itu kenapa sih ngomong gak bisa disaring," kesal Reza.

"Itu fakta,"

"Fakta juga gak gitu juga kalik," Reza masih kesal. Kalau debat sama Juan ujung-ujungnya pasti Juan emang selalu buat lawan bicaranya kesal setengah mampus.

"Btw si Aldi kemana gak balik-balik?" Juan mengingat satu ekor lagi temannya. Benar juga,sudah satu jam tapi Aldi belum pulang-pulang.

"Macet kali," racau Juan.

"Macet pala lo,Nyet. Lihat sekarang jam berapa. Jam 23.10. Mana ada macet jam segini," geram Reza.

"Gue telpon dia dulu," Reza mengangguk. Juan merogoh ponselnya. Belum lagi dia memencet semua digit nomor,derit panggilan telfon sudah masuk.

"Nih,bocah akhirnya telfon," Juan menggeser ke arah tombol hijau.

"Halo Aldi? Lo kemana ajah belom balik juga?" omel Juan. Reza diam ikut mendengar percakapan Juan dan Aldi dari balik telfon.

"Gu--gue habis kece--lakaan, Ju. Lo bisa gak uhuk jemput gue?"

"Serius lo,Al? Lo dimana sekarang?" mata Juan terbelak,sedangkan Reza menatap penasaran.

"Gue di ja--jalan  Keramat,Ju. Gue juga kecelakaan sa--sama seorang wanita,"

"Oke, lo ditunggu disana. Gue dan Reza bakalan datang. Lo harus bertahan," tegas Juan.

Tut...tut...

Mimik wajah Juan yang mendadak serius menjadi penasaran. "Kenapa,Ju?"

"Aldi kecelakaan," kata Juan. "Kita harus lihat Aldi."

Reza cukup kaget. Aldi kecelakaan? Astagah,teman luckunutnya itu sekarang membuatnya cemas.

Reza mengangguk. Keduanya menyambar hoodie masing-masing. Keduanya berangkat pakai mobil milik Juan. Mereka tidak sempat pamit saking buru-burunya. Lagi pula,Papa,mami, ibu dan Kairi juga sudah tidur.

Butuh waktu 30 menit sampai keduanya tiba di tempat kecelakaan Aldi.

Keduanya melongong. Reza pingsan di samping mobil yang menabraknya. Keadaan Aldi juga mengenaskan. Berlumuran darah.

Juan menghampiri Aldi disusul Reza di belakangnya. Air mata Reza hampir saja menetes kalau saja ia tidak segera mengelap air matanya.

"Ayo,kita membopongnya ke mobil," ujar Juan. Reza mengangguk. Lalu keduanya membopong badan Aldi masuk ke dalam mobil.

"Ayo,kita ke rumah sakit,"

Reza menahan lengan Juan. "Bagaimana dengab wanita itu?"

Juan baru mengingatnya. "Oke,kita bopong dia,"

Mereka menghampiri mobil dengan wanita yang ikut kecelakaan dengan Aldi. Reza hampir saja marah karena wanita itu sahabatnya celaka. Tapi dia sadar kalau wanita itu juga sekarat.

Reza menyibak rambut wanita tersebut. Menampakkan wajah dengan penuh lumuran darah. Juga raut wajah terkejut di kedua wajah pemuda itu.

"Ara?!"

Reza memekik. Tampa basa basi ia segera membopoh tubuh Ara kedalam mobil. Juan menyusul,lalu masuk ke bangku mengemudi. Sedangkan Reza duduk dibelakang bersama Ara dan Aldi tak sadarkan diri.

_____________________________


8 letters back:'D
Jangan lupa jejak :'D

See you to next part


Jerniatisilalahi

21 mei 2020

8 LETTERS  [On Going]Where stories live. Discover now