6

553 100 13
                                    

September, 2020

Ini sudah terhitung satu bulan setelah Ale 'menembak' wanita pilihannya. Nyatanya, tidak lama setelah itu, giliran Michael yang menyatakan perasaannya saat menonton konser bersama Lintang.

Jarum pendek sudah mulai menunjuk ke arah angka 12. Tengah malam sudah mulai menguasai bumi Pasundan. Namun ada dua insan yang belum seratus persen terlelap.

"Selamat malam, tuan putri Hadinata," panggil Ale dalam sambungan telepon.

"Heh taplak, ini udah tengah malem. Aing geus tunduh ieu gelo," umpatnya pelan.

"Gue sengaja malem-malem gini mau ngucapin selamat ulang tahun yang ke tujuh belas ya, Ayara Lintang Hadinata," tambahnya sambil tersenyum.

"Hatur nuhun atuh ujang..." jawab Lintang sambil menahan tawanya. Nada bicara Ale sudah seperti orang yang benar-benar mengantuk.

Sebagai orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun sudah menjadi kebiasaan Ale sejak kecil. Entah menjadi orang pertama yang memberikan kado pertama pada pesta ulang tahunnya sampai telepon jahil di tengah malam seperti ini.

"Gila lo, ini udah tahun ke 12 lo ngucapin ultah ke gue," papar Lintang setelah menyadarinya. Ale kembali tertawa, "Iya lah... aing gitu loh!" celetuk Ale dengan sedikit menaikkan nada pada kalimat terakhirnya.

"Dih songong, gue betot ya pala lo," ancam Lintang ketika Ale sudah mulai menunjukkan sisi tengilnya. Lelaki kelinci itu kembali tertawa sampai terbahak-bahak, "Ya elah, mon maap nih... ya udah, gue mau tidur. Bai!" tutupnya sambil menguap. Lintang terkekeh di balik sambungan telepon, "Bai!" ucap Lintang.

****

Sudah seminggu mereka tidak berkomunikasi. Denah pun kembali diacak, akhirnya Lintang berpisah dengan Ale sejak saat itu. Selain itu juga keduanya mulai disibukkan dengan pacar dan dunia mereka masing-masing. Ale dengan basket, Lintang juga sibuk dengan kepengurusan radio sekolah yang akan segera berakhir.

"Eh kutil badak, bangun deh," panggil Ale yang kini bergantian membangunkan Lintang di hari Sabtu-nya. Kali ini dengan alasan guru-guru sedang rapat, jadi sekolah meniadakan pelajaran tambahan di hari itu.

"Sialan bener gue disamain sama kutil badak. Pergi lah Le, ganggu aja! Gue abis marathon drama Korea sama Neta semaleman," celetuk Lintang dengan muka bantalnya. Lelaki itu tetap tidak menyerah untuk membangunkan sahabatnya. Ia kembali berjongkok lalu hanya menekan-nekan pipi gadis itu perlahan beberapa kali menggunakan jari telunjuknya layaknya kue mochi.

Gadis ini kembali mengerang kesal dan mengilatkan kemarahan dalam raut wajahnya. Tangannya langsung bergerak menarik rambut Ale yang terletak tidak jauh dari wajahnya. "Lintang! Setan lo main jambak rambut orang ganteng kaya gue ini!" pekiknya singkat.

"Ale! Jauh-jauh lo dari gue ya nyet!" serunya tidak kalah lantang. Ale baru saja menemukan masalah baru ketika ia membangunkan singa betina yang sedang tertidur pulas.

"Ngapain sih pagi-pagi buta udah nyusup aja? Lagi libur juga," gerutu Lintang sambil mengusap kedua matanya perlahan. Lintang beralih mengambil kacamata yang tersimpan rapi di atas buku catatannya.

"Ambis bener nyatet materi, PTS-nya aja masih akhir bulan," balas Ale yang sedang meneliti isi buku catatan Lintang kemudian duduk di kasur gadis itu. Gadis itu kembali mengerang kesal begitu laki-laki di sampingnya mulai mengacak-acak buku catatannya. Ia kembali merebutnya dengan tangan lentiknya dan juga mata yang masih setengah terpejam. "Lo kan enak, langsung ke swasta gak dipermasalahkan. Lah gue? Lo lupa kalo gue mau masuk jurusan HI di UNPAD? Makanya gue belajar supaya nilai gue di kelas 12 semester ini naik selain dari prestasi basket," keluh Lintang singkat. Ale ikut duduk di sebelah Lintang yang sudah mulai menemukan kesadarannya setelah bangun tidur ini. Lelaki bergigi kelinci itu kembali bertanya, "Ya maap, lagian kenapa lo ambis banget ke sana sih?"

Sempiternal ¦ doyoung × yujin ✔Where stories live. Discover now