17. PELUANG

27 15 10
                                    

Jejak dulu kek:(
Mkasih bnyak:)

________________________

Pagi ini Reza tak hentinya tersenyum. Ia bersemangat sekalu setelah kejadian semalam.

[Flashback on]

Sejenak keduanya hening. Kedua pria tampan dengan beda ibu itu sama sama menatap langit.

"Gue mundur," ucap Kairi.

"Maksud lo?"

Kairi tersenyum tipis. Tatapannya belum beralih dari langit. "Gue emang ceroboh, gue tolol karena menempatkan lo di posisi yang lo bahkan gak paham,"

"Tunggu. Lo ngomong apaan sih?"

"Kayaknya gue mulai terima kalau lo jadian sama Ara,"

Hello Reza? Well,ekspresi Reza saat itu benar benar sulit diucapkan. Antara rasa senang,kaget,terkejut,penasaran, terharu bercampur jadi satu.

"Lo--lagi gak bingung kan Kai?"

Kairi menggeleng. "Enggak. Gue sadar. Kalau cinta itu gak harus saling memiliki. Cinta terhebat itu saat lo bisa belajar iklas. Dan itu yang coba gue lakukan. Mengiklaskan Ara buat lo. Tapi--"

"Tapi?"

Kairi mengubah arah pandangannya menatap Reza. "Tapi kalau lo buat dia sedih atau nangis lo bakal mati ditangan gue,"

Reza tertawa pelan. "Pasti! Gue gak bakal buat dia sedih,"

"Dan ingat satu hal lagi. Gue melepas Ara bukan berarti gue gak cinta lagi sama Ara. Gue selalu menempatkan ara di sudut hati gue terdalam,"

Reza tertawa geli. Jijik saat mendengar kata cinta dari mulut Kairi. Kesal karena kairi masih mencintai Ara. Dan senang karena Kairi melepas Ara.

"Gue janji bakal bikin Ara senang!"

[Flashback off]

Mobil Reza sudah terparkir di depan kos an Ara. Kini ia berani untuk mengejar Ara. Ia menunggu selama 20 menit sampai akhirnya Ara keluar dengan seorang gadis disampingnya.

"Ara!" panggil Reza.

Ara terkejut. Ia berlari menghindar,namun Reza segera menangkapnya.

"Lo kenapa lari?" tanya Reza.

"Lo juga ngapain datang kesini? Pagi pagi datang ke kos an gue,"

"Gue mau jemput pacar gue," jawab Reza santai.

Ara melotot. "Harus berapa kali sih gue harus bilang ke elo kalau gue bukan pacar lo!"

"Ehem, pagi kak Ara! Pagi kak Reza!"

Mereka berdua serempak menoleh.

"Eh,elo La? Pagi!"

"Kakak belum pergi ke sekolah? Kalau pacaran nanti ajah kak,"

Pipi Ara mendadak panas. "Apaan sih La?"

"Nama lo Lala? Kenalin gue Reza pacar Ara. Entar siang gue datang ke sini,gue kasih lo PJ," kata Reza santai. Lalu menarik tangan Ara masuk ke mobil nya.

"Kita deluan ya,La!"

Lala mengangguk.

"Apaan sih lo Za? Gue punya mobil kali," ketus  Ara.

Reza terkekeh. "Mobil lo kan masih dibengkel. Dan lo belum ambil karena lo gak punya uang,"

Wajah Ara merah padam. Ia memilih menunduk. Reza tersenyum pelan. Ia mengemudikan mobil dengan semangat.

Ara tiba tiba teringat tentang Lala. Ia ingin membicarakan tentang masalah donor darah Lala ke Aldi waktu itu.

"Za!"

"Hmm?"

Tapi setelah ia berpikir lagi sebaiknya ia jangan dulu membahasnya. "Gak ada,"

Reza menatap aneh Ara laku kembali fokus ke jalan.

***

Baru saja Ara mesuk ke dalam kelas,semua mata tertuju padanya. Semua menatapnya penuh benci. Terlebih lagi ciwi-ciwi. Ia tidak menghiraukan dan berjalan ke bangkunya.

Sebuah siraman air dingin ia rasakan. Ia menoleh ke belakang,mendapati teman sekelasnya,Rani menyiramnya. Ia menggeram marah. Ara tidak melakukan apa pun. Tapi Rani tiba-tiba menyiramnya tampa alasan.

"Lo kenapa sih Ran? Gue basah tau gak?!" bentak Ara marah.

Seisi kelas tertawa. Mereka makin merajalela. Flora dan Nia menarik rambutnya keras. Para siswa  menyoraki mereka.

"Berhenti!"

Ara terus teriak. Tapi mereka tak menghiraukannya. Untuk pertama kalinya,ia menangis di sekolah. Ia menangis keras. Tapi percuma. Teman sekelasnya malah semakin gencar menarik dan memukul tubuhnya. Bahkan siswa-siswi dari kelas tetangga ikut menyoraki.

"Gue mohon,bergentii!"

***

Pendek?
Jejak dulu,biar next part up panjang

Jerniati
30 Juni 2020






8 LETTERS  [On Going]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu