1

1.6K 197 28
                                    

Agustus 2020

Kini keduanya sudah berada di kelas 12 SMA. Salah satu masa yang cukup bermasalah dalam hidup mereka. Sabtu pagi di kediaman keluarga Hadinata cukup ramai seperti biasanya.

Lintang yang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah di hari Sabtu-nya yang berharga untuk tidur tiba-tiba diberhentikan oleh sang kakak. "Tumben banget deh weekend gini anak perawan udah bangun. Bantuin kakak dong dek," pinta Jovan sambil tersenyum.

Lintang tahu, sang kakak pasti perlu sesuatu darinya, "Dih ogah, kakak pasti mau nyuruh aku ngusir kecoa lagi nih pasti," tukasnya malas sambil mengambil tas berisi sepatu basket miliknya. "Jadi bocah prasangka buruk mulu lo, tolong lah, ini mau ngambil sereal buat sarapan," keluhnya pasrah. Tanpa berpikir panjang Lintang hanya melanjutkan langkahnya menuju dapur dan menemukan seekor kecoa merayap dari bawah kulkas. Dugaan Lintang ternyata terbukti benar.

Jovan memang luarnya saja seorang atlet Taekwondo yang tidak terkalahkan sejak SD. Ternyata mahasiswa semester tua ini juga takut pada serangga sekecil biji buah kurma itu. "Tuh kan, bener-bener deh," gumam si bungsu kemudian mengambil sebuah sapu untuk mengusir binatang itu keluar menuju pintu belakang.

Tawa Lintang meledak begitu melihat sang kakak dengan takut-takut menampakkan kepalanya ke arah dapur, "Tuh kak kecoanya udah pergi... no offense ya kak, badan gede tapi takut sama jelmaan biji kurma yang terbang," cemoohnya ringan pada Jovan. Sang kakak membalasnya dengan tatapan sinis karena tidak terima dikatakan seperti itu. Sisi idealismenya Lintang memang mengatakan kebenaran yang ada.

Remy baru saja menampakkan batang hidungnya dengan mata yang setengah terpejam dan menggaruk kepalanya. Ia juga menggunakan kaca mata yang membantu penglihatannya yang buruk. "Tumben lo berdua udah di dapur, rajin amat," sarkas si tengah sambil melirik ke arah si sulung dan si bungsu dengan nyawa yang masih di awang-awang. "Gini Rem, si Lintang abis ngusir kecoa lagi... emang gak takut mati deh tuh anak," cerita Jovan begitu semangat. Lintang memutar bola matanya malas, "Itu sih lo aja yang lebay, bambang," gumam Lintang begitu melihat Jovan yang mulai bercanda lagi.

Seperti biasanya, Jovan merangkul Lintang dengan tangan kosong yang langsung melingkar erat di lehernya. "Aduh-- Ih kak Jovan sakit tahu!" sungut Lintang tidak terima kepada kakak tertuanya yang mulai mengajak berkelahi di hari Sabtu pagi seperti ini. Tentu saja si bungsu membalasnya dengan menggigit tangan sang kakak yang melingkar di lehernya tanpa ampun. "ANJIR-- GAK BERADAB EMANG! BUNDA, NIH SI ADEK NAKAL!" teriak Jovan.

"Kakak nggak ngaca!" tambah Lintang tidak mau kalah membalas pitingan leher sang kakak. "Ya elah, gelut mulu dah," gumam Remy tidak peduli kemudian menarik kepala Lintang agar menjauh dari Jovan yang sudah mulai beradu fisik.

"ADUH-- ditarik lagi... punya kakak sama-sama akhlakless," keluh si bungsu dengan nada yang menggerutu. "Elo sih ada-ada aja, Lin," desis Remy kesal.

"Kenapa pagi-pagi udah ribut sih kalian tuh," ujar sang ibu kepada ketiganya. Sebenarnya sejak tadi ibu mereka terganggu dengan keributan yang telah dibuat ketiganya. "Itu bun, kak Jovan yang mulai duluan," cicit Lintang pelan dan bersembunyi di balik tubuh ibunya sekilas sementara sudah jelas kalau tinggi badan gadis itu sudah jauh melebihi wanita paruh baya itu.

"Kakak, minta maaf sama adiknya," balas ibunya dengan tenang. "Tapi bunda, kan adek yang gigit tangan kakak duluan," sela Jovan tidak terima. Tentu saja ibu mereka tidak suka dibantah, spontan saja memberikan tatapan tenang namun mematikan untuknya.

Remy menatap kakaknya dengan tatapan yang seolah menyiratkan, 'mampus lo' dan Lintang membalas si sulung dengan juluran lidah jahil sambil tersenyum mengejek.

"Eh bocah, maafin kakak ya," ujarnya kemudian memutar bola matanya malas. "Iya dimaafin," balas Lintang sambil tersenyum lalu terdiam sejenak.

"Tapi bohong... ehe," ledeknya kemudian tertawa kecil. "Yeee, gue kepret lo," gumam Jovan pelan dan menatap Lintang dengan tajam. Tentu saja nyali Lintang jadi ciut ketika sang kakak menatapnya seperti itu. "Bercanda sayang... hehehe peace kak," rayu Lintang kemudian ikut memeluk kakaknya agar tidak benar-benar marah.

Sempiternal ¦ doyoung × yujin ✔Where stories live. Discover now