08

5.2K 1.4K 201
                                    

Setelah baca part ini. Please tolong baca note dibawah ya, lagi butuh saran dari kalian.































Tiga orang itu bergeming. Menatap nanar dua mayat temannya yang tergeletak dilantai dingin.

Sunwoo yang bersandar pada tembok dengan darah yang bergelimang jatuh kelantai. Begitupun dengan Hwall yang posisinya tak jauh dari mayat Sunwoo berada. Dengan posisi yang jauh berbeda, Hwall meluruh dilantai dengan wajah yang terjerembab ke bawah. Dan yang membedakan kondisinya dengan Sunwoo lagi adalah, Hwall tidak berdarah, melainkan hanya tubuh yang dihiasi oleh luka lebam.

Hyunjin berjalan kearah mayat Hwall diikuti oleh Haechan. Sedangkan Baejin berjongkok tepat ditepi mayat Sunwoo dengan lidah kelu tak bisa berkata-kata.



"Jin, kematian mereka misterius banget nggak sih?" Celetuk Haechan sembari menelisik mayat didepannya kini. Itu mayat Hwall! Yang ditanya lantas mengangguk setuju.

"Matinya karena dibunuh Black Moon atau---"

"Atau apa?" Sela Baejin yang tiba-tiba mendekat kearah keduanya dan langsung memotong ucapan Haechan.

"Atau suara misterius itu?" Lanjut Haechan dengan penuh kebingungan.

"Black Moon ada diantara kita kan?" Tanya Hyunjin memastikan. Keduanya lantas mengangguk serempak sebagai jawaban iya.

"Dan dalam waktu yang hampir bersamaan bisa bunuh dua orang secara langsung. Kedenger mustahil nggak sih menurut kalian?" Lanjutnya melontarkan pertanyaan retoris. Haechan dan Baejin saling tatap dan setelah nya mengernyit heran.

"Mustahil?" Tanya Baejin yang memang pada dasarnya tak mengetahui seluk beluk lontaran kata Hyunjin.

"Selama ini, kita temenan ama anak yang baik-baik. Nggak ada yang mainnya kasar secara fisik. Berantem aja kita jarang! Dikecualiin kalau buat tawuran sama sekolah sebelah. Dan---" Hyunjin terlihat menggantungkan kalimatnya sembari netra yang menatap mayat Hwall, juga mayat Sunwoo secara bergantian. Helaan nafas berat terdengar mencelos dari bibirnya. Membuat Haechan maupun Baejin di gulum rasa penasaran saat itu juga.

"Dan rasanya mustahil kalau ternyata diantara kita ada yang punya jiwa psiko..." Lanjutnya sembari mengulum bibir meragu.

"Psiko? Psikopat maksud Lo?" Sahut Haechan dengan alis yang terangkat sebelah. Baejin melirik sekilas ke arah Haechan, diiringi oleh anggukan sebagai jawaban setelahnya. Ya! Dia mewakilkan Hyunjin untuk menjawab pertanyaan Haechan kala nampak anak itu yang malah terdiam membisu.

"Iya juga sih... Nginget cara ngebunuhnya aja kaya udah pro banget, pasti itu anak bukan anak sembarangan!!" Ujarnya sembari mencoba berpikir. Baejin mengernyit kala baru teringat akan sesuatu.

"Mungkin nggak sih ini ulah anak yang doyan main senjata?" Celetuk Baejin membuat yang ditanya lantas menolehkan kepalanya cepat kearahnya. Pun dengan Haechan yang ikut bingung atas pertanyaannya.

"Maksud Lo?" Bukannya menjawab, Hyunjin justru malah balik bertanya. Pasalnya... Pertanyaan Baejin terlalu ambigu dirungunya.

"Hwall, Felix, Han, Jeno, Jaemin, Seungmin..." Tidak! Itu bukan jawaban Baejin. Melainkan lontaran nama-nama para teman-temannya yang sedari tadi mengelilingi otaknya. Haechan memukul bahu Baejin pelan karena bingung dengan ulah anak itu.

"Lo kenapa sih? Tadi nanya soalan ambigu? Pas ditanya maksudnya apa, malah nyebut nama anak-anak lain. Ada yang lo pikiran?" Tanya Haechan mewakilkan Hyunjin.

"Tadi gue nanya ke Lo pada siapa aja anak yang doyan main senjata kan?! Nah, nama-nama yang tadi gue sebut tuh anak-anak yang suka banget kemana-mana bawa senjata. Entah itu cutter, gunting, piso lipet, jarum, pecahan kaca atau barang lain. Dan yang ada dipikiran gue, kayanya yang ngerencanain ini semua tuh ya salah satu diantara mereka" jelas Baejin mencoba mencurahkan isi pemikirannya.

Dua anak berinisial H itu lantas saling melirik satu sama lain. Bingung apa maksud Baejin.

"Mbohlah! Gue bingung Lo ngomong apaan Bae" celetuk Haechan yang diangguki oleh Hyunjin saat itu juga. Baejin reflek menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali karena bingung penjelasan apa lagi yang bisa ia detailkan.

"Gini! Rasanya mustahil kalau ternyata anak yang nyiptain permainan nyawa kaya gini itu anak yang phobia sama darah. Contohnya... Renjun, Sanha, sama Sunwoo. Dan aneh juga rasanya kalau ternyata yang buat ada diantara kita bertiga. Karena sedari awal kita tuh bareng, tapi ada aja yang mati tanpa ada satupun dari kita yang nunjukin gelagat ehm... Aneh?!" Ucapan Baejin terhenti bersamaan dengan netranya yang menatap Haechan juga hyunjin bergantian. Jika dilihat sepertinya masih ada guratan bingung diwajah mereka.

"Iya juga sih" akhirnya Hyunjin membuka suara. Sepertinya ia sedikit paham dengan penjelasan Baejin.

"Hah?! Gimana Gimana?! Gue nggak mudeng anjay!!" Teriak Haechan heboh sendiri. Tapi Hyunjin ama Baejin nya nggak peduli sama sekali. Bodo ah! Mereka mau mikir juga!

"Tapi kayanya nggak mungkin kalau diantara Jeno, Hwall, Felix, sama Han. Soalnya mereka kan udah gugur semua" ujar Hyunjin yang membuat Baejin mengernyit mencoba mengingat sesuatu.

"Lah?! Berarti..."

Hyunjin mengangguk pelan karena memang tahu apa maksud Baejin.

"Iya, bisa jadi ada diantara Seungmin sama Jaemin. Karena anak yang doyan main senjata, cuma mereka berdua yang ke sisa" jawab Hyunjin yang masih mengangguk. Baejin dan Hyunjin sama-sama terdiam, sedangkan Haechan hanya menatap keduanya dengan wajah melongo.

Itu mereka berdua ngomongin apaan sih? Kok gue nggak mudeng sama sekali? Atau jangan-jangan--- mereka lagi nggibahin gue?!




































































"WOY!!!"

****


Mau dibikinin sekuel tydac?
Komen yo ☞

[1] Black Moon | 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang